Kerangka karya tulis ini disusun oleh : Anis Rumsari, Ai Megawati, Rubyta Herwinda, Tria Wulan, Fahmi Azis
Ditugaskan oleh : Siti Mutmainah, Guru SMA 48 Jakarta
Judul : Pembudidayaan Anggrek melalui Hibridisasi
Ditugaskan oleh : Siti Mutmainah, Guru SMA 48 Jakarta
Judul : Pembudidayaan Anggrek melalui Hibridisasi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dam karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Pembudidayaan Anggrek melalui hibridisasi” ini tepat pada waktunya guna memenuhi tugas Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II Tahun pelajaran 2008/2009.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Idris .M. Muhalih selaku Kepala SMU Negeri 48
2. Bapak Drs. M. M Munir selaku Guru Pembimbing Materi
3. Bapak Budi Sutanto selaku Narasumber dari TAIP TMMI
4. Seluruh Guru SMUN 48 yang telah membantu dan memberikan semangat serta motivasi dalam penusunan karya tulis ini
5. Teman – teman yang telah memberikan kritik dan saran sehingga karya tulis ini dapat terwujud
6. Serta semua pihak yang tidak kami sebutkan namanya yang telah berpartisipasi membantu dalam segala hal yang berkaitan dengan penyusunan karya tulis ini.
Karya tulis ini memberi manfaat terhadap siswa sehingga memahami cara pembudidayaan tanaman anggrek melalui hibridisasi. Dimana hibridisasi merupakan cara tumbuhan untuk menciptakan varietas baru. Namun setiap penciptaan yang dilakukan manusia selalu memiliki kecacatan. Walaupun dengan hibridisasi ditemukan banyak varietas baru yang berbeda dengan induknya dan memiliki keunggulan tersendiri.
Makalah ini bersumber dari berbagai macam informasi, khususnya informasi dari dunia maya. Dari situlah kami dapat mengembangkannya sehingga menjadi kumpulan informasi yang berguna. Kemajuan teknologi membantu kami mengetahui dan memperdalam pembudidayaan tanaman anggrek melalui hibridisasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna mengingat keterbatasan waktu dan waktu yang dimiliki oleh kami. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang haus akan ilmu.
Jakarta, Maret 2009
Penulis
Topik : Tumbuhan
Rumusan Tema : Pembudidayaan Tanaman Anggrek Melalui Hibridisasi
Kerangka Karangan :
Bab I. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua.Perkiraan menyiratkan bahwa sebanyak 4000 jenis terdapat di Nusantara, dengan jumlah terbesar ada di Irian Jaya (2000 jenis). Anggrek terdapat disetiap jenis habitat dari daerah pinggir pantai hingga lereng atas gunung tertinggi. Dibeberapa tempat bahkan membentuk vegetasi utama. Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand.
Anggrek sering dipergunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan, sementara bangsa Tiongkok pada jaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Tiongkok.
Pada pertengahan zaman, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Penggunaannya pun meluas sampai menjadi bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan ramuan ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan. Akhirnya, pada permulaan abad ke-18, kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi kegiatan yang banyak dilakukan di segala penjuru dunia, terutama karena keindahan tanaman ini.
Vanili (Vanilla planifolia) juga merupakan anggota suku anggrek-anggrekan. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya. Untuk menghasilkan buah, vanili harus "dikawinkan" oleh manusia, karena serangga penyerbuknya tidak mampu hidup di luar daerah asalnya, meskipun sekarang usaha-usaha ke arah pemanfaatan serangga mulai dilakukan.
Hal di atas merupakan sekilas pembahasan tentang anggrek itu sendiri, selanjutnya akan dibahas tentang cara pembudidayaan anggrek itu sendiri dengan hibridisasi. Di kaki gunung banyak terhampar sawah menghijau dengan tanaman padi yang berbaris rapi. Dengan udara yang sejuk dan di sekitrnya terdapat desa tempat tinggal para petani. Begitulah kira-kira gambar pemandangan alam yang sering kita temukan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Kita terbiasa melihat bahwa tanaman padi yang berbaris rapi itu sebagai sesuatu yang dikategorikan alamiah meskipun di alam bebas akan sulit sekali kita temukan tanaman padi tersebut yang bisa bertahan, apalagi berbaris rapi dalam petak-petak yang teratur. Tanaman padi yang kita lihat sehari-hari itu adalah hasil kerja keras manusia selama berabad-abad untuk membudidayakannya dengan menyilangkan, dan menyeleksinya dari tanaman liarnya yang lebih mirip rumput ketimbang padi. Dalam pekerjaan membudidayakan padi itu, sebetulnya manusia telah melakukan hibridisasi dari berbagai macam kerabat liar tanaman padi sehingga diperoleh tanaman dengan sifat-sifat yang kita inginkan. Akibatnya, tanaman padi yang kita kenal sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan tetua atau kerabat liarnya yang alami di alam bebas, bahkan ada kemungkinan beberapa tanaman tetua ini sudah punah dan tidak pernah teramati lagi.
Hal yang sama terjadi pada tanaman anggrek yang merupakan hasil hibridisasi selama berabad-abad yang diseleksi karena keinginan manusia atau secara alami. Tanaman anggrek merupakan contoh hasil kerja manusia dalam memperbaiki atau menyeleksi tanaman yang memiliki bahan genetik (pembawa sifat) yang sesuai dengan selera manusia. Namun anggrek species (asli) sangat berbeda keunggulan dan morfologinya dengan anggrek hibridisasi.
Hibridisasi itu sendiri sudah berlangsung lama sejak nenek moyang kita hidup nomaden sehingga tanpa disidari mereka telah menyilangkan tanaman – tanaman sehingga memiliki varietas baru atau tetap terjaga populasinya. Adapun hibridisasi secara alami yang terjadi secara tidak sengaja oleh serangga yang menghisap masu sehingga serbuk sari terbawa ke putik bunga lain sehingga terjadi pembuahan yang menimbulkan varietas baru. Hibridisasi adalah penyilangan antar jenis tanaman yang masih satu species untuk mendapatkan keunggulan tanaman atau varietas baru yang berbeda morfologinya.
Tujuan Penulisan
Memberikan pengetahuan kepada pembaca agar dapat mengerti pembudidayaan tanaman anggrek melalui hibridisasi atau biasa dikenal dengan penyilangan. Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih menghargai tanaman anggrek yang ada di negara Indonesia ini dengan ikut menjaga populasinya yang dapat berkurang banyak pada waktu yang tidak dapat ditentukan. Selain itu kita sebagai generasi muda dapat melestarikan tanaman anggrek yang ada di negeri ini. Sehingga dapat tercapai upaya pembudidayaannya baik secara generatif maupun vegetatif dan memahami pentingnya tanaman anggrek untuk mengendalikan perburuan liar anggrek ini di habitatnya yang sudah semakin langka.
Rumusan Masalah
Berbagai masalah yang timbul dari program hibridisasi tanaman anggrek dapat dilihat dari corak perkembangbiakkan tanaman, hadirnya inkomtatibilitas, dan hadirnya sterilitas. Berikut masalah yang diambil dalam karya tulis ini :
1. Bagaimana sejarah tanaman anggrek itu?
2. Apa sajakah cara untuk membudidayakan tanaman anggrek?
3. Apa sajakah keuntungan dan kerugian dari hibridisasi?
4. Bagaimana proses hibridisasi itu ?
Landasan Teori
Sekilas tentang anggrek, anggrek secara luas dikategorikan berdasarkan pertumbuhannya: 1) anggrek epifit yang tumbuh menempel di pohon atau bebatuan (litofit), 2) anggrek tanah yang bisanya dikenal dengan terestrial, dengan struktur akar yang dapat tumbuh di tanah. Namun sebagian ada yang dikenal sebagai anggrek semi-terestrial. Anggrek dibedakan dalam dua tipe pertumbuhan yaitu monopodial dan sympodial. Namun disini akan dibahas tentang teori pemuliaan tanaman atau hibridisasi pada anggrek.
Dalam mendapatkan hibrida baru yang memiliki kualitas unggul harus melalui tahap teknik pemuliaan yang benar. Pemilihan tetua, teknik menyilang serta metode seleksi harus ditentukan sebelum melakukan penyilangan sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan dari populasi baru yang akan dibentuk . Populasi baru kemudian diseleksi untuk mendapatkan klon baru yang kemudian ditetapkan sebagai hibrida baru (Allard, 1992).
Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan akibatnya hasilnya seringkali mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Wels, 1981).
Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode. Metode pemuliaan tanaman ini sangat ditentukan oleh system penyerbukan ataupun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan untuk tanaman yang menyerbuk silang. Metode untuk tanaman yang dikembangbiakan secara seksual berbeda dengan yang dikembangbiakan secara aseksual (Sunarto,1997)
Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetic yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemuliaan tanaman ini akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Sunarto,1997).
Pemuliaan tanaman yang dikembangbiakan secara vegetative dapat ditempuh melalui hibridisasi. Maka kita dapat membuat variasi baru. Dengan jalan ini akan diperolh sumber variabilitas yang sangat luas. Dan menjadi sumber penyeleksian klon baru. Berbeda dengan tanaman yang menyerbuk sendiri, dalam tanaman yang diperbanyak dengan jalan aksesual karena sifatnya heterozigot maka segregasi terjadi pada F1. Jadi tiap tanaman dalam F1 adalah sumber potensi dari klon baru, menghasilkan F2 jarang dilakukan. Selving dapat menurunkan vigor (Sunarto, 1997)
Langkah pertama hibridisasi pada tanaman yang menyerbuk sendiri yaitu memilih tetua yang berpotensi. Pemilihan tetua ini tergantung pada sifat yang akan dimuliakan apakah sifat kualitatif atau kuantitatif. Pemilihan tetua kualitatif lebih mudah karena perbedaan penampakan tetua menunjukkan pula perbedaan gen pengendali sifat itu. Pemilihan tetua untuk sifat kuantitatif lebih sulit karena adanya perbedaan fenotip yang belum tentu. Oleh karena itu, pemilihan tetua perlu dipertimbangkan dari segi lain, yaitu sifat fisiologi, adaptasi dan susunan genetic (Wels, 1981)
Untuk mengembangkan hibrida baru, pada umumnya dilakukan melalui metode konvensional, yaitu pemilihan induk silangan, persilangan dan seleksi populasi F1 yang terbentuk. Untuk mencapai hasil yang lebih sempurna kadang-kadang dilanjutkan dengan silang balik tunggal atau silang balik berganda. Pertama kali dilakukan oleh John Dominy, dia menyilangkan Calanthe masuca x Calanthe furcata pada tahun 1856. Inilah yang dianggap sebagai terobosan terbaru dalam dunia anggrek.
Tanaman yang mempunyai hubungan kekerabatan jauh (spesies liar) dan tanaman steril atau tanaman yang hanya dapat diperbanyak secara vegetatif memiliki sifat-sifat yang potensial. Hibridisasi seksual pada tanaman terkadang sulit dilakukan karena mempunyai barier seksual. Pendekatan teknik fusi protoplas atau hibridisasi somatik merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Pembuahan adalah suatu proses fusi protoplasma secara alamiah pada tanaman dimana terjadi penyatuan gamet jantan (sub protoplasma) dengan gamet betina (protoplasma) (Wattimena dan Mattjik, 1992). Fenomena ini yang dipakai dan dikembangkan untuk mendapatkan suatu hibrida somatik melalui teknik fusi protoplas.
Keuntungan hibridisasi somatik, selain dapat mentransfer gen-gen yang belum teridentifikasi, juga dapat memodifikasi atau memperbaiki sifat-sifat yang diturunkan secara monogenik dan poligenik antara galur atau spesies (Millam, Payne dan Mackay, 1995; Waara dan Glimelius, 1995). Keuntungan fusi protoplas yang lain adalah diperoleh kombinasi sifat baru yang merupakan kombinasi sitoplasma, karena sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari tetua betina saja (Wattimena dan Mattjik, 1992).
Hibrida somatik yang diperoleh oleh Richard et al., (1994b) mempunyai sejumlah besar variasi terutama karakter morfologi. Ditemukan bahwa hibrida yang berasal dari fusi protoplas menunjukkan perbedaan dalam taraf ploidi, morfologi, fertilitas dan kombinasi sitoplasma. Sumber variabilitas dari aspek biologi fusi protoplas yaitu (1) proses fusi tidak dapat dikontrol dan banyak, (2) perkembangan lanjut produk fusi ke mikro koloni atau kalus dan diregenerasi menjadi tunas menunjukkan variasi yang tidak dapat dikontrol, (3) pencampuran organel-organel dari dua sel dalam suatu heterokarion belum dipahami.
Seperti pada hasil penelitian Hetharie (2000), terhadap beberapa klon hibrida somatik tanaman kentang hasil hibridisasi somatik intraspesies dan interspesies menunjukkan bahwa 1) Hibrida somatik interspesies lebih jagur yang ditampakkan melalui morfologi dan hasil umbi dibandingi hibrida intraspesies, 2) penampakkan tanaman dan umbi dari hibrida somatik interspesies heksaploid lebih kecil dibanding tetraploid, (Gambar 1), 3) hibrida somatik tetraploid dari tetua yang sama (S. tuberosum dan S. phureja) menunjukkan penampilan yang berbeda.
Namun pada anggrek banyak digunakan hibridisasi seksual daripada hibridisasi somatik karena anggrek merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan. Dari teori-teori di atas, kita ketahui bahwa hibridisasi itu tidak hanya secara seksual yang banyak orang ketahui namun juga ada hibridisasi lain yang dinamakan hibridisasi somatik. Tetapi, kita hanya akan terfokus pada hibridisasi seksual saja.
Bab II. Pembudidayaan Tanaman Anggrek Melalui Hibridisasi
Sejarah Tanaman Anggrek
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudiyakan secara luas di Indonesia. Pembudidayaan anggrek pertama oelh Pribumi pada tahun 1930, golongan pribumi sebagian telah mengusahakan pemeliharaan anggrek. Anggrek Indonesia memegang peranan penting dalam dunia penganggrekan dunia, baik ekspor maupun untuk ilmu pengetahuan.
Kini setelah seabad lebih terdapat sekitar 7.500 hibrida anggrek yang dihasilkan oleh penyilang anggrek di seluruh dunia. Hampir tiap bulan Orchid Review yang dikeluarkan oleh The Royal Horticultural Society, ditampilkan silangan baru yang telah didaftar. Sedangkan spesies asli (alam) ada sekitar 5.000 spesies yang diketahui. Namun masih banyak yang belum didata juga jumlahnya belum jelas.
Pembudidayaan Tanaman Anggrek
1. Kultur Jaringan
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air listrik dan bahar bakar.
2. Hibridisasi
Hibridisasi adalah proses penyilangan untuk menghasilkan varietas baru. Tujuan hibridisasi adalah untuk mendapatkan hibrida baru yang memiliki sifat-sifat bunga merah, kuning, ungu, atau biru, berbentuk bulat atau serasi, memiliki kesegaran bunga yang lama, rajin berbunga dan tahan terhadap hama penyakit.
Persilangan dilakukan dengan cara menyilangkan tetua terpilih sebagai tetua jantan atau betina, secara acak maupun resiprok, dan persilangan dilakukan interspesific maupun intergenerik. Kegiatan meliputi karakterisasi tetua, persilangan, panen, penyebaran biji, transfer planlet, pengompotan dan penanaman individu. Penyebaran biji dan transfer dilakukan secara aseptik di dalam laboratorium, sedangkan pengompotan dan tanam individu dilakukan di rumah kaca. Pengamatan dilakukan terhadap karakter induk yang digunakan, waktu persilangan sampai dengan panen buah, waktu terbentukan protokorm, pertumbuhan planlet di dalam botol, tanaman kompotan dan tanaman muda yang ditanam secara individu. Waktu yang diperlukan untuk masaknya biji bervariasi antara 103-166 hari, terbentuknya protokorm 33-106 hari, dan terbentuknya planlet 79-192 hari.
Proses Hibridisasi
1. Penyilangan : Pemilihan bahan induk untuk disilangkan dengan ciri warna merah, kuning, ungu atau biru, bentuk bunga bulat atau serasi, tegar/tidak mudah layu, tahan hama dan penyakit serta rajin berbunga (Gambar 1). Penyerbukan dilakukan pada pagi hari terhadap bunga yang telah mekar sekitar 4 hari. Persilangan dilakukan secara interspesifik dan intergenerik (Rose, 1994, Hawkes, 1970) secara resiprok atau searah. Setiap persilangan diberi label sesuai dengan nama induk betina dan jantannya. Jumlah bunga yang disilangkan antara 1-3 bunga per tangkai tergantung kepada jumlah bunga per tangkai. Bunga yang disilangkan dipilih yang letaknya ditengah tangkai karena bunga yang terletak diujung atau pangkal biasanya kurang bagus untuk disilangkan. Silangan yang berhasil membentuk buah dipelihara sampai kematangannya cukup dengan ciri berubahnya warna polong menjadi kekuningan dan keras.
2. Penyemaian biji : Buah yang sudah matang dan berhasil membentuk biji dipanen dan disebar bijinya secara aseptik pada media Vacin & Went atau Knudson padat ditambah taoge 150 g/l media dalam erlenmeyer ukuran 100 ml. Buah yang akan disebar digosok dengan alkohol 70% kemudian disterilisasi dengan menggunakan clorox 10-20% selama 10 menit dan clorox 5% selama 5 menit kemudian dicuci dengan aquadest steril sebanyak tiga kali, sterilisasi dilakukan di dalam laminar flow atau enkast. Buah yang sudah steril dibelah dengan pisau steril (scalpel) dan disebar diatas media dengan menggunakan pinset. Untuk buah yang sudah pecah, biji disterilisasi menggunakan larutan clorox 10% selama 10 menit dan 5% selama 5 menit dan dicuci dengan aquadest steril. Biji dalam aquadest selanjutnya disedot dengan pipet kemudian disebar pada media padat. Erlenmeyer disimpan di atas rak dalam ruangan bersuhu 20-250 C dan diberi penerangan lampu TL 40 W setiap tingkat dalam rak.
3. Penjarangan/pemindahan planlet : Biji-biji yang sudah berkecambah disubkultur (dipindah tanam) secara aseptik pada media Vacin dan Went atau Knudson padat yang ditambah dengan pisang, carcoal dan Zat Pengatur Tumbuh di dalam botol ukuran panjang 21 cm, diameter pangkal botol 6 cm dan diameter ujung botol 2,5 cm. Jumlah planlet yang ditanam sebanyak maksimal 30 planlet/botol. Penjarangan dan pemindahan planlet dilakukan 1 - 2 kali sampai tanaman dapat dikompot, tergantung pertumbuhan planlet di dalam botol. Botol-botol tersebut kemudian diletakkan di atas rak dalam ruangan bersuhu 20-250 C dan diberi penerangan lampu TL 40 W setiap tingkat dalam rak.
4. Pengompotan : Setelah planlet akarnya tumbuh cukup panjang, botol dipindah kedalam ruangan bersuhu ruang selama 7 hari, kemudian bibit dikeluarkan dari dalam botol dan agar yang menempel dibersihkan dengan air keran. Bibit kemudian dikompot pada media cacahan pakis yang sudah disterilkan dengan uap panas. Kompotan disiram setiap hari dan dipupuk dengan pupuk N tinggi 2 kali seminggu.
Bab III. Penutup
Kesimpulan
Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua.Perkiraan menyiratkan bahwa sebanyak 4000 jenis terdapat di Nusantara, dengan jumlah terbesar ada di Irian Jaya (2000 jenis). Anggrek terdapat disetiap jenis habitat dari daerah pinggir pantai hingga lereng atas gunung tertinggi. Dibeberapa tempat bahkan membentuk vegetasi utama. Pembudidayaan anggrek dapat dilakukan dengan dua cara Hibridisasi dan Kultur jaringan. Kultur jaringan yaitu suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977). Hibridisasi adalah proses penyilangan untuk menghasilkan varietas baru. Tujuan hibridisasi adalah untuk mendapatkan hibrida baru yang memiliki sifat-sifat bunga merah, kuning, ungu, atau biru, berbentuk bulat atau serasi, memiliki kesegaran bunga yang lama, rajin berbunga dan tahan terhadap hama penyakit.
Saran
1. Banyaknya varietas yang unggul menjadikan varietas buruk hampir tidak ada atau punah sehingga tidak ada keseimbangan alam sehingga perlunya memelihara varietas buruk dan varietas unggul secara seimbang.
2. Secara tidak langsung banyaknya proses hibridisasi membuat varietas asli (alam) terancam punah sehingga perlunya pembudidayaan varietas asli secara seimbang agar sifat asli tanaman tidak hilang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Allard, R.W. 1992. Pemuliaan Tanaman (Principles of Plant Breeding). Edisi 2 Terjemahan Manna. P.T. Rineka Cipta. Jakarta. 336 hal.
2. Bety, Y.A., Suskandari, S. Soedjono, dan Suryanah. 2004.Hibridisasi dan Seleksi Populasi F1 Anggrek Vanda. Prosiding Seminar Nasional Florikultura, Bogor, 4-5 Agustus :121 - 124
3. Search engine Google, Yahoo, dan Wikipedia
4. Sunarto. 1997.
5. Wels. 1981.
6. Suryawinata dan Suryowinoto. 1977.
kalau daftar pustaka nomor 4-6 jangan ditiru itu salah jeng!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar