I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) di beberapa daerah
dikenal sebagai ikan Terbakan (Jawa Barat), Tambakan (Jawa Tengah), Tambakalang
(Jambi), ikan Sapil (Sumsel), dan Biawan (Kalimantan) merupakan ikan sungai
atau rawa yang cocok dipelihara di kolam yang sirkulasi airnya kurang lancar atau
miskin Oksigen.
Di Indonesia ikan
Tambakan termasuk ikan ekonomis penting yang harganya cukup tinggi terutama di
pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Untuk Provinsi Jambi saja misalnya harga
ikan tambakan dapat mencapai Rp 18.000/Kg, ini masih tergolong rendah, karena
ikan ini masih banyak terdapat di perairan Jambi. Jika ikan ini di budidaya dan
dijual ke daerah yang sedikit terdapat diperairannya, harga ikan ini bisa
melonjak hingga Rp. 30.000-40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10
ekor/kg dengan
permintaan pasar mencapai 7000 kg/Tahun untuk tahun 2009 untuk dalam negeri. Berarti
Ikan Tambakan
menghendaki tempat yang hangat, yang biasanya berada pada ketinggian antara
150-750 m dari permukaan air laut. Suhu air optimum yang memberikan hasil yang
baik bagi pemeliharaan ikan ini antara 27-300C.
Keberhasilan usaha
budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketersedian benih yang cukup jumlahnya dan
bermutu baik. Ketersediaan benih yang cukup digunakan untuk kegiatan budidaya
dan juga digunakan untuk cadangan diperairan umum, sehingga keberadaan ikan
tersebut tetap lestari. Oleh karena itu, perlu diupayakan usaha pembenihannya.
Komoditas ikan tambakan (Helostoma temmincki) tidak semua UPT
mengerjakannya. Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi merupakan salah
satu lembaga dibawah Departemen Perikanan dan Kelautan yang berperan dalam
pengembangan teknologi pembenihan air tawar termasuk ikan tambakan, sehinggga
pada kesempatan ini penulis memilih tempat di Balai Budidaya Air Tawar Sungai
Gelam Jambi, sebagai tempat melaksanakan praktek kerja lapangan Komoditas Air
Tawar.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah:
- Untuk mengetahui teknik Pembenihan dan Budidaya ikan Tambakan serta system usahanya di BBAT Jambi.
- Mengikuti dan terjun langsung dalam kegiatan pembenihan ikan tambakan. Agar mampu mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama kuliah dalam kegiatan pembenihan ikan Tambakan.
- Sebagai tugas akhir untuk mengikuti mata kuliah Praktek Kerja Lapangan Pembenihan di Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya.
1.3 Kegunaan
Diharapkan dengan dilakukannya kegiatan praktek kerja
lapang ini, di harapkan mahasiswa dapat memadukan teori yang diperoleh selama
berada di bangku perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Hasil
dari laporan PKL yang saya buat ini diharapkan dapat memberi informasi dan
pengetahuan yang dapat menunjang penelitian lebih lanjut bagi pengembangan
usaha pembenihan, khususnya Budidaya ikan tambakan (Helostoma temmincki).
II. METODEdanTEKNIK PENGAMBILAN DATA
2.1
Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang
bertujuan untuk memberikan gambaran umum, sistematis , aktual dan valid
mengenai data-data yang berupa fakta-fakta dan sifat populasi tertentu dari
suatu kegiatan pembenihan ikan tambakan.
2.2 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan pengumpulan data langung di lapangan, metode pengambilan data
primer dapat dilakukan melalui observasi, pertisipasi, aktif dan wawancara.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber
yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh melalui perpustakaan atau
dari laporan-laporan peneliti terdahulu. (Hasan, 2001).
Kegiatan yang dilakukan selama praktek
kerja lapang ini meliputi:
1.
Mengadakan
wawancara dengan staff, pegawai pelaksana dan nara sumber yang berhubungan
dengan Balai Budidaya Air Tawar Jambi, yaitu tentang lokasi dan fasilitas
pembenihan.
2.
Mengikuti
secara langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang akan dilakukan di
Balai Budidaya Air Tawar Jambi.
3.
Mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan manajemen maupun operasional ditempat
pembenihan serta aspek-aspek usaha yang berkaitan, produksi maupun pemasaran.
4.
Untuk
menambah data yang diperoleh pada saat praktek kerja lapang, dapat dilakukan
studi pustaka dan literatur yang ada.
III. KEADAAN UMUM
3.1
Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Balai
Budidaya air tawar (BBAT) Jambi berlokasi di Desa Sungai Gelam Kecamatan Sungai
Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, 30 km dari kota Jambi. Adapun batas desa ini
adalah sebelah timur berbatasan dengan Desa Petaling, Sebelah Barat berbatasan
dengan Desa
Margalama, Sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Tangkit dan sebelah Selatan berbatasan dengan kawasan transmigrasi.
Luas areal BBAT Jambi 20 Ha, yang terdiri dari 4,3 Ha areal perkolaman, 3,35 Ha
waduk reservoir, 12,35 Ha tanah darat yang sebagian besar digunakan sebagai
perkantoran, asrama pelatihan, mess operator, hatchery, laboratorium dan sarana
penunjang lainnya.
Sumber
air untuk perkolaman berasal dari resapan air disekitar BBAT Jambi yang
ditampung dalam tiga buah waduk.
3.2 Sejarah dan perkembangannya
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Jambi pertama kali didirikan pada tahun 1995 dengan nama loka budidaya air
tawar Jambi. Terhitung mulai tanggal 1 mei 2001, berdasarkan SK menteri
kelautan dan perikanan No. KP.26E/MEN/2001 bahwa loka budidaya air tawar Jambi
diubah menjadi Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi yang mempunyai tugas
melaksanakan penerapan teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar,
pelestarian induk/ benih ikan dan lingkungan, serta mengembangkan perikanan Air
Tawar terutama di Wilayah Sumatera dan Indonesia Barat pada umumnya.
Berdasarkan
surat edaran dari Sekretaris Diretorat Jendral Perikanan nomor:
OT.210/S5340/I/00k tanggal 25 januari 2000 maka Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Jambi merupakan suatu unit pelayanan teknis Departemen Kelautan dan Perikanan
di bidang budidaya air tawar dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral
Perikanan Budidaya, yang memiliki wilayah kerja seluruh pulau Sumatera.
3.3 Struktur Organisasi
Dalam
melaksanakan tugasnya, Balai Budidaya Air Tawar memiliki
susunan organisasi agar dapat berjalan dengan lancar. Organisasi tersebut
dipimpin oleh Kepala Balai (Ir. Supriyadi, M.Si) dan dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Standarisasi dan Informasi, Seksi Pelayanan Teknis dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
Susunan organisasi BBAT Jambi terdiri dari.
a. Seksi
Standarisasi dan Informasi
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan standar
teknik dan pengawasan pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar, pengendalian
hama dan penyakit ikan, lingkungan, sumberdaya induk dan benih, serta
pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan.
b. Seksi
Pelayanan Teknis
Mempunyai mempuyai tugas melakukan pelayanan
teknis kegiatan pengembangan, penerapan serta pengawasan, teknih kegiatan
pengembangan, penerapan serta pengawasan, teknik pembenihan dan pembudidayaan
ikan air tawar.
c.
Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan administrasi
keuangan, kepegawaian, persuratan, perlengkapan dan rumah tangga serta
pelaporan.
d. Kelompok
Jabatan Fungsional
Mempunyai
tugas dalam membimbing pembenihan ikan air tawar.
3.4
Sumber Daya Manusia
Untuk menunjang tugas dan
fungsinya, BBAT Jambi memiliki tenaga yang menangani teknis, administrasi dan
tenaga pendukung yang seluruhnya berjumlah 70 orang.
3.5
Fasilitas Fisik
Fasilitas-fasilitas pembenihan
meliputi fasilitas utama, pendukung dan penunjang. Agar kegiatan produksi
berjalan, syarat utama yang harus dimiliki unit pembenihan adalah fasilitas
utama dan pendukung.
3.5.1
Fasilitas utama
3.5.1.1
Wadah
Fasilitas
ini sangat mutlak diperlukan karena wadah merupakan tempat berlangsungnya
pemeliharaan larva dan benih. Wadah untuk induk berupa kolam induk ukuran 600m2
sebanyak 10 buah, kolam pendederan ukuran 500 m2 sebanyak 15 buah,
dan kolam pendederan ukuran 250 m2 sebanyak 28 buah. Kolam-kolam
pendederan berukuran 500 m2sebanyak 5 unit. Dan bak pemijahan
sebanyak 250 unit berupa fiber. Kolam-kolam tersebut sebanyak 39 unit sudah
permanen dan 18 unit berupa kolam-kolam tanah.
3.5.1.2
Sumber Air
Air merupakan komponen terpenting
dalam pembenihan ikan. Sumber air untuk perkolaman berasal dari resapan air
tanah lahan disekitar Balai Balaidaya Air Tawar
Jambi yang ditampung dalam 3 buah waduk/reservoir. Adapun ukuran dan
pemanfaatan waduk tersebut yaitu Waduk I
seluas 1,7 Ha dengan ketinggian air 1,5
m dan kualitas air sebagai berikut: Suhu 27-290C, oksigen
terlarut 7-11 ppm, pH 6-8 ppm. Waduk tersebut digunakan sebagai sumber air
kolam induk, kolam, pendederan dan pada bak pemijahan dan hatchery. Waduk 2
dengan luas 1 Ha digunakan untuk karamba jaring apung untuk tempat pemeliharaan
calon induk maupun induk ikan nila dan ikan mas. Sementara untuk Waduk 3 yang memiliki luas 0,65 Ha dimanfaatkan sebagai
pengendapan air pembuangan dari kolam-kolam sebelum dialirkan keluar.
Pada
hatchery sebelum air masuk terlebih
dahulu diendapkan pada tandon/ tower. Hal ini dilakukkan karena air hasil
endapan akan digunakan untuk pengairan unit-unit pembenihan. Terdapat tiga
hatchery untuk pembenihan yaitu hatchery 1 untuk
pembenihan ikan baung, jelawat dan patin hibrid, hatchery 2 untuk pembenihan
udang galah, lobster air tawar dan patin siam. Hathery tiga untuk pembenihan
Patin djambal. Pada hatchery dari waduk 1 air
dipompa ke bak pengendapan dan dipompa ke
hatchery, untuk hatchery 2 air yang berasal dari waduk terlebih dahulu
dipindahkan ke tandon ukuran 3x6x2 m. dari tandon dipindahkan ke bak
pengendapan yang berukuran 7x6x1,8 m dengan menggunakan pipa 5 inch. Untuk
mendistribusikan air maka terlebih dahulu dinaikan ke
tower dengan ukuran 2,25x2,25x1 m, menggunakan pompa air bermerek Niagara
dengan spesifikasi 1 KW, debit 200L/m.
3.5.1.3
Sistem Aerasi
Kebutuhan oksigen yang ada di BBAT
Jambi berasal dari blower, hi-blow dan kincir, untuk kebutuhuan suplai oksigen
ke unit-unit hatchery berasal dari blower, sementara kincir digunakan untuk
suplai oksigen di unit KJA. Blower yang
digunakan bermerk elektrin, tipe NrE 376277, 3,5HP, 50 HZ, debit 1420
liter/menit, dan 4 KW dari blower tersebut udara didistribusikan melalui pipa 2
inchi yang disambungkan melalui pipa 1 inchi dari pipa 1 inchi ini baru
dipasang selang aerasi dengan diameter 0,4 mm yang dilengkapi batu aerasi dan
pemberat.
3.5.1.4
Peralatan
Untuk memenuhi
kegiatan produksi ada berbagai peralatan yang digunakan diantaranya : jaring
panen, serok, hapa, baskom, ember, alat-alat grading , timbangan, baskom, pipa berlubang.
3.5.2
Pendukung
Energy listrik di BBAT
Jambi berasal dari dua sumber : yaitu dari PLN dan Genset. Apabila sumber
listrik dari PLN mati, maka digunakan
Generator set sebagai penerangan, dengan merk MITSUBHISI, tipe UCI 224 E1, 1500
rpm 220/380 volt, dan 50 Hz.
3.5.3 Penunjang
Fasilitas penunjang yang ada di
BBAT Jambi diantaranya kantor, laboraturium, gudang, rumah karyawan, asrama
mahasiswa, dan bangunan lainnya.
3.6
Kerjasama dengan Luar Negeri
Kerjasama yang pernah dijalin
antara BBAT Jambi dengan luar negeri demi pengembangan teknologi budidaya ikan
air tawar:
a. Japan International Cooperation
Agensi (JICA)
Sejak tahun 1995-2000 bantuan berupa technical assistance. Kemudian sejak tanggal 28 agustus 2000 ditanda
tangani kesepakatan (MOU) antara Direktorat Jenderal Perikanan dengan JICA
untuk PTTC (Project Type Technical
Cooperation) selama 5 tahun.
Kegiatan dalam program ini adalah :
1.
Pengiriman tenaga ahli budidaya ke BBAT
Jambi
2.
Memberikan bantuan peralatan
laboraturium dan perikanan
3.
Mengirimkan tenaga pendamping untuk
mengikuti pelatihan di Jepang.
b. IRD
(EX. ORSTOM) Perancis
Program
ini meliputi penelitian dan pengembangan catfish
yaitu :
1.
Pematangan gonad ikan patin jambal di
karamba Sungai Batang Hari.
2.
Teknik pemijahan botia.
3.
Teknik pemijahan arwana.
IV. PELAKSANAAN
KEGIATAN
4.1 Bahan dan Alat
Bahan dan Alat yang digunakan untuk pemijahan ikan tambakan adalah sebagai
berikut: Induk ikan tambakan, Timbangan, Penggaris, Fiber glass (1000 liter dan
100 liter) Mikroskop, Alat perikanan di lapangan (seperti: Baskom, Ember,
Waring) Jaring penangkap induk, Alat pengukur kualitas air (Thermometer, pH
meter), serta buku catatan.
4.2 Waktu
dan Lokasi
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan mulai
tanggal 3 maret sampai 27 April 2008 dan bertempat di Balai Budidaya Air Tawar
Jambi. Desa Sungai Gelam, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi.
4.3 Metode
Kerja
Selama
kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang terdiri dari: mengikuti, mengerjakan,
menghitung, mendiskusikan, dan mencatat seluruh rangkaian kegiatan pembenihan
ikan tambakan yang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi, yang
meliputi: Pemeliharaan Induk, Seleksi induk, Pemijahan Induk, Penetasan Telur,
Pemeliharaan Larva dan Benih, Kultur Pakan Alami dan Pemberian Pakan Pellet.
Mengamati, mencatat data sekunder dan wawancara tentang
keadaan umum di Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Mengamati, menghitung,
mencatat, dan wawancara langsung tentang faktor-faktor dalam analisa usaha
pembenihan ikan tambakan dan sistem untuk restocking
ikan tambakan yang dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi.
4.4 Fasilitas Pembenihan
4.4.1 Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam pemeliharaan induk berfungsi untuk memelihara induk
yang akan dipijahkan dan tempat untuk induk istrahat setelah beberapa kali
dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk ikan tambakan di BBAT Jambi berbentuk
persegi panjang yang mempunyai ukuran 10 x 25 x 1,5 meter yang dinding kolam yang terbuat dari
semen sedangkan dasar kolam tidak terbuat dari semen. Kolam dilengkapi
dengan saluran pemasukan (inlet) dan
saluran pengeluaran (outlet). Pipa
saluran outlet menggunakan pipa PVC
ukuran 16,5 cm, saringan pada saluran inlet
terbuat dari besi dengan luas saluran air 0,60 meter.
4.4.2 Wadah Pemijahan dan Penetasan Telur
Wadah pemijahan ikan Tambakan di BBAT Jambi yang sekaligus berfungsi
sebagai tempat penetasan telur terbuat dari bahan fiber glass. Wadah berbentuk
lingkaran yang memiliki kapasitas air 1000 liter. Untuk pemijahan dan penetasan
telur air diisi sebanyak 600 liter.
4.4.3 Kolam Pendederan
Kolam pendederan terdiri dari kolam pendederan I untuk
pemeliharaan larva. Sedangkan kolam pendederan ke II untuk pemeliharaan benih
menggunakan kolam tanah yang dinding kolam di semen. Kolam pendederan berbentuk
persegi panjang dengan salah satu sudut pada bagian outlet berbentuk siku.
Kolam pendederan I terdiri dari 2 x 4 x 1 meter. Sedangkan kolam pendederan ke
II berukuran 16,7 x 30 meter x 1,2 meter. kolam pendederan ke II dilengkapi
dengan saluran inlet dan outlet dengan ukuran pipa inlet sebesar 11 cm dan pipa outlet 16,5 cm, sedangkan untuk kolam
pendederan I untuk outlet 6,5 cm dan inlet 4 cm.
4.4.5 Sumber Air
Sumber air yang digunakan berasal dari resapan disekitar lokasi dan
ditampung dalam waduk, air tersedia sepanjang tahun. Air didistribusikan dengan
gaya gravitasi dan disalurkan kekolam dengan menggunakan pipa PVC ukuran 11 cm.
Air yang masuk kedalam kolam disesuaikan dengan kebutuhan. Air yang digunakan
tidak diberi perlakuan khusus karena air dalam keadaan baik tidak tercemar oleh
bahan-bahan kimia, hanya pada saluran inlet
diberi saringan untuk menyaring sampah yang terbawa masuk.
V. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
5.1 Karakteristik Ikan Tambakan
5.1.1Klasifikasi dan Morfologi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Upaordo : Anabantoidei
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Upaordo : Anabantoidei
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii
Nama Lokal : Ikan Tambakan
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah
salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dariwilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke
seluruh dunia.
Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya "mencium" saat
mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama
pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan
samarinda.
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip
punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip
ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar,
sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar.
Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah
insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui
bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter.
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang
memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil
makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam
gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain
seperti faring, premaksila, dentary, dan
langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker)
yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan
air.
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun
mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan
yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar
nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan
nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda".
5.1.2 Habitat dan Penyebaran
Ikan tambakan merupakan ikan air
tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara permukaan dan wilayah dalam
perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman
air. Pada awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia
Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat
sebagai binatang introduksi.
5.1.3 Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis
makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Bibirnya yang
dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan dari permukaan benda
padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis
insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari
air. Saat sedang mencabut makanan yang menempel di permukaan benda padat
memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi manusia terlihat seolah-olah sedang
"mencium" benda tersebut.
5.1.4 Reproduksi dan Perkembangbiakan Ikan tambakan termasuk ikan yang
mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam waktu kurang dari 15 bulan, populasi
minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali lipat populasi awalnya.
Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah
tiba. Di Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan Mei
hingga OktoberPerkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin
terjadi di bawah tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya
akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman
air. Tidak seperti anggota subordo Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak
membuat sarang maupun menjaga anak-anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru
menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air,
telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan
tambakan sudah bisa berenang bebas.
5.2 Pemeliharaan
Induk Persiapan
wadah pada pemeliharaan induk dimulai dengan menyurutkan air sampai habis
dengan cara membuka pintu saluran outlet
dan menutup pintu saluran inlet dengan
menggunakan karung, kayu dan besi lempengan. Adapun pengertian Inlet adalah saluran pemasukan air dan Outlet adalah saluran pengeluaran air.
Setelah air surut dilakukan pembersihan kolam dari kotoran dan hama. Hama pada
ikan biasanya berupa keong dan ikan-ikan kecil, termasuk ikan gabus.
Pembersihan kolam dengan menggunakan sekop atau cangkul. Pada
pemeliharaan induk ini dilakukan pengapuran tapi pemupukan tidak dilakukan
karena pada kolam induk masih ada unsur-unsur hara yang dibutuhkan buat
menumbuhkan pakan alami. Pengapuran bertujuan untuk membunuh hama-hama
pengganggu pada induk tambakan. Tanah dasar kolam induk diolah dengan cara
membalikkan tanah menggunakan sekop yang ditarik secara merata. Pengisian air
dilakukan setelah selama satu hari dikeringkan. Ketinggian air untuk kolam
pemeliharaan induk yang berkedalaman 100 cm diisi air setinggi 80 cm.
5.3 Penebaran Induk
Calon induk diambil dari alam yang lokasi induknya berada didaerah sekitar.
Propinsi Jambi. Kemudian induknya dipelihara di kolam pemeliharaan induk yang
telah disiapkan. Calon induk dipelihara pada kolam air tenang yang kadar
oksigennya rendah, ikan tambakan masih dapat hidup karena ikan tambakan
mempunyai alat pernapasan tambahan yang berupa labirynth. Induk Jantan dan Induk Betina dipelihara dalam satu
kolam. Induk yang dipelihara pada kolam pemeliharaan induk hanya menggunakan
satu kolam, dengan luas 250 m2.
5.4 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yang berupa pellet. Jenis pellet
yang diberikan adalah pellet jenis tenggelam dengan merk ‘CPP 888-3 SM’. Pellet
tersebut dibuat di pabrik pakan yang berada di daerah Karawang. Kandungan
nutrisi pellet ‘CPP 888-3 SM’ Dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan
Ikan
No
|
Kandungan Nutrisi
|
Kadar (%)
|
1.
|
Protein
|
30-32
|
2.
|
Lemak
|
3-5
|
3.
|
Serat
|
4-6
|
4.
|
Abu
|
5-8
|
5.
|
Kadar Air
|
11-13
|
Kandungan
Protein pada pakan ikan 30-32% diberikan sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan
perhari. Dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari atau 3 kg perhari dan
pemberian pakan dilakukan pada pagi hari jam 07:00 WIB dan sore hari diberikan
jam 16:00 WIB. Pemberian pakan yang cukup dapat merangsang pematangan gonad
pada induk. Pakan diberikan dengan cara ditebar di satu tempat saja atau tidak
boleh memencar. Untuk membuat induk ikan datang dan mengumpul di satu tempat
maka induk di panggil dengan cara, dinding kolam dipukul-pukul menggunakan kayu
atau tangan.
5.5
Pengelolaan Kualitas Air
Kondisi lingkungan terutama kondisi
perairan sangat mempengaruhi keberhasilan Budidaya. Pengelolaan air pada
pemeliharaan induk dilakukan dengan pergantian air secara overflow atau secara terus-menerus yaitu air yang keluar sebanding
dengan air yang masuk. Pergantian air dilakukan dengan membuka pipa saluran inlet dan mengisi air sampai penuh atau
sampai batas pipa outlet. Pipa outlet tersebut ditutup dengan saringan
atau kain. Tujuannya agar ikan yang ada di kolam tidak akan keluar walaupun
airnya penuh sampai batas pipa outlet.
Pipa saluran inlet tidak perlu dipasang saringan karena air yang masuk kedalam
kolam sudah bersih dari sampah dan kotoran. Kualitas air pada kolam pemeliharaan
induk dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kualitas Air Kolam Pemeliharaan Induk Tambakan.
No
|
Parameter
|
Nilai
|
1.
|
Suhu (0c)
|
25-30 0C
|
2.
|
pH
|
7,55
|
3.
|
DO (mg/l)
|
5,0
|
4.
|
Kecerahan (cm)
|
20
|
5.
|
Warna Perairan
|
Coklat Kemerahan (Keruh)
|
Jadi ikan Tambakan dapat
hidup walaupun warna perairannnya coklat kemerahan (keruh). Alat untuk mengukur
Kualitas Air adalah sebagai berikut: 1. pH meter dan Termometer, 2. DO meter,
3. Seichi disk. Cara kerja pH meter dengan cara PH meter dicelupkan kedalam
air, kemudian dicatat berapa PH yang ada didalam kolam. Termometer dengan cara
dicelupkan kedalam air, yang cara penggunaannya hampir sama dengan pH meter.
Kemudian dicatat berapa suhu yang ada di kolam tersebut. DO meter dengan cara
DO meter dimsukkan kedalam perairan tersebut dan biarkan sampai angka yang
ditunjukkkan baru berhenti, kemudian angka yang telah berhenti tersebut
dicatat. Sedangkan untuk Seichi disk cara kerjanya adalah dengan cara seichi
disk dimasukkan kedalam kolam tersebut dan diamati sampai kedalaman berapa
seichi disk tidak akan terlihat lagi, kemudian dicatat berapa kecerahannya.
Untuk pengukuran kualitas air ini dilakukan tiap sepuluh hari sekali yaitu
hanya pada pagi hari hanya untuk kolam induk.
5.6
Seleksi
Kematangan Gonad
Induk
yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu karena proses seleksi induk akan menentukan keberhasilan dalam proses
pemijahan. Induk yang dipilih adalah induk yang sehat, anggota tubuhnya tidak
cacat dan gerakannya aktif.
Sedangkan untuk seleksi kematangan gonad dilakukan dengan
pengecekan induk. Kemudian induk tambakan ditimbang bobotnya dan diukur panjang
total ikan. Seleksi induk yang akan dipijahkan dilakukan pada pagi hari untuk
menghindari ikan mengalami stress karena pengaruh suhu. Seleksi dilakukan
dengan menangkap induk dari kolam pemeliharaan induk dan ditempatkan didalam
ember besar untuk dipindahkan kedalam bak fiber glass untuk dipijahkan.
Ukuran induk tambakan yang sudah siap memijah berumur
12-18 bulan dengan panjang 20-24 Cm dan berat 150-300 Gram/ekor. Jumlah telur
yang dihasilkan 73.073 butir tiap satu induk. Induk yang telah matang kelamin
dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut: Betina Badannya relatif tebal agak
membulat, jinak. Sisiknya terutama mulai dari dagu keperut lebih putih bersih
dari pada jantan. Perut mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna
kemerah-merahan. Jantan badannya relatif lebih tipis, memanjang dan kelihatan
liar. Warnanya mulai dari dagu keperut lebih gelap dari pada ikan betina. Jika
perutnya dicoba ditekan maka akan keluar cairan putih yang tidak lain adalah
sperma. Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang berwarna
kehitam-hitaman.
Secara rata-rata panjang ikan jantan 19,67 cm dengan
bobot 106,53 gram. Sedangkan untuk panjang rata-rata ikan betina 22,75 cm dan
bobot total ikan betina 188,27 gram.
5.7Pemijahan
Induk
5.7.1 Persiapan
Wadah Pemijahan
Pemijahan ikan tambakan dilakukan
pada bak fiber glass terkontrol dengan volume bak 1000 liter. Bak yang
disiapkan sebanyak empat buah bak, kemudian bak dibersihkan Setelah itu bak yang digunakan
dibilas dengan air bersih. Kemudian
bak yang telah dibersihkan dikeringkan selama satu hari agar kuman-kuman dan
bibit penyakit mati. Sedangkan persiapan bak fiber glass ini dilakukan di hatchery satu yang tertutup.
Setelah
bak fiber glass dikeringkan selama satu hari, kemudian air diisi kedalam bak
fiber glass tersebut sebanyak 600 liter. Kemudian aerasi dipasang
kemasing-masing bak fiber glass sebanyak dua
buah selang aerasi dan aerasi harus
di cek setiap hari.
5.7.2 Pemijahan
Sebelum
ikan dipijahkan dilakukan penangkapan induk dengan menggunakan Jaring. Ukuran mata jaring yang
digunakan untuk menangkap induk jantan dan betina dengan diameter jaring 1 cm.
Kemudian ikan digiring dengan cara mempersempit ruang gerak ikan didalam air.
Pemijahan
dilakukan didalam bak fiber glass dengan volume 600 liter air, dengan
perbandingan jantan dan betina 1:1. Bak fiber glass tidak perlu ditutup dengan
jaring, karena bak yang digunakan cukup besar dan volume airnya tidak terlalu
banyak. Sebelum induk dipijahkan terlebih dahulu diberok dengan tujuan untuk
mengosongkan perut ikan dari kotorannya (feces).
Jumlah
ikan Jantan dan Betina yang ditangkap sebanyak 25 Jantan dan 25 Betina dan
dilakukan pemijahan massal dan secara alami. Induk Jantan dan Betina dimasukkan
kedalam bak fiber glass. Pemijahan ini tidak menggunakan substrat pemijahan,
karena telur melayang/mengapung di permukaan air.
Setelah ikan jantan dan
betina digabung kemudian suhu air di cek dengan menggunakan pH meter,
Termometer dan DO meter. Adapun suhu untuk pemijahan ikan tambakan berkisar
26,8 0C, pH nya 6,99 ppm, DO nya 5,1. Kemudian selang Aerasi di pasang kedalam bak fiber
tersebut.
Adapun tingkah laku
pemijahannya adalah sebagai berikut, Ikan jantan akan mengejar-ngejar ikan yang
betina. Kemudian warna air akan berubah menjadi keruh dan airnya bau amis dan
kelihatan ada gelembung-gelembung kecil
di air tersebut Kemudian ikan jantan akan memutar-mutarkan badannya dan
membelitkannya kepada betian. Ikan betina yang sudah memijah akan terlihat
bekas luka akibat gigitan dari ikan jantan yang cukup keras. Kemudian
akan mulai memijah dan melakukan ovulasi pada pagi hari yaitu pada pukul 06:35.
Telur akan mulai banyak yang keluar dan terbuahi. Kemudian induk jantan dan
betina akan selesai memijah dan setelah itu induk dikembalikan ke kolam
pemeliharaan induk pada pukul empat sore.
Ciri-ciri telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi adalah sebagai berikut:
Telur yang dibuahi berwarna kuning dan bening transparan, Sedangkan telur yang
tidak dibuahi berwarna putih dan jika dibiarin terlalu lama akan ada jamur yang
tumbuh. Telur tersebut
bersifat melayang di permukaan air.
5.8Penetasan Telur
5.8.1
Persiapan Wadah
Adapun wadah yang
diperlukan untuk menetaskan telur adalah 3 buah bak fiber glass yang telah
disediakan dan yang telah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada
bak fiber glass tersebut. Kemudian selang aerasi pada bak fiber glass tersebut
dipasang sebanyak 6 buah.
5.8.2
Penebaran dan Inkubasi Telur
Telur dipindahkan ke
bak fiber glass yang telah disiapkan. Pemindahan telur dilakukan secara
hati-hati dengan menggunakan serok kain yang lubang kainnya rapat. Kemudian
telur di serok perlahan-lahan, diserok sedikit demi sedikit tidak boleh terlalu
banyak karena akan menyebabkan telur-telur akan menjadi rusak. Telur yang telah
diserok disebar secara perlahan-lahan. Suhu dari ke tiga bak fiber glass
tersebut adalah 27,37 0C, sedangkan untuk ph 7,13 dan DO nya 6,98
ppm. Telur yang dibuahi kemudian diukur diameternya dengan menggunakan
mikroskop. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur diameter telur
adalah sebagai berikut: Mikroskop elektron, Cawan petrik, Gelas objek, Tissue,
Jarum pentul, Wadah plastic. Kemudian telur diambil sebanyak 50 butir, diameter
telur diukur setelah dua jam telur keluar pada pukul 08:45 – 09:15 WIB. Jadi jumlah diameter rata-rata telur yang telah diukur
adalah 0,99 mm.
Telur yang telah di Inkubasi mulai menetas setelah16-20 jam, pada kegiatan
yang saya lakukan telur akan menetas pada pukul 21:30 WIB. Dikarenakan suhu
penetasan pada telur sangat bagus sehingga telur akan cepat menetas.
Telur dihitung dengan mengambil tiga kali ulangan, tiap ulangan diisi telur
sebanyak + 200 butir telur. Kemudian telur dimasukkan ke tiga saringan.
Adapun cara penghitungan derajat pembuahan telur adalah sebagai berikut.
Sedangkan derajat
penetasan dihitung dengan cara menghitung satu-satu jumlah larva yang menetas.
Untuk jumlah telur, derajat penetasan , Hr, Fr, Gsi dapat dilihat pada tabel 4
di halaman lampiran.
5.9 Pemeliharaan Larva
5.9.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Persiapan wadah
pemeliharaan larva dengan menggunakan bak beton yang berukuran 2,5 meter x 5,0
meter. Bak beton yang digunakan sebanyak tiga buah bak beton. Untuk menggunakan
bak beton sebaiknya bak beton dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel.
Karena bak beton bekas pemeliharaan benih ikan patin siam dan bekas kultur
pakan alami.
Air yang ada di bak beton dibuang terlebih dahulu semuanya, kemudian
setelah air yang ada didalam bak beton habis dibuang semuanya. Kemudian bak
beton dibersihkan dengan menggunakan mesin pompa door smeer yang mempunyai daya
dorongan air yang kuat. Kemudian air tersebut disorong ke pipa outlet dengan menggunakan sekop beserta
kotoran yang telah dibersihkan. Setelah bak dirasa cukup bersih, kemudian bak
dikeringkan selama satu hari. Pengeringan bak berguna untuk membunuh
bibit-bibit penyakit dan kuman-kuman yang ada didalam bak. Kemudian selang
aerasi dan batu aerasi tetap dipasang, kemudian aerasi di cek terus-menerus.
Setelah bak dikeringkan kemudian air dimasukkan kedalam bak sebanyak 5000
liter atau 5 ton air. Jadi untuk ketiga bak dibutuhkan 15 ton air atau 15.000
liter air. Bak yang telah disiapkan, sebelumnya pakan alami sudah dikultur
terlebih dahulu sebelum larva ditebarkan.
5.9.2 Pemanenan Larva Tambakan
Larva dipanen setelah semua telur
menetas, Larva dipanen dengan menggunakan serokan kain. Kemudian larva
ikan dihitung dengan menggunakan sendok takar 5 ml. sebelumnya larva ikan telah
dihitung berapa takar larva yang didapat dalam satu sendok takar. Kemudian
panjang larva tambakan diukur dengan menggunakan mikroskop proyektor.
5.9.3 Penebaran Larva Tambakan
Larva Tambakan ditebar di bak beton yang telah disiapkan dan yang telah tumbuh pakan alaminya buat
pakan larva tambakan. Larva tambakan masih memiliki kuning telur, kuning telur
larva tambakan akan habis setelah larva tambakan berumur dua hari. Setelah umur
larva tambakan lewat 2 hari larva akan mulai memakan pakan alami yang ada di
bak beton berupa Plankton.
Adapun larva tambakan yang masih berumur satu hari belum dapat berenang
kedalam kolom perairan. Larva baru dapat berenang kedalam kolom perairan
setelah larva berumur 3 hari. Larva bersifat tenang dan tidak mau bergerak,
tapi ada sebagian larva yang sudah langsung bergerak bebas dan berenang didalam
kolom perairan. Untuk larva tambakan ini, aerasi tetap harus dipasang karena
jumlah ikan yang ditebar terlalu padat dan suplai oksigen buat larva tetap ada.
Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut diatas dan ukuran larva yang
baru menetas berukuran 2,5 mm.
5.9.4 Pendederan 1
Pada kolam pendederan I penebaran larva dilakukan pada pukul 13:30-17:00
WIB dengan cara larva diserok dengan menggunakan serokan kain. Kemudian Larva
di takar dengan menggunakan sendok takar 5 ml dan dimasukkan kedalam baskom.
Bak I diisi 200 takar (736.000), Bak II
diisi 183 takar (673.440) dan Bak III diisi 175 takar (644.00). Dengan
kapasitas air 5000 liter. Tiap satu takar 3680 ekor larva. Jadi jumlah larva
yang menetas keseluruhannya 2.053.440. Pakan yang diberikan pada pendederan I
berupa tepung pellet, selain itu larva makan pakan alami yang tumbuh di bak
beton.
5.9.5 Pemberian Pakan Larva Tambakan
Selain plankton larva tambakan
dapat diberikan pellet yang lebih halus buat larva tambakan. Tetapi pellet
dapat diberikan setelah semua larva dapat bergerak dan berenang bebas dan
kuning telur telah habis sebagai pakan cadangan. Pemberian pakan dilakukan
setelah 2-3 hari dengan cara menebarkan pakan diatas permukaan air.
Frekwensi pemberian pakan dilakukan empat kali sehari sebanyak 12 gram/hari
sampai umur 3 hari dan 20 gram/hari sampai umur 7 hari. Untuk pemberian pakan
dengan cara Micro diet dilakukan
dengan cara dilarutkan kedalam air kemudian di tebar ke permukaan air.
5.9.6 Pemanenan Benih
Sebelum melakukan
pemanenan benih tambakan, benih dipuasakan terlebih dahulu selama satu hari (di
berok) gunanya untuk mengosongkan perut dan mengurangi amoniak pada ikan
sewaktu dikirim. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan jaring, benih diambil
sebanyak 10.000 ekor sesuai permintaan dari konsumen.
Sebelum benih tambakan dikirim,
larva tambakan ditampung didalam hapa, yang telah dipasang sebelumnya didekat
kolam benih. Benih yang dipanen akan disumbangkan ke pesantren yang
membutuhkannya dan juga untuk restocking.
5.9.7
Kultur Pakan
Alami
Sebelum larva di tebar kedalam bak pakan alami harus dikultur terlebih
dahulu buat pakan larva. Bak yang dibutuhkan sebanyak tiga buah dengan ukuran
2,5 meter x 5,0 meter. Wadah yang dibutuhkan harus dibersihkan terlebih dahulu.
Dengan cara air yang kotor didalam bak harus dibuang terlebih dahulu yang ada
pada ketiga bak tersebut. Kemudian bak tersebut dibersihkan dengan menggunakan
pompa yang mempunyai tenaga dorongan yang kencang.
Bak dibersihkan dan Semua kotoran juga endapannya langsung dibuang. Lalu
selang aerasi dipasang tiap-tiap bak yang akan digunakan. Kemudian air
dimasukkan kedalam bak yang telah dikosongkan, air diisi sebanyak 5000 liter.
5.9.8 Pemupukan
Untuk pemupukan bak dimulai setelah air bak diisi, adapun dosis pupuk yang
digunakan adalah sebagai berikut. Urea 800 gram, Tsp 880 garam, Dedak 800 gram,
Tepung ikan 400 gram, Tepung kedelai 400 gram. Sedangkan volume air untuk bak 1
dan bak ke 2 jumlah volume air nya adalah sebanyak 10 ton/10.000 liter air.
Pemupukan berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Jenis
pakan alami yang biasa dimakan oleh larva ikan adalah plankton. Untuk bak yang ketiga langsung diambil pakan alami dari
bak yang sebelahnya, dengan menggunakan mesin pompa dengan cara pakan alami disedot
kemudian diisi sebanyak 5 ton/5000 liter yang ada pakan alaminya.
Pada cuaca cerah pakan alami
akan tumbuh dengan cepat, pakan alami akan tumbuh selama tiga hari dan jika pada cuaca
mendung pakan alami akan tumbuh dengan lambat atau selama satu Minggu. Warna
perairan yang bagus buat pakan alami berwarna hijau tua. Tabel 5.
Pengukuran suhu air pada bak pakan alami.
No
|
Parameter yang diukur
|
Nilai/Angka
|
1.
|
Suhu
|
28,52 0C
|
|
pH
|
6,74
|
|
DO
|
5,2 ppm
|
2.
|
Suhu
|
28,94 0C
|
|
pH
|
6,29
|
|
DO
|
4,14 ppm
|
5.7 Pengembangan Usaha Pembenihan
5.7.1 Kendala
Teknologi
pembenihan ikan tambakan telah dikuasain, namun masyarakat kurang tertarik
untuk membudidayakan ikan tambakan tersebut dikarenakan pertumbuhannya sangat
lambat. Maka diperlukan dibuat pelatihan-pelatihan yang mampu menarik
masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan ikan tambakan. Perlu ditemukan
lagi teknologi yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan tambakan.
Induk Ikan Tambakan masih sangat
susah didapat, kebanyakan induk tambakan didapat dari hasil tangkapan alam,
maka perlu dibuat teknologi untuk mempercepat calon induk tambakan yang baik.
Keberhasilan usaha budidaya ikan
sangat ditentukan oleh ketersediaan benih yang cukup jumlahnya dan bermutu
baik. Ketersediaan benih yang cukup digunakan untuk kegiatan budidaya dan juga
digunakan untuk cadangan diperairan umum, sehingga keberadaan ikan tersebut
tetap lestari. Oleh karena itu, perlu diupayakan usaha pembenihannya.
Komoditas ikan tambakan (Helostoma temmincki) UPT
mengerjakannya. Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi merupakan salah
satu lembaga dibawah Departemen Perikanan dan Kelautan yang berperan dalam
pengembangan teknologi pembenihan air tawar termasuk ikan tambakan.
Menyebarkan informasi teknologi
pembenihan ikan tambakan yang aplikatif kepada masyarakat. Rekaya teknologi
pakan yang cocok untuk perkembangan gonad ikan tambakan.
Aspek pembesaran untuk calon induk
ikan tambakan dapat dilakukan yaitu, melakukan rekaya pembesaran ikan tambakan
secara intensif baik di BBAT Jambi, maupun di masyarakat pembudidaya ikan yang
memiliki lingkungan yang cocok untuk pemeliharaan ikan ini. Mencari alternatif
budidaya pembesaran ikan tambakan selain dikolam sehingga pemanenan lebih
mudah.
Mencari alternatif untuk mengurangi
resiko kematian benih pada saat benih di pindahkan dari bak Fiber glass ke bak Beton. Kemudian
mencari solusi untuk menumbuhkan pakan alami buat benih tambakan secara cepat.
5.7.2 Prospek Usaha kedepan
Benih tambakan di restocking didaerah Lubuk Larangan. Untuk harga tambakan
yang siap dikonsumsi 30.000-40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10 ekor/kg. Manfaat
dari restocking ikan tambakan ini adalah untuk pelestarian plasma nutfah atau
ikan-ikan yang telah ada dilestarikan agar tidak punah dan bisa terdapat dialam
dan masyarakat luas bisa mengkonsumsi ikan tambakan tersebut.
Untuk manajemen restocking, ikan yang telah di restocking dilakukan 3 kali
pengecekan seperti sampel awal restocking.
Ikan tambakan sudah sejak lama membawa manfaat bagi manusia.
Di wilayah aslinya di Asia Tenggara, ikan ini dibudidayakan untuk diambil
dagingnya. Ikan tambakan juga biasa dipancing di alam liar. Belakangan, ikan
tambakan menjadi salah satu komoditas ikan hias air tawar karena wujud dan
perilakunya yang unik. Sebagai dampak dari
popularitasnya sebagai ikan hias, sejumlah besar ikan tambakan yang masih
berukuran kecil diekspor ke negara-negara lain seperti Jepang, Eropa,
Amerika Utara, dan Australia.
Kemudian setiap tiga bulan sekali dilakukan pengambilan
sampel ikan di lokasi restocking. Selain itu harga benih ikan tambakan didaerah
Palembang yang ukuran 2 cm dihargai 200 rupiah tiap 1 ekor.
Sedangkan untuk analisa usahanya yaitu investasi total Rp. 52.700.000 sedangkan
untuk total biaya produksinya Total Biaya= Biaya tetap+Biaya tidak tetap= Rp.
7.420.000+2.935.000 = Rp. 10.355.000.
Untuk Pendapatan Benih nya ukuran 2 cm yang di panen
dikali harga Benih ukuran 2 cm 150.000 ekor @. 200 = Rp. 30.000.000. Keuntungan
adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya total, Pendapatan –Total
biaya = Rp.30.000.000-10.355.000 =
Rp.19.645.000. R/C Ratio =
Pendapatan : Total Biaya = Rp. 30.000.000 : Rp. 10.355.000 = 2,89 Artinya
setiap pembiayaan sebesar Rp. 2,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.
2.89
Sedangkan untuk BEP Volume Produksi Total Biaya : Harga Satuan = 10.355.000 : 200/ekor = 51.775 ekor. Artinya titik balik balik
modal usaha ini akan tercapai bila volume produksi benih mencapai 51.775 ekor.
BEP Harga Produksi, Total Biaya : Total Produksi = 10.355.00 : 150.000 =
69,033/ekor
Pay Back Periode (PP), PP = Investasi : Keuntungan x 1 Tahun = 52.700.000 :
39.290.000 = 1,3 Tahun. CASH FLOW = Keuntungan + Biaya Penyusutan = 39.290.000
+ 5.270.000 = 44.560.000
Periode produksi dua kali dalam setahun dengan target produksi benih yang
di peroleh 1.200.000 ekor/siklus atau 2.400.000 ekor/tahun.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari kegiatan pemijahan ikan tambakan
di bak beton dapat disimpulkan bahwa derajat pembuahan (FR) pada bak
Fiber glass 97,6% dan
Jumlah telur yang menetas (HR) 95,5 % dan suhu air yang bagus buat pemijahan
27-30 0C sedangkan SR nya tidak ada.
Keberhasilan
dari kegiatan perekayasaan ini dapat memberikan pengetahuan guna mempercepat
proses ahli teknologi pemeliharaan ikan tambakan dan untuk dikembangkan melalui
usaha perikanan yang akhirnya akan dapat menjadikan usaha ekonomis yang
menguntungkan.
6.2 Saran
Dari
hasil praktek kerja lapang maka saran yang dapat diambil yaitu:
·
Perlu
dilakukan pemisahan terhadap induk tambakan yang telah selesai dipijahkan
dengan yang belum matang gonad.
·
Sebaiknya
pada saat melakukan pendederan Larva ikan tambakan jangan di pindahkan di Bak
Beton luar Hatchery, tetapi biarkan saja dulu larva tersebut masih tetap di
dederkan di bak dalam hatchery. Karena larva masih rentan terhadap suhu dingin.
·
Perlu
dilakukan pengkulturan pakan alami yang cukup bagi larva dan benih tambakan.
·
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dalam teknologi pemeliharaan benih,
pendederan dan pembesaran supaya tingkat kelulushidupan ikan tambakan tinggi,
sehingga usaha pembenihan ikan tambakan dapat efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Heru Susanto.
1999. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Mashudi,
Ediwarman dan Maskur. 2001. Pemijahan ikan tambakan (Helostoma
temmincki). Balai
Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar