EDIBLE
COATING dan EDIBLE FILM
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Teknik Pengemasan
yang dibina oleh Yunita E.P. S.Pi, MP
Disusun oleh :
Achmad Fathony 105080301111043
Ananta
Wira Pratama 105080301111047
Dinaino
Nabiu 105080301111039
Fahrizal
Sidqi 105080301111048
Hosnatus
Hasanah 105080301111053
Intan
Rizki Febrisari 105080301111035
Nandar
Hardika R 105080301111055
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Saat ini telah ada minat baru dalam film dimakan terbuat dari terbarukan dan
alami seperti protein, polisakarida dan
lipid polimer. Edible film polimer tidak
dimaksudkan untuk benar-benar menggantikan kemasan sintetis film dan batas kelembaban,
aroma dan lipid migrasi antara makanan
dan aroma, dan lipid migrasi antara
komponen makanan, di mana tradisional kemasan tidak dapat digunakan. Film-film
dapat digunakan untuk kemasan individu porsi kecil makanan, khususnya produk
yang saat ini tidak individual dikemas untuk praktis alasan. Ini termasuk pir,
kacang, kacang-kacangan dan stroberi. Dalam aplikasi yang sama mereka juga
dapat digunakan pada permukaan makanan untuk mengontrol difusi tingkat zat
pengawet dari permukaan ke bagian dari makanan. Aplikasi lain yang mungkin
untuk film dimakan dapat menggunakan mereka dalam makanan multilayer (Bourtoom,
2008).
Hampir semua orang mengetahui bahwa komoditas buah-buahan
dan produk hortikultur lainnya memiliki sifat khas, yaitu cepat rusak dan masih
terus be~espirasi setelah dipanen kemudian akan mengalami penguraian kandungan nutrisinya.
Untuk mengatasi masalah ini sudah beragam cara dilakukan, namun harnpir dapat
dikatakan tidak ada yang sernpurna. Konsep dari mempertahankan
umur
produk-produk hortikultura adalah dengan menghambat laju respirasi yang
terjadi
untuk mencegah degradasi nutrisi-nutrisi di dalamnya. Untuk itu digunakan pelapisan di permukaan lux
buah, salah satu cara yang telah banyak dikenal adalah dengan mclakukan
coating. Untuk melakukan coating pada buah dan sayuran, banyak bahan alami yang
dapat digunakan, misalnya dari jenis selulosa, kasein, zein, protein kedelai,
dan citosan. Hampir semua orang mengetahui bahwa komoditas buah-buahan dan produk
hortikultur lainnya memiliki sifat khas, yaitu cepat rusak dan masih terus be~espirasi
setelah dipanen kemudian akan mengalami penguraian kandungan nutrisinya. Untuk
mengatasi masalah ini sudah beragam cara dilakukan, namun harnpir dapat
dikatakan tidak ada yang sernpurna. Konsep dari mempertahankan umur produk-produk
hortikultura adalah dengan menghambat laju respirasi yang terjadi untuk
mencegah degradasi nutrisi-nutrisi di
dalamnya. Untuk itu digunakan pelapisan di permukaan buah, salah
satu cara yang telah banyak dikenal adalah dengan mclakukan coating. Untuk melakukan
coating pada buah dan sayuran, banyak bahan alami yang dapat digunakan,
misalnya dari jenis selulosa, kasein, zein, protein kedelai, dan citosan. (Ahmad et al., 2008).
Bahan makanan pada umumnya sangat
sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan,
kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas tersebut dapat dipercepat
dengan adanya oksigen, air, cahaya, dan temperatur. Salah satu cara untuk
mencegah atau memperlambat fenomena tersebut adalah dengan pengemasan yang
tepat. Pengemasan makanan yaitu suatu proses pembungkusan makanan dengan bahan
pengemas yang sesuai. Pengemasan dapat dibuat dari satu atau lebih bahan yang
memiliki kegunaan dan karakteristik yang sesuai untuk mempertahankan dan melindungi
makanan hingga ke tangan konsumen, sehingga kualitas dan keamanannya dapat
dipertahankan (Wahyu, 2008).
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang dapat disusun
dalam pembuatan makalah ini yaitu apa perbedaan antara edible couting dengan
edible film dalam pangan dan bagaimana proses pembuatannya serta mengetahui
manfaatnya.
1.3
Maksud
dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
perbedaan beserta proses dari pembuatan edible coating dan film serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.
Tujuan dari Pembuatan makalah ini yaitu dapat menganalisa
dari masing-masing kegunaan edible coating dan edible film.
2.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Edible Film dan Coating
Film dapat diartikan sebagai lapisan
tipis dari material . Biasanya tersusun dari polimer yang memungkinkan untuk
menguatkan secara mekanik pada stand yang terstruktur. Tiap sheet adalah film
yang tipis. Film dapat berbentuk wadah, bungkus, kapsul, kantong, atau
pelindung lapisan luar selama proses di pabrik. Coating adalah bagian dari film
secara langsung dimanfaatkan pada permukaan bahan material. Coating merupakan
bagian terakhir dalam pengemasan produk. Edible film dan coating dihasilkan
dari edible biopolimer dan food grade bahan pengawet. Biopolimer bisa dari
protein polisakarida (karbohidrat) dan lemak. Edible film dan coating
berpengaruh pada kualitas produk makanan. Melindungi produk dari kerusakan
fisika, kimia, dan biologi. Dapat juga melindungi produk dari perpindahan
kelembaban, pertumbuhan mikroba dari permukaan, induksi cahaya yang menyebabkan
perubahan kimia dan oksidasi nutrisi dan sebagainya (Han,2005)
Edible
biodegradable polymer film atau edible film adalah lapisan tipis yang menyatu
dengan bahan pangan, layak dimakan dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
Komponen edible film dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu hidrokoloid, lipid,
dan komposit. Kelompok hidrokoloid meliputi protein, alginat, pektin, pati,
derivat selulosa dan polysacharida lain (Lalopua,2003).
Edible
film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk
melapisi produk (coating) atau diletakkan diantara komponen produk yang
befingsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa (misalnya uap air, gas,
zat terlarut, cahaya) dan untuk meningkatkan penanganan suatu makanan (Ahmed et
al.,2008)
Edible film
berbentuk lapisan tipis yang dapat dikonsumsi, lapisan pada makanan atau
diletakkan sebagai penghalang antara makanan dan lingkungan sekitar. Selama 10
tahun penelitian tentang edible film dan coating pada makanan yang dilakukan oleh ahli pangan karena
tingginya permintaan kebutuhan konsumen terhadap daya awet dan kualitas yang
baik dari makanan yang segar. Contoh yang umum dari pengemasan edible adalah
sosis daging yang tidak perlu dibuang bungkusnya ketika dimasak dan dimakan. Film seperti itu
dapat melindungi makanan secara mekanik, mencegah kontaminasi dari
mikroorganisme, mencegah turunnya kualitas makanan karena perpindahan massa
(misal kelembaban, gas, rasa,dan lain-lain). Edible film dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori berdasarkan komponennya yaitu : hidrokoloid (mengandung
protein, polisakarida atau alginat), lemak (asam lemak,acylgliserol atau lilin)
dan kombinasi (dibuat dengan menyatukan kedua substansi dari dua kategori)
(Skurtys et al.,2011).
Menurut Colla,et al.,
(2006), edible
coating telah lama diketahui untuk melindungi produk yang perishable food dari
kerusakan seperti dehidrasi, tekanan, merubah kualitas tekstur, mencegah
penguapan komponen, dan mengurangi pertumbuhan mikroba. Aplikasi dari edible
coating pada buah seperti stroberi dapat menjadi metode alternatif untuk
menambah masa setelah panen, mengurangi kehilangan perubahan kualitas dan
kuantitas, dan juga bisa mendapatkan efek yang sama seperti penyimpanan
modifikasi atmosfer dengan komposisi gas.
2.2
Bahan Pembuatan Edible Coating dan
Edible Film
Selama
kurun waktu terakhir ini, bahan pengemas makanan yang berasal dari plastik
banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki berbagai
keunggulan seperti fleksibel, mudah dibentuk, transparan, tidak mudah pecah dan
harganya yang relatif murah. Namun, polimer plastik juga mempunyai berbagai
kelemahan yaitu sifatnya yang tidak tahan panas, mudah robek dan yang paling
penting adalah dapat menyebabkan kontaminasi melalui transmisi monomernya ke bahan
yang dikemas. Kelemahan lainnya dari plastik adalah sifatnya yang tidak dapat
dihancurkan secara alami (non-biodegradable), sehingga menyebabkan beban
bagi lingkungan). Oleh karena itu, mulai dikembangkanlah pengemas bahan organik
yang memiliki sifat mirip plastik namun bersifat biodegradable, dapat
langsung dimakan misalnya pengemas makanan edible (Prasetyaningrum,et al., 2010).
Umumnya
film yang dibuat dari hidrokoloid memiliki sifat mekanis yang baik,
namun tidak efisien sebagai penahan uap air karena bersifat hidrofil. Untuk
mengatasi hal tersebut pada pembuatan edible film sering ditambahkan
bahan plasticizer. Plastik edible yang dibentuk dari polimer murni
bersifat rapuh sehingga digunakan plastisizer untuk meningkatkan
fleksibilitasnya. Selama waktu penyimpanan maupun penggunaannya, plastik edible
dapat mengalami perubahan sifat, dan tidak diharapkan berlangsung cepat. Sifat
mekanik ini dipengaruhi oleh lama penyimpanan plastik edible.
Plasticizer
adalah bahan organik dengan berat molekul rendah yang
ditambahkan dengan maksud untuk memperlemah kekakuan dari polimer sekaligus
meningkatkan fleksibilitas polimer. Plasticizer yang digunakan dapat
diambil dari golongan poliol. Sorbitol merupakan salah satu golongan poliol
selain gliserol dan manitol. Sorbitol merupakan plasticizer yang efektif
karena memiliki kelebihan mampu untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada
ikatan intermolekuler sehingga baik untuk menghambat penguapan air dari produk,
dapat larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan mempermudah gerakan
molekul polimer, tersedia dalam jumlah yang banyak, harganya murah dan bersifat
non toksik (Astuti, 2011).
2.3
Cara Pembuatan Edible Coating
Terbuat
dari zein merupakan protein terkecil, seperti kolagen dan gelatin,digunakan
secara komersial pada edible counting. Pembungkusan zein di gunakan dengan O2,
lemak, dan mostuire dinding dari kacang,permen konveksioner dan makanan lain.
Proses zein terdiri dari 3 tahap. Tebung zein di larutkan pada suhu hangat,
aquaeus etil alkohol atau isopropanol. Plasti seperti propilene glikol atau
gliserin di tambahkan untuk meningkatkan Fleksibelitas counting. Produk akan di
bungkus dalam penyemprotan dengan brush Zein-plasticizer solution. Anto oksidan
seperti BHT atau BHA ditambahkan pada oksidasi lipid, dan minyak sayur untuk
menahan sinar. Proses counting di bentuk untuk produk pada permukaan pelarut
yang menguap (Han,2005).
Prosedur pembuatan chitosan dan pembuatan
larutan chitosan adalah sebagai berikutt : larutan kitosan dengan konsentrasi
0,25% dibuat dengan cara yaitu pertama-tama ditimbang kitosan yang masih dalam
bentuk serpihan sebanyak 25 gram, lalu dilarutkan dengan asam asetat 1% sampai
larutan tersuspensi dan kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya mencapai
10 L. Untuk prosedur pelapisan chitosan, pindang ikan layang dan ikan manyung
asap dilapisi dengan larutan kitosan yang telah dibuat. Larutan kitosan
tersebut akan membentuk edible coating. prosedur pelapisannya adalah sebagai
berikut :
1.
Membuat larutan kitosan dengan konsentrasi 0.25%.
2.
Setelah proses pemindangan selesai, selanjutnya ikan pindang dicelupkan ke
dalam larutan kitosan(0,25%) selama 1 menit kemudian ditiriskan.
3.
Dilakukan pengujian mutu yang meliputi uji Organoleptik
Dewasa
ini, mulai digalakkan penggunaan edible film dari bahan alami seperti rumput
laut. Pada sebuah penelitian, diketahui kandungan karagenan pada rumput laut Eucheuma
cottonii sekitar 61,52%. Karaginan adalah hidrokoloid yang potensial untuk
dibuat edible film karena sifatnya yang dapat membentuk gel, stabil,
serta dapat dimakan. Penelitian penggunaan rumput laut telah dilakukan pada
pembuatan edible film dari komposit karagenan, tepung tapioka dan lilin
lebah, adapun perlakuan terbaiknya yaitu konsentrasi karagenan sebesar 2%,
tepung tapioka 0,3% dan lilin lebah 0,3%. Penelitian lainnya dilakukan
pelapisan melon menggunakan edible film dari pati ubi kayu dengan
penambahan sorbitol sebagai zat pemlastis. Konsentrasi pati ubi kayu 4% dan
sorbitol 5% menghasilkan mutu edible film yang baik untuk pelapisan
buah. Sedangkan penelitian mengenai pengolahan Eucheuma cottonii menjadi
tepung ATC (Alkali Treated Carrageenophyt) dengan jenis dan konsentrasi
larutan alkali yang berbeda telah dilakukan, perlakuan terbaik dengan cara
perebusan didalam larutan KOH 10%.
2.4
Cara
Pembuatan Edible Film
Plastik
dan bahan edible lain di kombinasikan dengan film-Forming biopolimer untuk modifikasi
properti fisikal atau fungsional pada film.Film tersusun secara mekanisme dari biopolimer seperti intermolekular seperti
ikatan kovalen (disufida dan rantai silang) dan elektrostastik hidrofobik atau
ion interaksi. Produser fabrikasi mengindikasikan susunan film secara mekanisme
dibentuk dalam fabrikasi pada proses pengemasan makanan, yaitu pH modifikasi,
penambahan garam, pemanasan modifikasi enzimatik, pengeringan menggunakan
pelarut makanan bertingkat, dan penambahan bahan kimia lainnya (Han,2005).
Edible film dari buah diproduksi oleh McHugh.
Edible film dibuat dari apel dan perbedaan jumlah dari asam lemak, alkohol,
madu dan minyak sayur. Fungsinya sebagai mencegah kehilangan oksigen pada
kelembaban yang rendah dan sedang. Juga mengurangi reaksi browning, dari
kehilangan kelembaban dan mengatur rasa dari potongan apel. Ini bisa digunakan
untuk coating pada walnut, almond, dan produk roti (Ghasemzadeh et al.,2008)
Dewasa
ini, mulai digalakkan penggunaan edible film dari bahan alami seperti rumput
laut. Pada sebuah penelitian, diketahui kandungan karagenan pada rumput laut Eucheuma
cottonii sekitar 61,52%. Karaginan adalah hidrokoloid yang potensial untuk
dibuat edible film karena sifatnya yang dapat membentuk gel, stabil,
serta dapat dimakan. Penelitian penggunaan rumput laut telah dilakukan pada
pembuatan edible film dari komposit karagenan, tepung tapioka dan lilin
lebah, adapun perlakuan terbaiknya yaitu konsentrasi karagenan sebesar 2%,
tepung tapioka 0,3% dan lilin lebah 0,3%. Penelitian lainnya dilakukan
pelapisan melon menggunakan edible film dari pati ubi kayu dengan
penambahan sorbitol sebagai zat pemlastis. Konsentrasi pati ubi kayu 4% dan
sorbitol 5% menghasilkan mutu edible film yang baik untuk pelapisan
buah. Sedangkan penelitian mengenai pengolahan Eucheuma cottonii menjadi
tepung ATC (Alkali Treated Carrageenophyt) dengan jenis dan konsentrasi
larutan alkali yang berbeda telah dilakukan, perlakuan terbaik dengan cara
perebusan didalam larutan KOH 10%.
2.5
Kelebihan
dan Kekurangan Edible Film dan Coating
Anti Microbial film/coating/packaging material mempunyai
efektivitas memperlama fasa lag adaptasi dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme sehingga dapat memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas
dan keamanan produk terkemas. Anti microbial film/coating/packaging adalah
penyederhanaan dari proses pengemasan (Ahmed et al.,2008).
Keuntungan
Edible film dan Coating diantaranya yaitu:
-
Penggunaan
edible memberikan keuntungan lingkungan, serta keuntungan biaya dan
kenyamanan, lebih konvensional sistem kemasan sintetis.
-
Penggabungan pengawet menjadi film yang dapat dimakan dan
coating untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba permukaan dalam makanan sedang
dieksplorasi. Komposisi Film adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi
difusivitas dari preservatices dalam film sehingga
dapat dimakan.
-
Edible film dan coating telah menunjukkan potensi untuk
mengendalikan transfer kelembaban, oygen, lipid, aroma, dan rasa senyawa dalam
sistem makanan, dengan hasil peningkatan kualitas makanan
-
Tergolong
dalam kemasan yang lebih murah dibandingkan dengan kemasan yang lainnya
misalnya dibadingkan dengan plastic.
-
Edible coating dapat menyediakan
perlindungan untuk produk segar dan dapat juga memberikan efek yang sama dengan
modified atmosphere storage menyesuaikan dengan komposisi gas internal.
Keberhasilan edible coating untuk buah tergantung pada penilihan filmat au
coating yang memberikan komposisi gas internal dikehendaki yang sesuai untuk
produk tertentu.
-
Edible film yang dibuat dari
hidrokoloid merupakan barrier yang baik terhadap transfer oksigen, karbohidrat,
karbon dan lipid. Kebanyakan dari film hidrokoloid memiliki sifat yang baik
sehingga sangat baik dijadikan bahan pengemas.
-
Film hidrokoloid umumnya mudah larut
dalam air sehingga sangat menguntungkan dalam penggunaannya.
2.6
Perbedaan Edible Film dan Coating
Tidak ada perbedaan yang
jelas antara edible film dan edible coating. Biasanya edible coating langsung
digunakan dan dibentuk diatas permukaan produk sedangkan edible film dibentuk
secara terpisah (contoh: kantung tipis) barus digunakan untuk mengernas produk
(Ahmed et al.,2008).
Keprihatinan
atas pencemaran lingkungan dari bahan kemasan telah menyebabkan penelitian ke
dalam film dapat dimakan atau biodegradable untuk kemasan makanan umum dan film
yang dapat digunakan untuk melapisi buah segar untuk mengendalikan laju
respirasi. Contoh bahan pembentuk dimakan termasuk zein jagung (sebuah
prolamine berasal dari gluten jagung), gluten gandum, protein kedelai, protein
kacang, protein cottconseed, kasein, protein susu wey, alginat, dan kolagen
(Gontard et al., 1992a, 1992b, dan 1993 dan Baldwi, 1990). Kolagen casing untuk
produk daging pada dari film pertama. rincian dan coating pelapis dimakan
dimakan aktif, termasuk gusi, lilin, minyak, resin, dan karbohydrate berbasis
pelapisan diberikan oleh sejumlah penulis, termasuk Arvanitoyannis dan Gorris
(1999), Guilbert and Gontard (1995), Baldwin (1994 dan
1999) dan Debeauford et al. (1998)
(Fellows, 2003).
3.
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Dari makalah mengenai edible coating dan film
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
-
Kemasan adalah suatu wadah yang digunakan untuk melindungi suatu
produk, contohnya edible,plastic, karton dan lain-lain
-
Edible
biodegradable polymer film atau edible film adalah lapisan tipis yang menyatu
dengan bahan pangan, layak dimakan dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
-
Edible
coating telah lama diketahui untuk melindungi produk yang perishable food dari
kerusakan seperti dehidrasi, tekanan, merubah kualitas tekstur, mencegah
penguapan komponen, dan mengurangi pertumbuhan mikroba.
-
Untuk
mengatasi hal tersebut pada pembuatan edible film sering ditambahkan
bahan plasticizer
-
Bahan
baku dari edible bisa berasal dari
rumput laut, alginate atau getah ganggang coklat dan limbah udang
-
Plastik dan bahan edible lain di kombinasikan dengan
film-Forming biopolimer
untuk modifikasi properti fisikal atau fungsional pada film
-
Penggabungan pengawet menjadi film yang dapat dimakan dan
coating untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba permukaan dalam makanan sedang
dieksplorasi. Komposisi Film adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi
difusivitas dari preservatices dalam film sehingga
dapat dimakan.
-
Tidak ada perbedaan yang jelas antara edible
film dan edible coating. Biasanya edible coating langsung digunakan dan
dibentuk diatas permukaan produk sedangkan edible film dibentuk secara terpisah
(contoh: kantung tipis) barus digunakan untuk mengernas produk
3.2
Saran
Dari makalah ini sebaiknya untuk edible film dan edible
coating lebih dikembangkan sehingga edible film dan edible coating dapat labih
aman bagi konsumen untuk di konsumsi dan dapat memberikan nilai nutrisi yang
lebih bagi produk untuk di konsumsi konsumen.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad,Shafeeg;Ade Nurisman;Wahyu Fitrianto;
Arif Rahman Hakim; dan Nur Hidayat. Edible Coating Dari Gel Lidah Buaya
Sebagai Alternatif Bahan Untuk Mempertahankan Mutu Produk Dengan Aplikasi Spray.
Laporan akhir PKM-P.IPB:Bogor.
Astuti, Arin Widya. 2011. Pembuatan
Edible Film Semirefine Carrageenan
(Kajian Konsentrasi Tepung ARC dan Sorbitol)
Bourtoom,T. 2008. Review Article Edible films and
coatings: characteristic and properties. International Food Research
Journal 15 (3):237-248(2008).
Colla,E;P.J.A Sobral; and F.C.M Menegalli.
2006. Effect Of Composite Edible Coating From Amaranthus Cruentus Flour And Stearic
Acid On Refrigerated Strawberry (Fragaria Ananassa) Quality. 36:249-254
(2006).
Fellow. P . 2003. Food Processing Technology. New York : Whoodhead Publishing Limited
Ghasemzadeh,Raheleh;Ahmad Karbassi; dan Hamid
Bahador Ghoddousi.2008. Application Of Edible Coating For
Improvement Of Quality And Shelf-Life Of Raisins.World Applied Sciences
Journal 3(1):82-87,2008.
Han, Jung H.2005. Innovations in Packaging. Food Science and Technology, International
Series.
Irianto, Eko Harianto;Muhammad Darmawan; dan
Endang Mindarwati.2006. Pembuatan Edible Film Dari Komposit
Karaginan, Tepung Tapioka Dan Lilin Lebah (Beeswax). Jurnal pascapanen dan
bioteknologi kelautan dan perikanan Vol 1 No.2, Desember 2006.
Lalopua,Vonda M.N.2004. Pembuatan Edible Film Kalsium
Alginat dari Sargassum sp. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. Vol.3,
No.1, Januari 2004:35-40.
Skurtys;O. Acevedo; Cpedreschi;
F.Enrione;J.Osorio; dan F.Aguilera.2011. Food Hydrocolloid
Edible Films and Coatings. Universidad de Santiago de Chile.
Swastawati,Fronthea;Ima Wijayanti;dan Eko
Susanto.2008. Pemanfaatan Limbah Kulit
Udang Menjadi Edible Coating Untuk
Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Universitas
Diponegoro. Volume 4 No.4, Desember 2008.
Wahyu,Maulana Karnawidjaja.2008.Pemanfaatn Pati Singkok Sebagai Bahan Baku Edible Film. Keunggulan dan
Penguasaan IPTEKS. Djarum.
thx gan sangat membantu... :)
BalasHapusmuakkkk dengan musicnya,,,alangkah bagusnya jika musicnya bisa di atur untuk diam
BalasHapus