KAJIAN MUTU KIMIAWI BAKSO ASAP DARI UDANG PUTIH (Penaeus
merguiensis) PADA BERBAGAI VARIASI KONSENTRASI DAN WAKTU PERENDAMAN
DALAM ASAP CAIR
REVIEW
JURNAL
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Avertebrata Air
yang dibina oleh Ibu Yuni
Disusun oleh :
NAMA : ACHMAD
FATHONY
NIM : 105080301111043
KELAS : A
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
Dari
jurnal Kajian Mutu Kimiawi Bakso Asap dari Udang Putih (Penaeus merguinensis) pada Berbagai Variasi Konsentrasi dan Waktu
Perendaman dalam Asap Cair dijelaskan dijelaskan bahwa Udang Putih (Penaeus merguinensis) secara teknologi
modifikasi bisa diolah menjadi bakso asap dan konsentrasi asap cair berpengaruh
nyata terhadap kadar TVB-nya tetapi tidak berpengaruh nyata pada kadar air. Udang
putih biasanya cenderung lebih laku di pasar lokal, sedangkan udang windu lebih
ditujukan untuk ekspor. Panen udang putih lebih fleksibel karena bisa dipanen
saat ukurannya belum terlalu besar. Udang windu bisa berkembang baik dengan
populasi 300.000 untuk satu hektar tambak, sedangkan udang putih bisa
berkembang dengan populasi 900.000 ekor per hektar tambak. Udang putih (Penaeus
merguiensis) disebut juga udang jrebung, udang kelong, udang penganten,
udang perempuan, udang cucuk atau udang wangkang. Warna badan putih sampai
kuning, terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ujung ekor. Udang ini biasanya
hidup di dasar perairan, terutama di daerah-daerah yang banyak bermuara sungai besar.
Salah
satu pemanfaatan udang putih adalah dengan mengolahnya menjadi bakso. Bakso
merupakan jenis makanan yang sangat populer di Indonesia, yang umumnya dibuat
dari daging sapi, namun dewasa ini bakso yang dibuat dari daging ikan banyak
sekali dijumpai di pasaran. Ikan yang sering digunakan adalah ikan tenggiri
yang harganya relatif mahal. Dalam rangka mengurangi biaya bahan baku sekaligus
memanfaatkan udang putih berukuran kecil yang masih kurang dalam
pemanfaatannya, maka dicoba pengolahan bakso udang dengan cita rasa asap.
Bahan
yang digunakan dalam pembuatan bakso udang rasa asap ini adalah udang putih dan
asap cair. Teknik pengolahannya yaitu dimulai dari Udang putih berukuran kecil
dikupas kepala dan kulitnya lalu dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang masih
ada, kemudian ditiriskan. Setelah itu, udang digiling dengan menggunakan food
processor. Selanjutnya menyiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan bakso yaitu meliputi, tepung tapioka 10%, kondimen 20%, garam 7,5%,
penyedap rasa 2,5% serta STPP 0,2% dari berat udang yang telah digiling. Semua bahan
kemudian dijadikan satu adonan hingga tercampur rata. Selain itu, juga
menyiapkan larutan asap cair yang digunakan sebagai perasa bakso udang pada
penelitian ini dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Adonan bakso yang telah
tercampur rata kemudian dicetak bulat-bulat seperti bola. Cara mencetak bakso
ini yaitu meremas-remas adonan dengan telapak tangan, kemudian dikeluarkan
melalui lubang yang dibentuk oleh telunjuk dan ibu jari. Setelah itu dengan
bantuan ujung sendok, bulatan adonan secara cepat dimasukkan ke dalam air
mendidih lalu direbus sampai matang, yaitu apabila bakso telah mengapung ke
permukaan. Bakso ini dibiarkan mengapung selama kurang lebih 5 menit lalu
diangkat untuk ditiriskan Bakso yang telah ditiriskan kemudian direndam ke
dalam baskom yang berisi larutan asap cair sesuai dengan konsentrasi masing-masing
perlakuan. Perendaman bakso ini dilakukan masing-masing dalam waktu 1 menit dan
5 menit pada setiap konsentrasi perlakuan.
Parameter
yang berperan dalam penentuan kualitas suatu produk khususnya produk pengolahan
hasil perikanan salah satunya adalah parameter kimiawi. Ada banyak parameter
kimiawi yang menentukan kualitas suatu produk antara lain kadar air, kadar
karbohidrat, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar garam, kadar fenol, kadar
TVB (Total Volatile Base), kadar TMA (Trimetilamin) dan juga NPN
(Nitrogen Non Protein). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air bakso
udang asap yang dihasilkan berkisar antara 78,5800 –
82,8230 %. Hasil penelitian
menunjukkan terjadinya kenaikan kadar fenol sejalan dengan semakin meningkatnya
konsentrasi asap cair yang diberikan. Begitu juga waktu perendaman yang semakin
lama memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap kadar fenol. Semakin
meningkatnya konsentrasi asap cair pada penelitian ini memberikan kenaikan kadar
fenol sebesar 0,0038 %. Kadar TVB tertinggi hasil penelitian ini diperoleh pada
perlakuan perendaman asap cair 2,5 % selama 1 menit, yaitu 11,7600 %. Sedangkan
kadar TVB terendah diperoleh pada perlakuan perendaman dalam asap cair 10,0 %
selama 1 menit, yaitu 3,1200 %. Semakin tinggi kadar TVB suatu produk
mengindikasikan bahwa telah terjadi kemunduran mutu dari suatu produk tersebut.
Dengan demikian semakin rendah kadar TVB maka mutu suatu produk akan semakin
baik.
Jadi
untuk teknologi pengolahan secara modifikasi antara pembuatan bakso dan
pengasapan diperoleh hasil bahwa Variasi waktu perendaman tidak memberikan
pengaruh nyata baik pada kadar air, kadar fenol maupun kadar TVB. Perlakuan
konsentrasi asap cair 10 % dengan waktu perendaman 1 menit menghasilkan bakso
udang dengan kadar TVB terendah berarti produk tersebut berkualitas baik.
Daftar Pustaka
Kusumaningrum,
Indrati; Doddy Sutono. 2008. Kajian Mutu
Kimiawi Bakso Asap dari Udang Putih (Penaeus
merguiensis) pada Berbagai Variasi Konsentrasi dan Waktu Perendaman dalam
Asap Cair. Jurnal Teknologi Pertanian 4(1): 25 - 30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar