Jumat, 05 November 2010

Pemanfaatan Selulosa dari Limbah Rumput Laut (Gelidiella acerosa ) sebagai Boikomposit yang Ramah Lingkungan


Latar Belakang Masalah
            Dewasa ini, pengunaan material komposit mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Pengunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang kembali, merupakan tuntutan teknologi saat ini. Salah satu material komposit yang diharapkan di dunia industri yaitu material komposit dengan material pengisi (filler) baik yang berupa serat alami maupun serat buatan. Pada dasarnya material komposit merupakan gabungan dari dua atau lebih material yang berbeda menjadi suatu bentuk unit mikroskopik, yang terbuat dari bermacam-macam kombinasi sifat atau gabungan antara serat dan matrik. Saat ini bahan komposit yang diperkuat dengan serat merupakan bahan teknik yang banyak digunakan karena kekuatan dan kekakuan spesifik yang jauh di atas bahan teknik pada umumnya, sehingga sifatnya dapat didesain mendekati kebutuhan (Jones, 1975).
Penelitian yang mengarah pada pengembangan bahan komposit telah banyak dilakukan, terutama yang berkaitan dengan komposit penguatan serat alam yang berbahan matrik polimer. Pada dekade terakhir, komposit serat alam dengan termoplastik dan termoset telah digunakan oleh produsen mobil Eropa untuk  door panel, seat back, headliner, package tray, dashboard dan trunk liner. Perkembangan teknologi dengan menggunakan komposit serat alam banyak difokuskan pada komposit yang didasarkan polypropylene (Wulandari, 2009).
Serat alami adalah serat yang dihasilkan dari bahan-bahan alam. Serat alami banyak digunakan sebagai material pengisi dan memperkuat komposit. Serat alami yang sering dimanfaatkan pengisi komposit, diantaranya enceng gondok, daun nanas, jerami dan masih banyak serat alami yang lain yang biasa dimanfaatkan. Serat alami juga mempunyai keuntungan, yaitu jumlahnya berlimpah, memiliki specific cost yang rendah (Sanadi, 1992; Yam, 1990), dapat diperbarui, densitas rendah, bebas CO2, non-abrasive dan dapat daur ulang, serta tidak mencemari lingkungan (Gauthier, 1998). Serat alami mengandung lignoselulosa yang banyak ditemukan pada tanaman. Salah satu sumber lignoselulosa yang belum digunakan sebagai bahan pengisi dan penguat komposit adalah rumput laut.
Rumput laut merupakan tanaman yang hidup di perairan, yang mempunyai produktivitas tinggi. Berdasarkan catatan Ditjen Perikanan Budi Daya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), produksi rumput laut nasional pada 2004 baru sekitar 410.570 ton. Pada 2005 angka itu meningkat menjadi 910.636 ton. Tahun 2007 meningkat lagi menjadi 1.079.850 ton. Adapun area strategis yang dapat digunakan untuk budi daya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21.500 hektare.
Selama ini rumput laut banyak diolah menjadi karagenan. Besarnya potensi dan prospek pengolahan rumput laut masih belum diimbangi dengan penanganan limbah dari pengolahannya. Untuk diketahui bahwa limbah dari pengolahan rumput laut sebesar 65 persen. Selama ini limbah rumput laut cenderung terbuang dan menjadi sampah organik. Sebuah data menyebutkan, pada 2008 limbah pengolahan rumput laut mencapai 1.682.545 ton (Nuryati, 2009). Limbah sebanyak itu ternyata masih menjadi masalah yang perlu dicarikan solusinya, yakni dengan memanfaatkannya menjadi produk yang bisa memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan rumput laut selain dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan. Salah satu pemanfaatan limbah rumput laut adalah sebagai biometerial pengisi dan penguat komposit
Limbah rumput laut kaya akan kandungan lignoselulosa. Muzakir (2009) menyatakan bahwa ampas rumput laut mengandung lignoselulosa yang tinggi. JECFA (2007) menambahkan bahwa kandungan rumput laut (Gelidiella acerosa.) mencapai 13,65% selulosa. Selulosa merupakan serat alami sebgai bahan pengisi dan penguat material komposit. Namun, kelemahan serat alami sebagai material komposit adalah moisture absorption tinggi dan sifat adhesi serat/ matriks tidak bagus sehingga memberikan sifat mekanik yang rendah pada natural fibre composites. Oleh karena itu, perlu penambahan perlakuan kimia pada serat alam yaitu dengan menambahkan maleic anhydride pada polypropylene dapat meningkatkan sifat kebasahan (wetting) dari serat alam dan memperkuat ikatan serat/matriks.
Limbah rumput laut merupakan serat alami yang kaya akan lignoselulosa (selulosa), yang dapat dimanfaatkan sebagai biomaterial pengisi dan penguat komposit. Kelebihan serat alami sebagai biomaterial komposit adalah memiliki specific cost yang rendah, dapat diperbarui, densitas rendah, bebas CO2, non-abrasive dan dapat daur ulang, serta tidak mencemari lingkungan. Namun serat alami juga memiliki kelemahan, yaitu moisture absorption tinggi dan sifat adhesi serat/ matriks tidak bagus sehingga memberikan sifat mekanik yang rendah pada natural fibre composites. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai komposit dari serat rumput laut dengan menambahkan maleic anhydride pada polypropylene dapat meningkatkan sifat kebasahan (wetting) dari serat alam dan memperkuat ikatan serat/matriks.

Perumusan Masalah
            Rumusan masalah  Pemanfaatan Selulosa dari Limbah Rumput Laut (Gelidiella acerosa ) sebagai Boikomposit yang Ramah Lingkungan ini adalah
Bagaimana mekanisme pembuatan biokomposit limbah rumput laut (Gelidium sp)?
Berapakah Efisiensi pembuatan biokomposit dari selulosa limbah rumput laut (Gelidium sp)?

Tujuan Program
            Tujuan Pemanfaatan Selulosa dari Limbah Rumput Laut (Gelidiella acerosa ) sebagai Boikomposit yang Ramah Lingkungan ini adalah
Mengetahui Mekanisme pembuatan biokomposit dari selulosa limbah rumput laut (Gelidium sp)
 Mendapatkan Efisiensi pembuatan biokomposit dari selulosa limbah rumput laut (Gelidium sp)


E.         Manfaat Penulisan

Bagi pemerintah, sebagai rekomendasi kebijakan pemerintah terhadap serat alami sebagai biomaterial pengisi dan penguat komposit yang dapat diterapkan pada produk-produk berbasis polimer.
Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai pemanfaatan serat rumput laut  (Gelidiella acerosa )sebagai biokomposit.
Bagi mahasiswa, sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam melakukan penulisan efektivisa dan efisiesnsi serat rumput laut (Gelidiella acerosa) sebagai biokomposit

 TINJAUAN PUSTAKA
Limbah Plastik
limbah plastik merupakan komponen ketiga terbanyak yang dibuang setelah limbah organik dan kertas. Meski dari segi jumlah tidak tergolong banyak, limbah plastik merupakan masalah lingkungan yang terbesar karena materialnya tidak mudah diurai oleh alam, baik oleh curah hujan dan panas matahari, maupun oleh mikroba tanah. Karena ringan, plastik akan cenderung terangkat ke permukaan ketika ditimbun sehingga mengotori lingkungan sekitar. Jika tercecer di badan air, plastik cenderung menyumbat aliran. Bila dibakar akan menimbulkan asap yang membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Dengan kian meningkatnya kebutuhan barang plastik, limbah ini akan menimbulkan masalah yang kian pelik. Hal ini bisa dilihat dari perkiraan kebutuhan plastik 220 juta penduduk Indonesia pada tahun 2003 yang akan mencapai sekitar 1,35 juta ton, menurut Indonesia Plastic Industries.  Selama ini memang telah ada upaya untuk mendaur ulang plastik yang dilakukan oleh pemulung dan industri pendaur ulang plastik, namun tidak semua limbah tertangani dan beberapa jenis plastik seperti styrofoam dan plastik multilayer belum dapat dimanfaatkan.
polimer plastik memerlukan proses yang lebih besar untuk didaur ulang. Plastik memiliki pencampuran rendah entropi , yang disebabkan oleh besarnya berat molekul dari rantai polimer mereka. Pemanasan saja tidak cukup untuk melarutkan molekul besar dari plastik karena plastik  hampir identik dengan komposisi campuran efisiennya.
Hal lain yang menyebabkan plastik sulit di daur ulang adalah karena penggunaan secara luas dyes, pengisi, dan aditif lainnya dalam plastik. Polimer umumnya terlalu kental untuk menghapus ekonomi pengisi, dan akan rusak oleh banyak proses yang murah bisa menghapus pewarna tambahan. Zat aditif tidak banyak digunakan dalam wadah minuman dan kantong plastik, sehingga memungkinkan mereka untuk dapat didaur ulang .

            Rumput laut (Gelidiella acerosa)
Komposit
Pengertian
Fungsi
Manfaat
Contoh
sifat
Pembuatan biokomposit dari selulosa
Komposit
Didalam dunia industri kata komposit dalam pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur menjadi satu. Menurut Kaw (1997) komposit adalah sruktur material yang terdiri dari 2 kombinasi bahan atau lebih, yang dibentuk pada skala makroskopik dan menyatu secara fisika. Kata komposit dalam pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur secara makroskopis. Sedangkan menurut Triyono dan Diharjo (1999) mengemukakan bahwa kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Composite berasal dari kata kerja “to compose“ yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan.
Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai daya pengikat yang tinggi. Pengunaan serat sendiri yang diutama untuk menentukan karakteristik bahan komposit, seperti : kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik yang lainnya. Sebagai bahan pingisi serat digunakan untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu, untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlkuan kimia.
Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material tersebut untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang kita kehendaki, hal ini dinamakan "tailoring properties" dan ini adalah salah sifat istimewa yang komposit yaitu ringan, kuat, tidak terpengaruh korosi, dan mampu bersaing dengan logam, dengan tidak kehilangan karakteristik dan kekuatan mekanisnya.

 Secara umum bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu bahan komposit partikel (particulate composite) dan bahan komposit serat (fiber composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang diikat oleh matrik. Bentuk partikel ini dapat bermacam-macam seperti bulat, kubik, tetragonal atau bahkan bentuk-bentuk yang tidak beraturan secara acak. Sedangkan bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matrik. Bentuknya ada 2 macam yaitu serat panjang dan serat pendek.
Bahan Komposit Partikel
Dalam struktur komposit, bahan komposit partikel tersusun dari partikel-partikel disebut bahan komposit partikel (particulate composite). Menurut definisinya partikelnya berbentuk-beberapa macam seperti bulat, kubik, tetragonal atau bahkan bentuk-bentuk yang tidak beraturan secara acak, tetapi secara rata-rata berdimensi sama. Bahan komposit partikel umumnya digunakan sebagai pengisi dan penguat bahan komposit keramik (ceramic matrik composites (Hadi, 2000). Bahan komposit partikel pada umumnya lebih lemah dibanding bahan komposit serat. Bahan komposit partikel mempunyai keunggulan, seperti ketahanan terhadap aus, tidak mudah retak dan mempunyai daya pengikat dengan matrik yang baik.
Bahan Komposit Serat
            Unsur utama komposit adalah serat yang mempunyai banyak keunggulan, oleh karena itu bahan komposit serat yang paling banyak dipakai. Bahan komposit serat tediri dari serat-serat yang diikat oleh matrik yang saling berhubungan. Bahan komposit serat ini terdiri dari dua macam, yaitu serat panjang (continuos fiber) dan serat pendek (short fiber atau whisker). Dalam penelitian ini diambil bahan komposit serat (fiber composite). Pengunaan bahan komposit serat sangat efisien dalam menerima beban dan gaya. Karena itu bahan komposit serat sangat kuat dan kaku bila dibebani searah serat, sebaliknya sangat lemah bila dibebani dalam arah tegak lurus serat ( Hadi, 2000).
Gambar 1. Klasifikasi bahan komposit yang umum dikenal ( Hadi, 2000)

            Komposit serat dalam dunia industri mulai dikembangkan dari pada mengunakan bahan partikel. Bahan komposit serat mempunyai keunggulan yang utama yaitu strong (kuat), stiff (tangguh), dan lebih tahan terhadap panas pada saat didalam matrik (Schwartz, 1984). Dalam perkembangan teknologi pengolahan serat, membuat serat sekarang makin diunggulkan dibandingkan material matrik yang 11 digunakan. Cara yang digunakan untuk mengkombinasi serat berkekuatan tarik tinggi dan bermodulus elastisitas tinggi dengan matrik yang bermassa ringan, berkekuatan tarik rendah, serta bermodulus elastisitas rendah makin banyak dikembangkan guna untuk memperoleh hasil yang maksimal. Komposit pada umumnya menggunakan bahan plastik yang merupakan material yang paling sering digunakan sebagai bahan pengikat seratnya selain itu plastik mudah didapat dan mudah perlakuannya, dari pada bahan dari logam yang membutuhkan cara tersendiri.

1.2       Tipe Komposit Serat
Untuk memperoleh komposit yang kuat harus dapat memempatkan serat dengan benar. Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit, yaitu
Continuous Fiber Composite
            Continuous atau uni-directional, mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina diantara matriknya. Jenis komposit ini paling sering digunakan. Tipe ini mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.
Woven Fiber Composite (bi-dirtectional)
            Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan melemah.
Discontinuous Fiber Composite
            Discontinuous Fiber Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek. Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 (Gibson, 1994 : 157) :
a) Aligned discontinuous fiber
b) Off-axis aligned discontinuous fiber
c) Randomly oriented discontinuous fiber
            Pada penelitian ini menggunakan Randomly oriented discontinuous fiber merupakan komposit dengan serat pendek yang tersebar secara acak diantara matriknya. Tipe acak sering digunakan pada produksi dengan volume besar karena faktor biaya manufakturnya yang lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat yang sama.
Gambar 2. Tipe discontinuous fiber (Gibson, 1994 : 157, " Principles Of Composite Material Mechanics").





Hybrid Fiber Composite
Hybrid fiber composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat menganti kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.

Gambar 3. Tipe komposit serat

1.3       Faktor Yang Mempengaruhi Performa Composit
Penelitian yang mengabungkan antara matrik dan serat harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi performa Fiber-Matrik Composites antara lain:
Faktor Serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
Letak Serat
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan dan modulus maksimum pada arah axis serat.
Two dimensional reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua arah atau masing-masing arah orientasi serat.
Three dimensional reinforcement, mempunyai sifat isotropic kekuatannya lebih tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya.
Pada pencapuran dan arah serat mempunyai beberapa keunggulan, jika orientasi serat semakin acak (random) maka sifat mekanik pada 1 arahnya akan melemah, bila arah tiap serat menyebar maka kekuatannya juga akan menyebar kesegala arah maka kekuatan akan meningkat.
Gambar4. Tiga tipe orientasi pada reinforcement
Panjang Serat
            Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan. Ada 2 penggunaan serat dalam campuran komposit yaitu serat pendek dan serat panjang. Serat panjang lebih kuat dibanding serat pendek. Serat alami jika dibandingkan dengan serat sintetis mempunyai panjang dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya. Oleh karena itu panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut dengan istilah aspect ratio. Bila aspect ratio makin besar maka makin besar pula kekuatan tarik serat pada komposit tersebut. Serat panjang (continous fiber) lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek. Akan tetapi, serat pendek lebih mudah peletakannya dibanding serat panjang. Panjang serat mempengaruhi kemampuan proses dari komposit serat. Pada umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya jika dibandingkan dengan serat pendek. Serat panjang pada keadaan normal dibentuk dengan proses filament winding, dimana pelapisan serat dengan matrik akan menghasilkan distribusi yang bagus dan orientasi yang menguntungkan.
            Ditinjau dari teorinya, serat panjang dapat mengalirkan beban maupun tegangan dari titik tegangan ke arah serat yang lain. Pada struktur continous fiber yang ideal, serat akan bebas tegangan atau mempunyai tegangan yang sama. Selama fabrikasi, beberapa serat akan menerima tegangan yang tinggi dan yang lain mungkin tidak terkena tegangan sehingga keadaan di atas tidak dapat tercapai (Schwartz, 1984).
            Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan continous fiber. Hal ini terjadi pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan tarik setinggi 1500 kips/in2 (10,3 GPa). Komposit berserat pendek dapat diproduksi dengan cacat permukaan yang rendah sehingga kekuatannya dapat mencapai kekuatan teoritisnya (Schwartz, 1984). Faktor yang mempengaruhi variasi panjang serat chopped fiber composites adalah critical length (panjang kritis). Panjang kritis yaitu panjang minimum serat pada suatu diameter serat yang dibutuhkan pada tegangan untuk mencapai tegangan saat patah yang tinggi (Schwartz, 1984).
Bentuk Serat
            Bentuk Serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga mempengaruhi (Schwartz, 1984).
Faktor Matrik
            Matrik dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga matrik dan serat saling berhubungan. Pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan permukaan yang kuat antara erat dan matrik. Selain itu matrik juga harus mempunyai kecocokan secara kimia agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada permukaan kontak antara keduanya. Untuk memilih matrik harus diperhatikan sifat-sifatnya, antara lain seperti tahan terhadap panas, tahan cuaca yang buruk dan tahan terhadap goncangan yang biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan material matrik. Bahan Polimer yang sering digunakan sebagai material matrik dalam komposit ada dua macam adalah thermoplastik dan termoset. Thermoplastik dan termoset ada banyak macam jenisnya yaitu:
a. Thermoplastik
Polyamide (PI),
Polysulfone (PS),
Poluetheretherketone (PEEK),
Polyhenylene Sulfide (PPS),
Polypropylene (PP),
Polyethylene (PE) dll.
b. Thermosetting
Epoksi,
Polyester.
Phenolic,
Plenol,
Resin Amino,
Faktor Ikatan Fiber-Matrik
            Komposit serat yang baik harus mampuan untuk menyerap matrik yang memudahkan terjadi antara dua fase (Schwartz, 1984 : 1.12). Selain itu komposit serat juga harus mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan matrik berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian tegangan. Kemampuan ini harus dimiliki oleh matrik dan serat. Hal yang mempengaruhi ikatan antara serat dan matrik adalah void, yaitu adanya celah pada
serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut. Pada pengujian tarik komposit akan
berakibat lolosnya serat dari matrik. Hal ini disebabkan karena kekuatan atau ikatan interfacial antara matrik dan serat yang kurang besar (Schwartz, 1984).


Katalis
            Katalis ini digunakan untuk membantu proses pengeringan resin dan serat dalam komposit. Waktu yang dibutuhkan resin untuk berubah menjadi plastik tergantung pada jumlah katalis yang dicampurkan. Dalam penelitian ini mengunakan katalis metil ethyl katon peroxide (MEKPO) yang berbentuk cair, berwarna bening. Semakin banyak katalis yang ditambahkan maka makin cepat pula proses curringnya. tetapi apabila pemberian katalis berlebihan maka akan menghasilkan material yang getas ataupun resin bisa terbakar. Penambahan katalis yang baik 1% dari volume resin. Bila terjadi reaksi akan timbul panas antara 60 0C – 90 0C. Panas ini cukup untuk mereaksikan resin sehingga diperoleh kekuatan dan bentuk plastik yang maksimal sesuai dengan bentuk cetakan yang diinginkan (Justus Sakti Raya,2001).

2.         Rumput Laut (Gelidiella acerosa)
Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati.

2.1       Klasifikasi dan Karakteristik Rumput Laut (Gelidium sp)
            Klasifikasi rumput laut (Gelidium sp)adalah
Devisi              : Rhodophyta
Kelas               : Rhodophyceae
Sub kelas         : Florideae
Ordo                : Gigartinales
Famili              : Solieriaceae
Gambar 5. Eucheuma sp.
 
Genus              : Eucheuma
Spesies             : Eucheuma sp.

            Eucheuma sp. merupakan tanaman yang hidup dilaut. Eucheuma sp. tumbuh pada tempat-tempat yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, antara lain tumbuh pada perairan yang jernih, dasar perairannya berpasir atau berlumpur dan hidupnya menempel pada karang yang mati. Persyaratan hidup lainnya yaitu ada arus atau terkena gerakan air. Kadar garamnya antara 28-36 %. Dari beberapa persyaratan, yang terpenting adalah Eucheuma sp. memerlukan sinar matahari untuk dapat melakukan fotosintesis (Aslan, 1998).
            Bentuk dari Eucheuma sp. tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar, batang, dan daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan kompleks. Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar. Eucheuma spinosum memiliki permukaan licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning, atau merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Eucheuma spinosum tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk.

2.2       Komposisi kimia rumput laut Eucheuma sp.
Rumput laut merupakan salah satu sumber nutrisi yang bagus. Rumput laut mengandung komposisi kimia, baik makronutrisi maupun mikronutrisi. Makronutrisi rumput laut meliputi protein, lemak, kabohidrat, abu, air dan serat. Sementara kandungan mikronutrisi rumput laut yaitu vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E dan juga aneka mineral seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, selenium, dan iodium. Adapun kandungan makronutrisi dan mikronutrisi rumput laut, sebagai berikut:





Tabel 5. Komposisi kimia rumput laut (Eucheuma sp.)
Komponen Kimia
Komposisi
Kadar air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat kasar
Abu
Mineral :
Ca
Fe
Cu
Pb
Vit B1 (Thiamin)
Vit B2 (Ribolavin)
Vit C
Keragenan
21,90 (%)
5,12 (%)
0,13 (%)
13,38 (%)
1,39 (%)
14,21 (%)
52,85 ppm
0,180 ppm
0,768 ppm
-
0,21 mg/100g
2,26 mg/100g
43 mg/100g
65,75 %
Sumber: Supriyadi (2000)
2.3       Serat Rumput Laut (Eucheuma sp.)
            Berdasarkan catatan Ditjen Perikanan Budi Daya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), produksi rumput laut nasional pada 2004 baru sekitar 410.570 ton. Pada 2005 angka itu meningkat menjadi 910.636 ton. Tahun 2007 meningkat lagi menjadi 1.079.850 ton. Adapun area strategis yang dapat digunakan untuk budi daya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 21.500 hektare.
Selama ini rumput laut banyak diolah menjadi karagenan. Besarnya potensi dan prospek pengolahan rumput laut masih belum diimbangi dengan penanganan limbah dari pengolahannya. Untuk diketahui bahwa limbah dari pengolahan rumput laut sebesar 65 persen. Selama ini limbah rumput laut cenderung terbuang dan menjadi sampah organik. Sebuah data menyebutkan, pada 2008 limbah pengolahan rumput laut mencapai 1.682.545 ton. Limbah sebanyak itu ternyata masih menjadi masalah yang perlu dicarikan solusinya, yakni dengan memanfaatkannya menjadi produk yang bisa memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan rumput laut selain dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan.
            Rumput laut (Eucheuma sp.) mengandung serat, yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. Mudzakir (2009) melaporkan bahwa selulosa yang terdapat pada ampas rumput laut tidak murni, namun bercampur bersama lignin sehingga membentuk lignoselulosa. JECFA (2007) menambahkan bahwa kandungan rumput laut (Euchiuma sp.) mencapai 15% selulosa.

2.3.1 Selulosa Rumput Laut (Eucheuma sp.)
           
            Rumput laut (Eucheuma sp.) mengandung selulosa dalam bentuk lignoselulosa. Untuk pemisahan selulosa dari ligno selulosa melalui proses ekstraksi. Proses ekstraksi untuk mendapatkan selulosa dari lignoselulosa rumput laut, dimulai dari pemanasan ampas rumput laut yang telah diblender bercampur air pada suhu 80-900 C selama kurang lebih 30 menit. Setelah dingin, ampas rumput laut disaring dan diambil filtrat-nya, kemudian ditambahkan etanol dan disimpan dalam freezer selama 18 jam. Setelah 18 jam didinginkan, filtrat lalu dicairkan pada suhu ruang kemudian disentrifugasi. Hasil sentrifugasi kemudian membentuk endapan. Endapan tersebut dilakukan kembali setelah ditambahkan air 1:2 (b:v).
            Larutan yang telah dipanaskan tadi kemudian ditambahkan sodium hidroksida (NaOH). Sodium hidroksida (NaOH) alias soda kue inilah yang kemudian berperan memisahkan lignin dari selulosa dan hemiselulosa yang menyelimuti. Penelitian belum selesai sampai disini. Selulosa dan hemiselulosa hasil pisahan tadi harus bertaut. Maka digunakanlah karbondisulfit atau CS2 sebagai penautan. Untuk menghasilkan serat, selulosa dan hemisellulosa yang telah bertaut tadi harus kembali didinginkan selama 18 jam, sehingga membentuk gumpalan. Gumpalan ini kemudian dimasukkan ke dalam spinneret atau mesinpintal. Dalam tekanan udara dan putaran yang sangat tinggi, keluarlah serat-serat dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm dari 50 titik.

3.         Polipropilena
3.1       Pengertian Polipropilena
            Polipropilena atau polipropena (PP) adalah sebuah polimer termo-plastik yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, tekstil (contohnya tali, pakaian dalam termal, dan karpet), alat tulis, berbagai tipe wadah terpakaikan ulang serta bagian plastik, perlengkapan labolatorium, pengeras suara, komponen otomotif, dan uang kertas polimer. Polimer adisi yang terbuat dari propilena monomer, permukaannya tidak rata serta memiliki sifat resistan yang tidak biasa terhadap kebanyakan pelarut kimia, basa dan asam. Polipropena biasanya didaur-ulang, dan simbol daur ulangnya adalah nomor "5". 
Pengolahan lelehnya polipropilena bisa dicapai melalui ekstrusi dan pencetakan. Metode ekstrusi (peleleran) yang umum menyertakan produksi serat pintal ikat (spun bond) dan tiup (hembus) leleh untuk membentuk gulungan yang panjang buat nantinya diubah menjadi beragam produk yang berguna seperti masker muka, penyaring, popok dan lap.
            Teknik pembentukan yang paling umum adalah pencetakan suntik, yang digunakan untuk berbagai bagian seperti cangkir, alat pemotong, botol kecil, topi, wadah, perabotan, dan suku cadang otomotif seperti baterai. Teknik pencetakan tiup dan injection-stretch blow molding juga digunakan, yang melibatkan ekstrusi dan pencetakan.

3.2       Sifat-sifat Polipropilena
            Kebanyakan polipropilena komersial merupakan isotaktik dan memiliki kristalinitas tingkat menengah di antara polietilena berdensitas rendah dengan polietilena berdensitas tinggi; modulus Youngnya juga menengah. Melalui penggabungan partikel karet, PP bisa dibuat menjadi liat serta fleksibel, bahkan di suhu yang rendah. Hal ini membolehkan polipropilena digunakan sebagai pengganti berbagai plastik teknik, seperti ABS. Polipropilena memiliki permukaan yang tak rata, seringkali lebih kaku daripada beberapa plastik yang lain, lumayan ekonomis, dan bisa dibuat translusen (bening) saat tak berwarna tapi tidak setransparan polistirena, akrilik maupun plastik tertentu lainnya. Bisa bula dibuat buram dan/atau berwarna-warni melalui penggunaan pigmen, Polipropilena memiliki resistensi yang sangat bagus terhadap kelelahan (bahan). Polipropilena memiliki titik lebur ~160°C (320°F), sebagaimana yang ditentukan Differential Scanning Calorimetry (DSC).
                        MFR (Melt Flow Rate) maupun MFI (Melt Flow Index) merupakan suatu indikasi berat molekulnya PP serta menentukan seberapa mudahnya bahan mentah yang meleleh akan mengalir saat pengolahan berlangsung. MFR PP yang lebih tinggi akan mengisi cetakan plastik dengan lebih mudah selama berlangsungnya proses produksi pencetakan suntik maupun tiup. Tapi ketika arus leleh (melt flow) meningkat, maka beberapa sifat fisik, seperti kuat dampak, akan menurun.
            Ada tiga tipe umumnya PP: homopoli.mer, random copolymer dan impact copolymer atau kopolimer blok. Comonomer yang digunakan adalah etena. Karet etena-propilena yang ditambahkan ke homopolimer PP meningkatkan kuat dampak suhu rendahnya. Monomer etena berpolimer acak yang ditambahkan ke homopolimer PP menurunkan kristalinitas polimer dan membuat polimer lebih tembus pandang.

3.3       Aplikasi Polipropilena
            Polipropilena merupakan sebuah polimer utama dalam barang-barang tak tertentu, contohnya digunakan untuk saringan udara, gas, dan cair dimana serat bisa dibentuk menjadi lembaran atau jaring yang bisa dilipat untuk membentuk kartrij atau lapisan yang menyaring dalam batas-batas 0,5 sampai 30 mikron. Aplikasi ini bisa ditemukan di dalam rumah sebagai saringan air atau saringan tipe pengondisian udara karena menyerap air (hidrofil), bukan yang secara alami menolak air (hidrofobik).
            polipropilena mampu menahan panas di dalam autoklaf. Karenanya polipropilena bisa di manfaatkan untuk penyimpan makanan karena tidak akan meleleh di dalam mesin cuci piring dan selama proses pengisian panas industri berlangsung.Polipropilena juga bisa dibuat menjadi botol sekali pakai untuk menyimpat produk konsumen berbentuk cairan atau tepung, meksi HDPE dan polietilena tereftalatlah yang umum dipakai untuk membuat botol semacam itu. Ember plastik, baterai mobil, kontainer penyejuk, piring, dan kendi sering terbuat dari polipropilena atau HDPE, keduanya memiliki penampilan, rasa, serta sifat yang hampir sama pada suhu ambien.
Polipropilena yang berwarna-warni banyak dipakai dalam pembuatan permadani dan tatakan untuk digunakan di rumah.
            Militer AS pernah menggunakan polipropilena atau 'polypro' untuk membuat lapisan dasar cuaca dingin seperti kaos lengan panjang atau celana dalam yang panjang. (Saat ini, poliester menggantikan polipropilena dalam berbagai aplikasi di militer AS. Kaos dari polipropilena tidak mudah terbakar, tapi bisa meleleh yang berakibat pada bekas terbakar pada bagian baju yang terkena apapun jenis ledakan atau api.
            Tali yang terbuat dari polipropilena cukup ringan untuk mengapung  di air.Polipropilena digunakan pula sebagai pengganti polivinil klorida (PVC) sebagai insulasi untuk kabel listrik LSZH (Low Smoke Zero Halogen) dalam lingkungan ventilasi-rendah, terutama sekali terowongan. Ini karena PP mengeluarkan sedikit asap serta halogen yang tak bertoksik, yang akan menghasilkan asam dalam kondisi suhu tinggi.
            PP jg digunakan dalam duia medis, yang paling umum adalah sebagai bahan pembuat benang jahit untuk operasi yang diberi nama Prolene, yang dibuat oleh Ethicon Inc. Selain itu Polipropilena telah digunakan dalam operasi memperbaiki hernia untuk melindungi tubuh dari hernia baru di lokasi yang sama. Tambalan kecil dari PP yang diletakkan di lokasi hernia, di bawah kulit, tidak menyebabkan rasa saki dan jarang ditolak oleh tubuh.
            Polipropilena sangat umum digunakan untuk pencetakan plastik dimana ia disuntikkan ke dalam cetakan dalam keadaan meleleh, membentuk berbagai bentuk yang kompleks pada volume yang tinggi dan biaya yang relatif rendah. Hasilnya bisa berupa tutup botol, botol, dll. Polipropilena juga  diproduksi dalam bentuk lembaran yang telah digunakan secara meluas untuk produksi stationary folder, pengemasan, dan kotak penyimpanan.
            Polipropilena dalam bentuk busa disebut juga Expanded Polypropylene (EPP). EPP mempunyai kekakuannya yang rendah sehingga mampu mempertahankan bentuknya sesudah mengalami benturan. Dengan sifat tersebut EPP digunakan secara luas dalam miniatur pesawat dan kendaraan yang dikontrol radio lainnya.

F.         Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya, Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan Laboratorium Mikrobiologi Dasar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

1.         Materi Penelitian
1.1       Bahan Penelitian
            Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rumput laut (Euchiuma sp.),  Sodium hidroksida (NaOH), HCl, karbondisulfit (CS2) dan Aquades sebagai bahan ekstraksi selulosa daril limbah rumput laut. Polipropilena (PP), maleic anhydride, selulosa dari limbah rumput laut sebagai bahan baku pembuatan komposit.
           
1.2       Alat Penelitian
                        Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, hot plat, magnetic stirrer, water bath, stopwatch, buret, gelas ukur 200 mL dan beaker glass 500 mL untuk proses ekstraksi selulosa dari limbah rumput laut. Peralatan untuk pembuatan komposit adalah sentrifuge 1,700 × g, termometer, kuvet, ekstrukder, injection molding dan freeze-dried. scanning elektron mikroskopi (SEM), XRD sebagai alat uji karakteristik komposit.

2.         Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1999). Menurut Koentjaraningrat (1983), variabel adalah faktor yang mengandung lebih dari satu nilai dalam metode statistik. Variabel penelitian ini dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah faktor yang menyebabkan suatau pengaruh, sedangkan variabel terikat adalah faktor yang diakibatkan oleh pengaruh tadi.
Pada penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio polipropilena : selulosa rumput laut (0:100), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (5:95), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (10:90), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (15:85), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (20:80) dan rasio polipropilena : selulosa rumput laut (25:75), sedangkan maleic anhydride yang ditambahkan adalah (0%, 2,5%, 5%). Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji strukturmikro komposit, derajat kristalinitas, kekuatan tarik, modulus young dan daya serap.

3.         Metode Penelitian
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen bertujuan mengetahui suatu gejala yang timbul, sebagai akibat adanya perlakuan. Ciri khusus dari penelitian ini adalah adanya percobaan. Tujuan utama penelitian eksperimen adalah menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi kepada satu atau lebih kelompok eksperimen kemudian hasil dari intervensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompok kontrol) (Soekidjo, 2005).
            Penelitian tentang karakteristik komposit polipropilena dan selulosa dari limbah rumput laut bertujuan untuk mendapatkan karakteristik komposit polipropilena dan selulosa dengan penambahan maleic anhydride dengan rasio polipropilena : selulosa rumput laut (0:100), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (5:95), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (10:90), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (15:85), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (20:80) dan rasio polipropilena : selulosa rumput laut (25:75), sedangkan maleic anhydride yang ditambahkan adalah (0%, 2,5%, 5%).




4.         Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). RAL merupakan rancangan yang sederhana dan umumnya digunakan untuk percobaan-percobaan terkendali lainnya. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam rancangan acak lengkap adalah perlakuan, media, dan lingkungan harus homogen. Di samping itu, penempatan perlakuan ke dalam satuan-stuan percobaan dilakaukan secara acak lengkap (Ika, 2006). Keuntungan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yaitu :
Tata letaknya sederhana.
Derajat bebas dan galat maksimum.
Jumlah ulangan tidak harus sama untuk setiap perlakuan.
Analisisnya tetap sederhana meskipun jumlah ulangan tidak sama untuk setiap perlakuan sehingga masalah data hilang atau percobaan gagal tidak menjadi penghalang.
Jumlah ulangan dan jumlah perlakuan hanya dibatasi oleh tersediannya materi percobaan.
Penelitian ini dilakukan dalam satu tahap, yaitu optimasi konsentrasi antara polipropilena dan selulosa dari limbah rumput laut dengan penambahan maleic anhydride sebagai coupling agent terhadap karakteristik komposit.
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimal antara polipropilena dan selulosa dari limbah rumput laut dengan penambahan maleic anhydride sebagai coupling agent terhadap karakteristik komposit yang akan dirancang secara Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Adapun variabelnya yaitu  rasio polipropilena : selulosa rumput laut (0:100) (A1), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (5:95) (A2), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (10:90) (A3), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (15:85) (A4), rasio polipropilena : selulosa rumput laut (20:80) (A5)dan rasio polipropilena : selulosa rumput laut (25:75) (A6), sedangkan maleic anhydride yang ditambahkan adalah (G1 = 0%, G2= 2,5%, G1 = 5%), seperti yang terlihat pada tabel 4.




Tabel 4. Rancangan percobaan pembuatan komposit

Perlakuan
Ulangan
Total
I
II
III
Maleic anhydride  0% (G1)
A1
(G1 A1)1
(G1 A1)2
(G1 A1)3
∑(G1 A1)
A2
(G1 A2) 1
(G1 A2) 2
(G1 A2) 3
∑(G1 A2)
A3
(G1A3) 1
(G1A3) 2
(G1A3) 3
∑(G1A3)
A4
(G1 A4) 1
(G1 A4) 2
(G1 A4) 3
∑(G1 A4)
A5
(G1A5) 1
(G1A5) 2
(G1A5) 3
∑(G1A5)
A6
(G1A6) 1
(G1A6) 2
(G1A6) 3
∑(G1A6)
Maleic anhydride  2,5% (G2)
A1
(G2 A1) 1
(G2 A1) 2
(G2 A1) 3
∑(G2 A1)
A2
(G2 A2) 1
(G2 A2) 2
(G2 A2) 3
∑(G2 A2)
A3
(G2 A3) 1
(G2 A3) 2
(G2 A3) 3
∑(G2 A3)
A4
(G2 A4) 1
(G2 A4) 2
(G2 A4) 3
∑(G2 A4)
A5
(G2 A5) 1
(G2 A5) 2
(G2 A5) 3
∑(G2 A5)
A6
(G2A6) 1
(G2A6) 2
(G2A6) 3
∑(G2A6)
Maleic anhydride  5% (G3)
A1
(G3 A1)1
(G3 A1)2
(G3 A1)3
∑(G3 A1)
A2
(G3 A2) 1
(G3 A2) 2
(G3A2) 3
∑(G3 A2)
A3
(G3A3) 1
(G3A3) 2
(G3A3) 3
∑(G3A3)
A4
(G3 A4) 1
(G3A4) 2
(G13A4) 3
∑(G3 A4)
A5
(G3A5) 1
(G3A5) 2
(G3A5) 3
∑(G3A5)
A6
(G3A6) 1
(G3A6) 2
(G3A6) 3
∑(G3A6)

5.         Teknik Pengumpulan Data
            Data yang didapat dari percobaan akan ditabulasikan seperti pada tabel berikut,
Perlakuan
Selulosa
Karakteristik Komposit
Strukturmikro (SEM)
Derajat kristalinitas
Kekuatan tarik
Modulus young
Daya serap air
A






B






C






D






E






F







6.         Analisis Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis sidik ragam atau analisis ANOVA. Analisis Variansi (ANOVA) merupakan suatu cara untuk menguraikan ragam total menjadi komponen ragam, dengan ANOVA ini dapat diadakan pengujian perbedaan dua nilai tengah contoh atau lebih secara serentak (Sastrosupadi, 2000). Analisis ANOVA ini digunakan untuk membedakan perlakuan percobaan dengan uji F hitung, dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, yaitu F tabel 5% dan 1%.
Apabila Fhitung nyata atau sangat nyata, maka maka dilanjutkan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada tingkat kepercayaan 95%.
SED = 
BNT 5% = tabel 5% × SED
BNT 1% = tabel 1% × SED


 

Keterangan :    Fhitung > Ftabel  0,05 = berbeda nyata
                        Fhitung > Ftabel  0,01 = berbeda sangat nyata
            Fhitung < Ftabel  0,05 = tidak berbeda nyata

8.         Prosedur Penelitian
 


























Jadwal Kegiatan Program
Tabel 7. Jadwal Tentatif Kegiatan Penelitian
No.
Jenis kegiatan
Bulan ke-
1
2
3
4
i
Ii
iii
iv
I
ii
iii
iv
i
ii
iii
iv
i
ii
iii
iv
1.
Persiapan alat dan bahan
















2.
Preparasi ekstraksi selulosa
















3.
Preparasi pembuatan komposit
















4.
Pengujian karakterisasi komposit
















5.
Penyusunan laporan

















J.          Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap                     : Yuni Martiajar Aswati
b. NIM                                     : 0810830087
c. Fak/Program Studi    : Perikanan dan Ilmu Kelautan/ Teknologi Hasil
  Perikanan
d. Perguruan Tinggi                  : Universitas Brawijaya
e. Waktu untuk kegiatan          : 8 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap                     : Wahyu Nurcahyani
b. NIM                                     : 0810820056
c. Fak/Program Studi    : Perikanan dan Ilmu Kelautan/ Teknologi Hasil
  Perikanan
d. Perguruan Tinggi                  : Universitas Brawijaya
e. Waktu untuk kegiatan          : 8 jam/minggu


3. Nama Lengkap                    : Fadli Dzil Ikram
b. NIM                                     : 0910860018
c. Fak/Program Studi    : Perikanan dan Ilmu Kelautan/ Teknologi Hasil
  Perikanan
d. Perguruan Tinggi                  : Universitas Brawijaya
e. Waktu untuk kegiatan          : 8 jam/minggu

4. Nama Lengkap                    : Miral Akbar
b. NIM                                     : 0910810050
c. Fak/Program Studi    : Perikanan dan Ilmu Kelautan/ Manajemen
              Sumberdaya Perairan
d. Perguruan Tinggi                  : Universitas Brawijaya
e. Waktu untuk kegiatan          : 8 jam/minggu

K.        Nama dan Biodata Dosen Pendamping
1. Nama Lengkap                    : Ir. Muhamad Firdaus, MP.
2. NIP                                      : 19680919 200501 001
3. Golongan Pangkat                : III b
3. Jabatan Fungsional              : Lektor
4. Jabatan Struktural                :  -
5. Fakultas/Program Studi        : Perikanan dan Ilmu Kelautan/ Teknologi Hasil
  Perikanan
6. Perguruan Tinggi                  : Universitas Brawijaya
7. Bidang Keahlian                  : Biokimia pangan
8. Waktu untuk kegiatan          : 8 jam/minggu

L.         Biaya
1.         Bahan habis pakai
No.
Bahan
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Total (Rp)
1.
Rumput laut
100 kg
                      20.000  
       1.000.000
2.
NaOH
10 liter
30.000
300.000
3.
SC2
10 gr
30.000
 300.000
4.
Aquades
100 liter
5.000
500.000
5.
HCl
5 liter
10.000
50.000
6.
Polipropilena
100 kg
20.000
2.000.000
7.
Meliac anhydride
10 kg
30.000
300.000
Jumlah                                                                                                           4.450.000


2. Peralatan penunjang
No.
Keterangan
Harga (Rp)
1.
Sewa laboratorium
500.000
2.
Sewa alat laboratorium
500.000
3.
Uji scanning elektron mikroskopi (SEM)
1.500.000
4.
Uji XDR (derajat kristalinitas)
450.000
5.
Uji karakteristik mekanik dan fisik
       1.000.000
Jumlah                                                                                                            3.950.000


3. Operasional
No.
Keterangan
Harga (Rp)
1.
Transportasi pengadaan bahan baku
200.000
2.
Dokumentasi
200.000
3.
Komunikasi
200.000
4.
Rental komputer
200.000
5.
Kertas A4 70 gr 2 rim @ Rp. 50.000,-
100.000
6.
Flash disk 4 GB 5 buah @ Rp. 100.000,-
500.000
7.
Penjilidan
100.000
8.
Voucer telpon 5 buah @  Rp. 25.000,-
          100.000
Jumlah                                                                                                            1.600.000

Jumlah     (1+2+3) =    Rp. 10.000.000,-
                                    (Sepuluh juta rupiah)


M.        Daftar Pustaka
Agari , Y and  T. Uno, 1997.  Polymer. Journal of Applied  Polymer. 65.2733-2738.Book Company.

Danusso, F  And  G. Tiegi. 1994. Polymer.  27, 1385-1390.

Gibson, F.R., 1994. Principles of Composite material Mechanis. International Edition. McGraw-Hill Inc, New York. Aslan, 1998

Hadi, B.K., 2000. Mekanika Struktur Komposit. Bandung: Dirjen Dikti.

Ika, L. 2006. Diktat Kuliah Rancangan Percobaan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.

Ildman,  Odrel,  dan Hartono. 1995. Bahan Polimer  Konstruksi  Bangunan. Gramedia  Pustaka  Utama. Jakarta
Jalal, R. 2008. Pembuatan Komposit Polipropilena Dengan Penguat Serat Polipropilena Terorientasi Dan Bahan Pengikat Anhidrida Maleat. Universitas Sumatra Utara.

JECFA . 2007. Processed Eucheuma Seaweed. Combined Compendium of Food Additive Specifications

Jones, RM., 1975. Mechanics of Composite Materials. Washington DC: Scripta Book Company

Koentjaraningrat. 1993. Metode-Metode penelitian Masyarakat. PT Gramedia. Jakarta

Muzakir. 2009. Serat dari Limbah Rumput Laut. http://carrageenaninfo.blogspot.com/ 2007/09/serat-dari-limbah-rumput-laut.html diakses tanggal 8 Juni 2009
Nuryati, S. 2009. Melirik Potensi Energi, Pangan, dan Kesehatan dari Laut. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=224458. Diakses pada 20 September 2009

Ruptasih, T.N.  Pengaruh  Bahan Pengisi  terhadap Sifat Mekanik Polimer. Tugas Akhir, ITS, Surabaya.
Saito, S. 1995. Pengetahuan Bahan  Teknik . PT. Pradnya  Paramita. Jakarta

Soekidjo, N. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung

 Supriyadi. 2000. Kandungan Gizi Rumput laut (Eucheuma sp.). Tugas akhir. Fakultas Perikanan, Brawijaya Malang

Wulandari, R. 2009. Komposit Kenaf-Polipropilena: Fashio

N. Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Pelaksana
Daftar Riwayat Hidup Ketua
Nama Lengkap            : Yuni Martiajar Aswati
Tempat, tanggal lahir   : Probolinggo, 19 Maret 1989
Alamat Asal                 : Ds.Lekok, Kec.Lekok, Kabupaten Probolinggo Jatim
Alamat di Malang        : Jalan Kerta Rahayu I No 23 Ketawanggede Kota Malang
Pendidikan formal       : TK Aisyiah Bustanul Anfal (ABA) Probolinggo
                                      SDN 01 Lekok Probolinggo
                                      SMPN 01 Lekok Probolinggo
                                      SMA 01 Lekok Probolinggo
                                      Universitas Brawijaya, Malang

Pendidikan non formal :
Staf bidang Litbang Fisheries Study and Research Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNIBRAW periode 2008/2009.
Anggota HMI Komisariat Perikanan dan Ilmu Kelauatan

Karya yang pernah dibuat :
Pemanfaatan Jahe Merah Sebagai Antibiotik pada  Udang Windu (Penaeus monodon).
Pemanfaatan Mikroalga (Fitoplankton) Sebagai Subtitusi Bioethanol Pengganti BBM.
Rekayasa Pembuatan Mie Instan Ubi Jalar yang Difortifikasi Hidrolisat Protein Ikan.
Prestasi Ilmiah
Finalis LKTM Mahasiswa Baru Tingkat Fakultas dan Universitas Brawijaya tahun 2008.

Daftar Riwayat Hidup Anggota 1
Nama Lengkap            : Wahyu Nurcahyani
Tempat, tanggal lahir   : Malang, 05 Desember 1989
Alamat Asal                 : Dsn. Sumbersuko RT 14/RW 04 Desa Patokpicis, Kec.                         Wajak, Kota Malang
Alamat di Malang        : Jalan Watu Gilang 1 no 9 Malang
Pendidikan formal       : TK Hidayatul Mubtadiin Wajak, Malang
                                      SDN 02 Patokpicis Wajak, Malang
                                      SLTPN 1 Wajak, Malang
                                      SMAN 1 Tumpang, Malang
                                      Universitas Brawijaya Malang
                                     
Pendidikan non formal :
Departemen  Research and Study Kelompok karya Tulis mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang periode 2008/2009
Anggota HMI Komisariat Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang 2008/2009
Karya yang pernah dibuat :
1.  Pemanfaatan Mikroalga (Fitoplankton) Sebagai Subtitusi Bioethanol Pengganti BBM.
Prestasi Ilmiah                    : -

Daftar Riwayat Hidup Anggota 2
Nama Lengkap            : Fadhli Dzil Ikram
Tempat, tanggal lahir   : Malang, 17 Maret 1991
Alamat Asal                 : Jl. Kerto Rahayu 1 No. 21 Malang
Alamat di Malang        : Jl. Kerto Rahayu 1 No. 21 Malang
Pendidikan formal       : TK Manggar Malang
                                      SD Lowokwaru IX Malang
                                      SMPN 1 Malang
                                      SMA Negeri 1 Malang
                                      Universitas Brawijaya Malang
                                     
Pendidikan non formal :
Departemen  Research and Study Kelompok Karya Tulis Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang periode 2009
Karya yang pernah dibuat : -
Prestasi Ilmiah                  : -

Daftar Riwayat Hidup Anggota 3
Nama Lengkap            : Miral Akbar
Tempat, tanggal lahir   : Banyuwangi, 23 Oktober 1990
Alamat Asal     : Jl. Johar. Ds Kelir SKrajan no.14, Kec. Kalipur, Kab. Banyuwangi
Alamat di Malang        : Jl. Sukarno Hatta, Srigading Dalam kav.21
Pendidikan formal       : TK Dharmawanita Kelir
                                      SDN 1 Kelir
                                      SMPN 2 Kalipuro
                                      MAN Banyuwangi
                                      Universitas Brawijaya Malang
                                     
Pendidikan non formal :
Departemen  Research and Study Kelompok Karya Tulis Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang periode 2009
Karya yang pernah dibuat : -
Prestasi Ilmiah                   : -

























1 komentar:

  1. ini prosedurnya mana ya mas? saya butuh,boleh di share?

    BalasHapus