PARADIGMA
BARU PENGEMBANGAN PEDESAAN MENUJU MASYARAKAT DAN KAWASAN PEDESAAN YANG MANDIRI
DALAM ERA OTONOMI DAERAH
REVIEW
JURNAL
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sosiologi Pedesaan
yang dibina oleh Wahyu Handayani,
S.Pi
Disusun oleh :
NAMA : ACHMAD FATHONY
NIM : 105080301111043
KELAS :
E
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
Dalam jurnal dengan judul “ Paradigma
Baru Pengembangan Pedesaan Menuju Masyarakat dan Kawasan Pedesaan yang Mandiri
dalam Era Otonomi Daerah” dijelaskan tentang perubahan system pembangunan yang
menempatkan masyarakat pedesaan sebagai subjek bukan objek dalam proses
pembangunan. Dimana sebelumnya dijelaskan menurut jurnal bahwa Indonesia
meskipun telah melakukan pembangunan terencana secara berkesinambungan selama
tiga dekade, kondisi masyarakat dan kawasan pedesaan belum menunjukan adanya
perbaikan yang berarti. Banyak factor yang berperan dibalik keadaan. Konsep
pembangunan nasional selama Pembangunan Jangka Panjang (PJP) ke-1 adalah salah
satu factor penting yang berperan dalam memburuknya situasi masyarakat dan
kawasan pedesaan. Selain itu terjadinya krisis moneter, dimana akan
menghancurkan struktur industry nasional yang berpusat didaerah perkotaan dan
sebagai akibatnya banyak terjadi PHK. Begitu juga yang dirasakan masyarakat
pedesaan saat krisis moneter, keadaan perekonomiannya semakin mengkhawatirkan.
Apalagi dengan meningkatnya arus tenaga kerja perkotaan yang kembali ke kampong
halamannya di desa akibat PHK akan berdampak buruk terhadap prokduktivitas
kerja di daerah pedesaan / pertanian tersebut. Konsepan dari pembangunan
nasional cenderung merugikan kawasan dan masyarakat pedesaan.
Proses pembangunan industry telah
gagal memanfaatkan secara optimal transfer surplus yang telah di ambil dari
sector pertanian selama periode PJP 1. Padahal dalam pembangunan sub-sektor
beras telah berhasil meningkatkan produksi baras nasional. Namun entah kenapa
harga beras cukup murah di Indonesia. Ada yang beralasan bahwa mayoritas tenaga
kerja di sector industry adalah tenaga kasaryang sebagian besar penghasilannya
di belanjakan untuk pangan, terutama beras. Sebagai konsekuensinya, harga beras
dirukan serendah-rendahnya, alasannya agar upah buruh dapat dipertahankan
sehingga proses industrialisasi dapat berjalan lancar. Sehingga tidak anaeh
jika mayoritas penduduk miskin di Indonesia adalah di sector
pertanian/pedesaan. Semestinya hal ini tidak perlu terjadi bila pemerintah
menerapkan proses pembangunan yang tepat. Sebenanyar, sungguh sector pertanian
itu berpotensi memakmurkan rakyat Indonesia. Namun apa daya, masyarakat
pedesaan tidak bias berbuat apa-apa. Itulah salah satu dari factor yang memicu
kegagalan. Namun yang paling signifikan adalah kesalahan dalam strategi industrialisasi,
ketidak tepatan kebijakan ekonomi makro, buruknya manajemen parbankan nasional
dan telah berkembangnya korupsi.
Di dalam era orde baru, struktur
politik nasional yang relative otorier telah memberikan kemampuan kepada pemerintah,
khususnya pemerintah pusat, untuk menempatkan masyarakat pedesaan yang hanya berlaku
sebagai objek pambangunan. Akibatnya diperoleh hasil masyarakat bersifat pasif
dan tergantung pada pemerintah. Dan selanjutnya akan di adakan revormasi dalam
struktur politik nasional. Ada dua perubahan fundamental yang relevan dengan
pelaksanaan pembangunan nasional. Pertama, merombak struktur politik nasional
menjadi struktur yang demokratis. Di dalam struktur politik yang demokratis
tersebut pemerintah tidak mungkin bertindak otoriter lagi dan hanya menempatkan
masyarakat sebagai objek pembangunan nasional, semua kalangan baik dari
kalangan bawah – ates semuayan bertidak sebagai subjek yang pro aktif dalam
perumusan desain, implementasi dan pembiayaan program – program pembangunan.
Sehingga pembangunan pedesaan tidak lagi sebagai alat untuk mengekstrak surplus
pedesaan untuk membiayai proses industrialisasi di kawasan perkotaan.
Perubahan yang kedua yaitu implikasi
langsung dari diterapkan otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, tiap-tiap
daerah punya kewenangan untuk berkesempatan dalam pro-aktif dalam pmbangunan.
Sehingga nantinya akan terbentuk suasana yang bervariasi dair suatu wilayah ke
wilayah yang laintergantung pada variasi lingkungan alam, kondisi social dan
ekonominya. Implikasi dari global ekonomi yaitu dengan perdagangan bebas dimana
produk dari globalisasi ekonomi merupakan factor penting yang harus di
pertimbangkan dalam pembangunan kawasan pedesaan. Pemerintah berperan penting
dalam mencampuri perekonomian nasional melalui kebijakan-kebijakan. Hal
tersebut bertujuan untuk melindungi produsen dalam negeri dari persaingan
langsung dengan produsen luar negeri.
Belajar dari kegagalan konsep
pembangunan orde baru serta pengalaman selama krisis ekonomi, transformasi
perekonomian nasional harus dilakukan melali proses industrialisasi
pertanian.pedesaan yang merupakan basis perekonomian nasional. Sebagai
implikasinya, sector pertanian dan kawasan pedesaan harus ditempatkan sebagai
motor penggerak dari proses transformasi perekonomian nasional tersebut.
Sehingga pembangunan pedesaan harus diarahkan untuk menciptakan kawasan dan
masyarakat pedesaan yang ideal dimana, kawasan pedesaan yang mandiri dan
berwawasan lingkungan. Paradigma pembangunan yang lama telah diganti dengan paradigm
pembangunan yang baru ternyata lebih handal dalam mencapai tujuan-tujuan
pembangunan pedesaan. Perubahan paradigm tersebut telah dimanifestasikan
kedalam azaz dasar dan azaz pendukung dari pendekatan pembangunan pedesaan yang
akan diterapkan di kawasan dan masyarakat pedesaan. Adapun azas dasar dari
pendekatan pembangunan pedesaan diantaranya; bersifat holistis (menyeluruh),
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, berorientasi pada pertumbuhan dan
pemerataan, berorientasi pada peningkatan dan daya saing global dan
berorientasi pada partisipasi masyarakat. Sedangkan azas pandukungnya yaitu
pembangunan pedesaan harus terencana, sistematik dan berkelanjutan; Pembangunan
pedesaan harus memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kesimpulannya yaitu penempatan
masyarakat pedesaan sebagai objek/pendukung dalam pembangunan justru gagal,
oleh karena itu paradigma tersebut harus diubah. Perubahannya harus
diselaraskan dengan perubahan kondisi dan struktur politik nasional, serta
kecenderungan perubahan perekonomian global dan local. Seharusnya semua
kalangan bergerak sebagai motor bukan hanya pendukung, pro-aktif dalam sluruh
proses pembangunan pedesaan. Harapannya dengan perubahan paradigma tersebut
yaitu mampu menciptakan masyarakat dan kawasan pedesaan yang mandiri dan
makmur.
Daftar Pustaka
Hutagaol,
Parulian. 2001. Paradigma Baru Pengembangan Pedesaan Menuju Masyarakat dan
Kawasan Pedesaan yang Mandiri dalam Era Otonomi Daerah. Jurnal Study
Pembangunan, Kemasyarakatan dan Lingkungan. Vol.3 No.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar