KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT
atas rahmat, hidayah dan inayahNya dalam penulisan dan penyusunan paper ini
sebagai tugas terstruktur mata kuliah Metode Analisis dan Manajemen
Laboratorium. Terima kasih kami haturkan kepada Ir. J.A Sumardi, MS sebagai dosen pengampu
mata kuliah tersebut. Tidak lupa terima kasih juga kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya paper ini.
Dalam paper ini akan membahas
mengenai analisa kadar lemak, dimana pembahasan dimulai secara definitif,
metode analisa hingga penerapannya terhadap suatu bahan yang akan diolah
menjadi produk. Tiada gading yang tak retak, kami yakin dalam penulisan paper
ini terdapat banyak kekurangan, sehingga masukan dari anda yang bersifat
membangun akan sangat berguna bagi kami.
Penulis,
1. PENDAHULUAN
Minyak dan lemak adalah
trigliserida, kedua istilah ini berarti “triester dari gliserol”. Perbedaan
antara suatu lemak dan suatu minyak, pada temperatur kamar lemak berbentuk pdat
dan minyak berbentuk cair. Gliserida pada hewan berupa lemak, sedangkan pada
tumbuhan berupa minyak, oleh karena itu ada yang disebut lemak hewani dan
minyak nabati (Fessenden, 1992).
Menurut Budimarwanti (2011), Lipida adalah golongan senyawa
organik yang sangat heterogen yang menyusun
jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida
merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan
kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari. Lipida mempunyai sifat
umum sebagai berikut:
·
Tidak
larut dalam air
·
Larut
dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
·
Karbontetraklorida
·
Mengandung
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga mengandung
nitrogen dan fosfor
·
Bila
dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
·
Berperan
pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Berbeda
dengan lemak dan minyak lainnya, minyak ikan mengandung EPA dan DHA yang tinggi
masing-masing sejumlah 14-19% dan 5-8%. Komposisi asam lemak tak jenuh majemuk
tergantung pada berbagai faktor. Asam lemak jenuh termasuk komponen C12 sampai
C24 dan beberapa dengan rantai cabang (iso C16, iso C17) juga telah ditemukan.
Diantara asam lemak tak jenuh tunggal 16:1(ω7), 20 :1(ω-9) dan 22:1 (ω-11) juga
ada dalam jumlah yang bervariasi. Lebih dari 50 asam lemak bebas yang berbeda
telah itemukan dalam minyak ikan laut namun delapan jenis seringkali mewakili
lebih dari 80% dari jumlah keseluruhan (Pratama et al., 2011).
Dalam Legowo
et al., (2005) menjelaskan beberapa
metode dalam menentukan kadar lemak yaitu :
1.
Penentuan
kadar lemak dengan Metode Soxhlet
2.
Penentuan
kadar lemak dengan Metode Goldfisch
3.
Penentuan
kadar lemak dengan Metode Babcock
4.
Penentuan
kadar lemak dengan Metode Gerber
5.
Penentuan
kadar kolesterol berdasar Leibermann-Burchard, dll
Dengan
mengetahui kadar lemak yang terkandung dalam suatu bahan akan dapat memberikan
informasi yang berharga terhadap masyarakat terhadap kepastian jumlah atau
kadar lemak yang terkandung di dalam suatu bahan pangan
2. METODE ANALISA
Dalam
menentukan kadar lemak, terdapat beberapa metode yang sering digunakan oleh
peneliti, tergantung dengan motiv dan tujuan dari penelitian itu sendiri serta
faktor – faktor penunjang lain. Adapun dalam paper ini akan membahas mengenai
metode goldfisch.
Ekstraksi dengan alat Goldfish sangat
praktis. Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukan kedalam thimbel dan
dipasang dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang. Bahan
pelarut yang digunakan ditempatkan dalam bekerglas di bawah tabung penyangga.
Bila bekerglas dipanaskanuap pelarut akan naik dan didinginkan oleh kondensor
sehingga akan mengembun dan menetes pada sampel demikian terus menerus sehingga
bahan akan dibasahi oleh pelarut dan akan terekstraksi, selanjutnya akan
tertampung ke dalam bekerglas kembali. Setelah ekstraksi selesai, sampel
berikut penyangganya diambil dan diganti dengan bekerglas yang ukurannya sama
dengan tabung penyangga. Pemanas dihidupkan kembali sehingga pelarut akan
diuapkan lagi dan diembunkan serta tertampung ke dalam bekerglas yang terpasang
di bawah kondensor, dengan demikian pelarut yang tertampung dapat dimanfaatkan
untuk ekstraksi yang lain (Sudarmadji, 1996).
Gambar alat Goldfisch
Metode Goldfish merupakan metode yang
mirip dengan metode Soxhlet, perbedaannya adalah labu ekstraksinya dirancang
sehingga solven hanya melewati sampel, bukan merendam sampel. Hal ini
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi, tapi dengan kerugian
bisa terjadi “saluran solven” dimana solven akan melewati jalur tertentu dalam
sampel sehingga ekstraksi menjadi tidak efisien.Masalah ini tidak terjadi pada
metode Soxhlet, karena sampel terendam dalam solven.
3. PEMBAHASAN
3.1. Prinsip
Melarutkan
lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelarut lemak selama beberapa waktu
menggunakan metode ekstraksi dengan alatsoxhlet/goldfish. Lemak yang
terekstraksi (larut dalam pelarut) akanterakumulasi dalam wadah pelarut (labu
sokhlet/gelas goldfish), kemudiandipisahkan dalam pelarutnya dengan cara
dipanaskan dalam oven suhu 105˚C.Pelarut akan menguap, sedangkan lemak tidak
akan menguap karena titik didihlemak lebih dari 105˚C, sehingga akan tertinggal
dalam wadah untuk ditentukan beratnya.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Alat-Alat yang digunakan
·
Peralatan
Ekstraksi Goldfisch
·
Labu
ekstraksi
·
Beaker
Glass
·
Kondensor
·
Oven
Vakum
·
Neraca
Analitis
Bahan-bahan yang digunakan
·
Sampel
lemak yang akan dianalisis
·
Pelarut
(Kloroform, Petroleum eter, Etil eter, Benzene, Heksana, Aseton)
3.3 PROSEDUR
1. Timbang kira-kira 5 g bahan
kering dan halus dan pindahkan ke dalamkertas saring atau kertas aluminium
(aluminium foil) yang dibentuk sedemikian rupa sehingga membungkus bahan
dan dapat masuk dalamthimble, yaitu pembungkus bahan yang terbuat dari alumina
yang porous.
2. Pasang bahan dan thimble
padasample tube, yaitu gelas penyangga yang bagiaN bawahnya terbuka, tepat
dibawah kondensor alat distilasi Goldfisch.
3. Masukan pelarut,
misalnya petroleum-ether secukupnya (paling banyak 75ml dalam gelas piala khusu
yang telah diketahui beratnya. Pasanglah piala berisi pelarut ini pada
kondensator sampai tepat dan tak dapat diputar lagi.
4. Jangan
lupa mengalirkan air pendingin pada kondensor. Naikkan pemanaslistrik sampai
menyentuh bagian bawah gelas piala dan nyalakan pemanaslistriknya.
5. Lakukan
ekstraksi selama 3-4 jam. lalu matikan pemanas listriknya danturunkan. Setelah
tidak ada tetesan pelarut, ambillah thimble dan sisa bahandalam gelas peyangga.
6. Pasanglah
gelas piala penampung pelarut (Solvent Recovery Tube) t-reditempat gelas peyangga tadi. Gelas piala yang berisi
pelarut dan minyak yangterekstraksi, dipasang lagi dan dilanjutkan pemanasan
sampai semua pelarutmenguap dan tertampung dalam gelas piala penampung pelarut.
Pelarut yangtertampung dapat digunakan lagi.
7. Lepaskan
gelas piala yang berisi minyak dari alat distilasi dan lanjutkan pemanasan
di atas alat pemanas sampai berat konstan. Timbang berat minyak dan
hitunglah persen minyak dalam bahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar