Hadiluwih merupakan salah
satu desa yang berada di daerah Pacitan khususnya di Kecamatan Ngadirojo. Secara
geografis, Desa Hadiluwih memiliki
jumlah penduduk 4.500 jiwa
dengan mata pencaharian sebagian besar yaitu buruh; tani,
bangunan,dll. Secara umum Topografi Desa Hadiluwih merupakan daratan dengan ketinggian ± 2 meter di atas
permukaan air laut, dengan suhu udara sekitar 20oC - 28oC.
Dalam daerah tersebut terdapat
sosok seorang yang memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi, beliau bernama Bapak
Anang Widagdo. Beliau ini seseorang yang pendiri sekaligus Pembina POKLAHSAR(Kelompok Pengolah dan
Pemasar) “PENI”, yang merupakan kelompok usaha bersama (KUB) yang bergerak
dalam bidang usaha pengolahan berbagai jenis produk perikanan dengan modal sendiri. Kelompok Usaha
Bersama (KUB) adalah kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk
oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses
kegiatan PROKESOS (program kesejahteraan sosial) untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan
sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan sosialnya
POKLAHSAR “PENI” didirikan pada tanggal 22 Januari 2009 oleh Bapak
Anang Widagdo yang berawal dari usaha
budidaya lele yang mengalami kegagalan. Pada waktu itu Pak Anang Widagdo, seorang lulusan seni Jogjakarta
mencoba membuat usaha budidaya lele karena disamping ingin berwirausaha, beliau
juga ingin memberikan suatu lahan untuk penerapan ilmu dari keponakannya
lulusan UNAIR Surabaya jurusan Budidaya Perairan. Disamping itu keponakan dari
Pak Anang Widagdo juga berkesempatan mengajar di SMK N 1 Ngadirojo. Akan tetapi
selang waktu berjalan 2 tahun, ternyata keponakan dari Pak Anang Widagdo kurang
nyaman dengan pekerjaan yang telah dijalaninya dan akhirnya keponakan dari Pak Anang
Widagdo merantau ke Jakarta. Sehingga hal tersebut menjadikan Pak Anang Widagdo
mengalami kesulitan untuk melanjutkan usaha budidaya lele dikarenakan Pak Anang
Widagdo belum banyak mendapat ilmu dari keponakannya tersebut.
Akan tetapi dengan jiwa
entrepreneur yang dimiliki oleh Pak Anang Widagdo begitu kuat dan akhirnya
beliau tidak mudah putus asa. Kemudian beliau mempunya ide inovatif yaitu
beliau ingin membuat usaha pengolahan ikan lele. Awalnya beliau coba-coba ingin
membuat produk dari hasil budidaya ikan lelenya yang semakin hari kian menurun.
Dan ternyata produk yang dibuat oleh Pak Anang Widagdo dirasa enak dan oleh
sebab itu beliau ingin beralih profesi menjadi pengolah ikan lele. Adapun
beberapa produk olahan yang diproduksinya antara lain Tahu Lele, Bakso Lele,
Nugget Lele, Otak-otak lele, sosis Lele, Rolade Lele, Keripik kulit lele, Lele
asap, Stik Lele, Pastel Lele dan Kerupuk Sirip Lele.
Selang beberapa bulan
usaha olahan ikan lele yang dilakukan Pak Anang Widagdo ini ternyata kurang
mendapat respon positif dari masyarakat khususnya daerah Kecamatan Ngadirojo.
Kendala yang dialami oleh Pak Anang Widagdo yaitu masyarakat Kecamatan
Ngadirojo kurang gemar makan ikan. Karena masyarakat Kecamatan Ngadirojo
tersebut belum tahu apa keunggulan atau manfaat ikan pada tubuh. Dan kendala
lain yang dirasakan oleh Pak Anang Widagdo yaitu pemikiran masyarakat Kecamatan
Ngadirojo akan ikan lele sangat buruk. Dirasa ikan lele itu merupakan ikan yang
jorok dan kurang lezat untuk dikonsumsi. Berbagai kiat atau cara telah
dilakukan oleh Pak Anang Widagdo untuk mengatasi pemikiran-pemikiran yang
negative tersebut. Pak Anang Widagdo selalu aktif dalam acara-acara yang
diadakan dalam perkumpulan Kecamatan maupun Desa dan disela-sela acara tersebut
beliau selau mempresentasikan akan gemar makan ikan dan manfaat makan ikan.
Lambat laun berjalan
beliau terus memproduksi dan aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan
oleh Dinas-Dinas yang berhubungan tentang perikanan seperti KKP, DKP Pacitan
dan BP3 Banyuwangi. Dan akhirnya membuka wawasan Pak Anang Widagdo dalam dunia
perikanan. Beliau yakin akan usaha yang dilakukannya akan berhasil. Dengan
adanya pelatihan yang kerap kali diikuti oleh Pak Anang Widagdo, beliau
berfikiran untuk mengganti bahan baku untuk pengolahan ikan lele menjadi ikan
tuna. Karena dirasa ikan tuna lebih mudah didapat yang realitanya Kabupate
Pacitan Khisusnya Kecamatan Ngadirojo cupkup melimpah akan hasil perikanan
lautnya dan disamping itu kandungan gizi yang ada pada ikan tuna lebih tinggi
bila dibandingkan oleh ikan lele. Selanjutnya, Pak Anang Widagdo mulai mencari
warga di Desa Hadiluwih yang sekiranya masih berpenghasilan minim atau
pengganguran untuk dijadikan karyawan. Hal tersebut sebagai salah satu upaya pemberdayaan
masyarakat. Jadi pak anang berfikir ini tidak hanya dilakukan semata-mata
bisnis. Beliau ingin membangun mental warga sekitar menjadi seorang
entrepreneur. Beliau mengambil bahan baku dari masyarakat, dipkerjakan oleh
masyarakat dan hasilnya untuk masyarakat. Pak Anang Widagdo menampung 9 orang
warga untuk dibina, mereka dibina oleh Pak Anang Widagdo tidak hanya bisa
membuat produk akan tetapi beliau membina warga dalam membangun mental atau
jiwa entrepreneur dalam bidang perikanan dan kelautan.
Dan pada tahun 2009, Pak Anang
Widagdo mendapatkan program dari Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu P2MKP
(Program Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan) yang inti dari program
tersebut adalah membuat suatu kelompok usaha bersama dalam bidang perikanan. Dan
akhirnya pada tanggal 22 Januari 2009 dibentuk Kelompok Pengolah dan Pemasar
(POKLAHSAR) “PENI” yang dibina oleh Bapak Anang Widagdo. Hingga sekarang
POKLAHSAR “PENI” terus produksi dan pemasarannya sudah menyeber ke seluruh Kota
pacitan, dan untuk luat kota sudah menjajaki daerah Poorogo dan Magetan. Untuk
ke daerah Surabaya dan Malang masih dalam tahap perintisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar