1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Ikan
seperti halnya organisme lain, harus mampu beradaptasi dengan lingkunganya jika
ingin terus bertahan hidup. proses bertahan hidup adalah kemampuan untuk
berkembang biak secara cepat selama hidupnya serta meningkatkan jumlah anak-anaknya.
Faktor keberhasilan kelangsungan hidup dari ikan – ikan tersebut banyak sekali
terutama faktor lingkungan yang harus mereka hadapi sejak kecil dan lemah
sampai menjadi induk yang kuat (Rustidja, 2005).
Menurut
Sumantadinata (1981), fekunditas menunjukan kemampuan induk ikan untuk
menghasilkan anak ikan dalam suatu pemijahan. tingkat keberhasilan suatu
pemijahan ikan dapat dinilai dari prosentase anak ikan yang dapat hidup terus
terhadap fekunditas. Dengan demikian apabila diperlukan dapat dilakukan
usaha-usaha perbaikan untuk meningkatkan produksi anak ikan. Selain itu
pengetahuan fekunditas berguna pula untuk mempelajari tentang sistematik
dinamika populasi atau produktivitas.
Lele
dumbo merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dipelihara dan dapat tumbuh
serta berkembang dalam media air yang terbatas. Lelel dumbo tidak hanya mampu
mengambil oksigen bebas dari udara dengan alat pernapasan tambahan berupa
selaput labyrinth, tetapi juga toleran terhadap kondisi lingkungan yang tidak
ideal (Puspowardoyo dan Djarijah, 2005).
1.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud
dari praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah praktikan mengetahui
jumlah produksi telur pada ikan lele.
Tujuan
dari praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah agar praktikum mampu
mendemonstrasikan secara makroskopis organ-organ baik secara eksternal maupun
internal, mampu mendapatkan telur ikan, serta mengetahui cara menghitung telur
ikan.
1.3.
Waktu dan Tempat
Praktikum
Biologi Perikanan tentang Fekunditas dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24
April 010, pukul 08.00 – 11.30 WIB. Di
stasiun percobaan Budidaya Ikan Air
Tawar, Universitas Brawijaya, Sumber Pasir, Malang.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo
Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan yang termasuk dalam famili
Claridae dan jenis Clarias. Spesies ini merupakan saudara dekat lele lokal yang
selama ini dikenal sehingga ciri - ciri morfologisnya sama. Ikan lele memiliki
bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat
pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan
tambahan. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat,
sedangkan bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Alat pernapasan tambahan terletak
di bagian kepala didalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala.
Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun
yang penu kapiler - kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan
dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang
sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula.
Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang (Najiyati,
1992).
Menurut Puspowardoyo dan Abbas (2005), lele dumbo memiliki patil yang tidak
tajam dan geriginya tumpul. Sungut lele dumbo relatif lebih panjang dan tampak
lebih kuat daripada lele lokal. Kulit badannya terdapat bercak - bercak kelabu
seperti jamur kulit manusia (panu). Kepala dan punggungnya berwarna gelap
kehitaman-hitamn atau kecoklat - coklatan. Lele dumbo memiliki sifat tenang dan
tidak mudah bergerak. Lele dumbo mudah beradatasi dengan lingkunga yang
tergenang air. Parameter kualitas air yang disukai oleh lele dumbo adalah bersuhu
sedang (220C - 250C), keasaman (pH) normal (6,5 - 7,5),
kandungan oksigen cukup (< 3 ppm) dan tidak tercemar berat.
Menurut Saanin (1984) dan
Simanjuntak (1989) dalam Rustidja (1997), klasifikasi ikan lele dumbo adalah
sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Sub
kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub
phyllum : Vertebrataa
Class : Pisces
Sub
class : Teleostei Gambar Ikan Lele (Google images,2010)
Ordo : Ostariophysordei
Sub
Ordo : Siluroidae
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias
gariepinus
Menurut
Pillay (1990), Clarias lazera (= gariepinus) dapat dideskripsikan sebagai
hewan omnivora terbaik, makanannya yaitu sayuran, invertebrata air, ikan kecil,
detritus dan lain-lain. Umumnya di udara bebas, ketika konsentrasi oksigen pada
air rendah.
2.2. Pengertian
Fekunditas
Fekunditas ikan adalah jumlah telur pada tingkat kematangan terakhir yang
terdapat dalam ovarium sebelum berlangsung pemijahan. Nikolsky (1963),
menamakan fekunditas yang menunjukkan jumlah telur yang dikandung individu ikan
sebagai “fekunditas mutlak”, sedangkan jumlah telur persatuan berat atau
panjang ikan disebut sebagai fekunditas relatif. Fekunditas menunjukkan
kemampuan induk ikan untuk menghasilkan anak ikan dalam suatu poemijaha.
Tingkat keberhasilan suatu pemijahan ikan dapat dinilai dari prosentase anak
ikan yang dapat hidup terus terhadap fekunditas (Sumantadinata, 1981).
Menurut Feed Burner (2008), semua
telur-telur yang akan dikeluarka pada waktu pemijahan disebut dengan
fekunditas. Dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang
heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan
termasuk waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978),
membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh
induk. Dan menurut Hariati (1990), fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum
dikeluarkan pada waktu ikan memijah.
2.3.
Faktor-faktor yang Mmepengaruhi Fekunditas
Menurut Feed Burner (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan itu Nikolsky (1969) membuat kaidah
utama sebagai berikut :
1.
Sampai umur tertentu fekunditas ituu akan bertambah
kemudian menurun lagi, fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan
fekunditas mutlaknya.
2.
Fekunditas mutlak atau relatif sering yang terjadi kecil
pada ikan-ikan atau kelas umur yang jumlahnya banyak, terjadi untuk spesies
yang mempunyai perbedaan makanan diantara kelompok ukuran.
3.
Pengukuran fekunditas terbanyak dalam berespon persediaan
makanan berhubungan dengan telur yang dihasilkan oleh ikan yang cepat
pertumbuhannya, lebih gemuk dan lebih besar.
4.
Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad lebih
awal serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan
predator dalam jumlah besar.
5.
Perbedaan fekunditas diantara populasi spesies yang hidup
pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda, bentuk migran fekunditasnya lebih
besar.
6.
Fekunditas disesuaikan secar otomatis melalui metabolisme
yang mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan menghasilkan
perubahan dalam pertumbuhan.
7.
Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap
perbaikan makanan melalui kematangan gonad yang terjadi lebih awal.
8.
Kualitas telur terutama isi terutama isi kuning telur
bergantung kepada umur dan persediaan makanan dan dapat berbeda dari satu
populasi ke populasi yang lain.
Menurut Tjakrawidjaja dan Haryono
(2001), faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas adalah faktor-faktor
lingkungan fisik maupun kimia perairan juga diukur meliputi suhu air, pH,
oksigen terlarut, CO2 bebas, alkalinitas, kesadahan dan kecerahan.
2.4. Macam-Macam Fekunditas
Menurut Nikolsky (1963) dalam Sumantadinata (1981), menamakan fekunditas
yang menunjukkan jumlah telur yang dikandung individu ikan sebagai “fekunditas
mutlak”. Sedangkan jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan disebut
sebagai fekunditas relatif.
Menurut Nikolsky (1969) dalam Wahyuningsih dan Barus (2006), menyatakan
bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun ini yang akan
dikeluarkan tahun itu pula. Selanjutnya Royce (1972) dalam Wahyuningsih dan
Barus (2006), menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang
dihasikan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur
persatuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewaliki fekunditas
individu kalau tidak dperhatikan berat atau panjang ikan.
Menurut Hariati (1990), jumlah telur
masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Fekunditas demikian
dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak. Fekunditas nisbi yaitu
jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan (Nikolsky, 1963) dan fekunditas
total menurut Royce (1992) ialah fekunditas ikan selama hidupnya.
2.5. Cara Mendapatkan Telur
Cara
mendapatkan telur menurut Rustidja (2004) antara lain :
a.
Memperoleh
telur secara alami
Telur
yang dibuahi secara alami dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
- Mengumpulkan telur dari sarang pemijahan ke sarang buatan pada tempat pemijahan alaminya, contoh ikan pike Perch.
- Meniru kondisi pemijahan alami dalam kolam buatan dengan sarang atau rumput yang bersih sebagai tempat meletakkan telur, memasukkan induk yang siap memijah contoh lele Erope, Pike Perch.
- Membuat lubang buatan dipinggir saluran tempat ikan memijah, seperti ikan magur.
- Membuat wadah buatan dari drum, contoh ikan lele.
- Mengumpulkan rumpun telur, pita telur atau telur dalam busa.
b.
Memperoleh
telur secara buatan
Memperoleh telur secar buatan dapat diperoleh melalui perkawinan dengan
perlakuan hormon dengan teknik sebagai berikut :
- Membuat pemijahan dalam wadah kecil melalui pemberian hormon gonodotropin, seperti lele, ikan Karper Cina, Grey mullets dan sebagainya.
- Melakukan pemijahan didalam wadah kecil atau hapa yang diletakkan dalam tambak melalui pemberian hormon hipofisa ikan seperti Indra Mayor Carps.
Menurut Darti dan Iwan (2006) dalam Feed Burner (2009), untuk ikan
berukuran kecil seperti Red Finned Shark, bisanya pemijahan dibiarkan hingga
telurnya keluar sendiri. Untuk jenis ikan besar, perlakuan stripping lebih
efisien. Pengurutan dilakukan pada pagi hari dengan cara menekan perut betina
secara perlahan dari arah perut atas kearah kelamin, biasanya setelah diurut
telur akan keluar. Telur yang keluar ditampung dalam wadah seperti mangkok atau
piring.
Menurut Haririati
(1990), ada dua cara untuk mendapatkan telur ikan dari induknya :
a.
Pada waktu musim pemijahan atau bila induk ikan dengan
telur yang sudah masak siap untuk dipijahkan, tetapi induk ikan tidak dibunuh,
telur ikan dikeluarkan dari tubuh induknya dengan memberi tekanan yang halus
sepanjang tubuhnya kira-kira dibagian atas perut ke arah lubang urogenital.
b.
Mengambil telur dari ikan betina dengan mengangkat
seluruh gonadnya dari dalam perut ikan yang masih segar atau sudah diawet,
dengan perkiraan bahwa telur-telur ikan itu telah masak. Jadi metode ini
ditujukan kepada ikan-ikan yang sudah mati.
2.6.
Cara Menghitung Telur
Menurut Effendie (1975) dalam Sumantadinata (1981) fekunditas iakan dapat
dihitung dengan beberapoa cara yaitu : metode jumlah, metode volumetrik, metode
gavimetrik dan metode von Bayer.
-
Metode jumlah dilakukan dengan car menghitung semua telur
satu persatu atau dikenal pula sebagai sensus lengkap. Cara ini merupakan cara
yang paling teliti, tetapi hanya dapat dilakukan untuk ikan-iakn yang telurnya
sedikit. Pada ikan-ikan yang telurnya banyak sekali., metode jumlah tidak
efisien karena terlalu banyak menghabiskan waktu.
-
Metode volumetrik dilaksanakan dengan mengukur volume
seluruh telur dengan teknik pemindahan air. Kemudian ambillah sebagian kecil
telur tersebut, ukur volumenya dan itung jumlah telurnya. Maka fekunditanya
adalah :
F :
fekunditas
V :
volume telur seluruhnya
v :
volume sampel sebagian kecil telur
n : jumlah telur dari sampel telur (v)
-
Metode gravimetrik atau metode berat dikerjakan seperti
metode volumetrik, tetapi pengukuran volume diganti dengan pengkuran volume
diganti dengan pengukuran berat. Maka
fekunditas berdasarkan metoda gravimetrik adalah sebagai berikut :
F : fekunditas
W : berat seluruh telur
w : berat sampel telur
n : jumlah telur dari sampel (w)
-
Metode von Bayer dikerjakan dengan cara menghitung garis
tengah rata-rata telur, mengukur volume telur keseluruhan, lalu dibandingan
dengan tabel von Bayer. Garis tengah telur diukur dengan alat mistar berskala
inchi atau milimeter yang dipasang pada kayu bersudut. Sejumlah telur
dijajarkan sehingga membentuk panjang tertentu. Garis tengah rata-rata telur
adalah panjang jajaran telur dibagi dengan jumlah butir telur. Buatlah ulangan paling sedikit tiga
kali.
Menurut Murtidjo (2005), adapun fekunditas ikan dapat dihitung dengan
bebrapa cara sebagi berikut :
1.
Metode
jumlah
perhitungan fekunditas telur dengan metode jumlah
dilakukan dengan cara menghitung telur yang akan dipijahkan satu persatu. Cara
ini memang cukup akurat, namun hanya dapat dilakukan untuk ikan-ikan air tawar
yang telurnya relatif sedikit. Untuk ikan-ikan air tawar yang telurnya banyak,
perhitungan fekunditas telur dengan metode jumlah inio sangat tidak efisien.
2.
Metode
volumetrik
perhitungan fekunditas telur dengan metode volumetrik
dilakukan dengan cara mengukur volume seluruh telur yang dipijahkan dengan
teknik pemindahan iar. Selanjutnya telur diambil sebagian kecil, diukur
vollumenya dan jumlah telur dihitung. Dengaan
bantuan rumus berikut ini, fekunditas telur dapat diketahui :
F :
fekunditas
V :
volume telur seluruhnya
v :
volume sampel sebagian kecil telur
n :
jumlah telur dari sampel telur (v)
3.
Metode
gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan
cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah telur
dihitung. Dengan bantuan
rumus berikut ini, fekunditas telur diketahui :
F : fekunditas
W : berat seluruh telur
w : berat sampel telur
n : jumlah telur dari sampel (w)
2.7.
Cara Megawetkan Telur
Menurut Vedder (2008),
penyimpanan telur dalam waktu lama tanpa pengawetan dapat menyebabkan penguapan
sehingga bobot telur menurun dan putih menjadi encer. Telur yang diawetkan
dapat memperpanjang daya simpan minimal seminggu tanpa mengurangi nilai gizi
didalamnya.
Menurut Hariati (1990), pengawetan dapat dilakukan terhaadap ikannya secara
utuh atau terhadap telurnya saja. Bahan
pengawet yang dipakai untuk ini antara lain :
a.
Larutan
Formalin
Larutan formalin adalah bahan pengawet yang cukup baik,
dimana specimen yang sudah diawet dengan larutan formalin dapat diganti dengan
bahan pengawet alkohol yang dapat mengawet labih lama. Larutan formalin 10% yang banyak
digunakan dalam bermacam-macam penelitian
b.
Larutan
Glison
Larutan glison baik digunakan didalam enelitian
fekunditas, bukan saja mengeraskan telur tetapi dapat juga melepaskan serta
menghancurkan jaringan ovarium. Larutan ini terdiri dari beberapa bahan yang
dicampurkan menjadi satu. Komposisi larutan glison :
100 ml
alkohol 60%
880 ml
air
18 ml
asam asetat glasial
15 ml
asam nitrit
20 gram
merkuri klorida
c.
Cara
Pendinginan
Untuk mencegah kebusukan
terhadap telur dalam ovariumnya saja atau telur dalam tubuh ikan secar utuh
mulai dari lapangan sampai laboratorium, telur dan ikan tersebut harus ditaruh
dalam tempat yang beisi es.
2.8.
Sifat-sifat Telur
Menurut Rustidja (2004),
telur memiliki dua tipe yaitu telur non-adhesive dan telur adhesive.
1.
Telur
non-adhesive
Telur non-adhesive dapat dibedakan berdasarkan beratnya :
a.
telur yang mengapung (memiliki berat jenis lebih ringan
dari air)
b.
telur yang mengambang (memiliki berat yang sangat ringan
dibandingkan dengan air)
c.
telur yang semi mengapung
(sedikit lebih berat dari air)
d.
telur yang berputar-putar dalam air (memiliki berat jenis
yang lebih berat dari air)
2.
Telur
Adhesive
Telur
adhesive memiliki dua tipe :
a.
telur melekat pada suatu benda.
b.
Telur yang melekat sesamanya, yang membentuk kelompok
telur.
Menurut Wahyunignsih dan Barus
(2006), ada bebrapa sistem dalam mengelompokkan telur berdasarkan sifat-sifat
yaitu :
a.
Sistem pengelompokkan telur ikan berdasarkan jumlah
kuning telurnya :
1. Oligolechital : telur dengan kuning telur sangat sedikit
jumlahnya.
2. telolechital : telur dengan kuning telur relatif
banyak dari olidolechital
3. Makrolechital : telur
dengan kuning telur relatif banyak dan keping sitoplasma dibagian kutub
animanya.
b.
Sistem yang berdasarkan jumlah kunign telur namun
dikelaskan lebih lanjut berdasarkan berat jenisnya :
1. Non bougant : telur yang tenggelam kedasar saat
dikeluarkan dari induknya.
2. Semi bougant : telur tenggelam kedasar prelahan-lahan,
mudah tersangkut dan umumnya telur berukuran kecil
3. Terapung : telur dilengkapi dengan butir
minyak yang besar sehingga dapat terapung.
c.
Telur dikelompokkan berdasarkan kualitas kulit luarnya :
1. Non-adhesive : telur sama ssekali tidak menempel pada
apapun juga.
2. Adhesive : telur bersifat lengket sehingga
akan mudah menempel pada daun.
3. Bertangkai : terdapat sutu bentuk tangkai kecil
untuk emenempel telur pada substrat.
4. Telur berenang : terdapat filamen yang panjang untuk menempel
pada substrat sehingga membantu telur terapung sampai tempat yang dapat
ditepelinya.
5.
Gumpalan lendir : telur-telur diletakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan
lendir.
2.9.
Hubungan
Fekunditas dengan Panjang Berat Ikan
Pada umumnya terdapat hubungan
antara fekunditas dengan ukuran berta, panjang, umur dan cara penjagaan (parental care) serta ukuran butir telur.
Semakin berat atau panjang badan ikan dan semakin tua umurnya maka
fekunditasnya semakin tinggi. Ikan-ikan yang mempunyai kebiasaan tidak menjaga
sama sekali telurnya setelah memijah, biasanya mempunyai fekunditas yang sangat
tinggi. Sebaliknya, ikan-ikan yang menjaga telurnya secara baik fekunditasnya
rendah. Mengenai hubungan ukuran butiran telur dengan fekunditanya, terdapat
kecenderungan bahwa semakin kecil ukuran butiran telur akan semakin tinggi
fekunditasnya. Fekunditasnya juga akan relatif berbeda antara individu-individu
meskipun masih tergolong dalam satu spesies. Pada ikan-ikan yang mempunyai
sepasang ovarium, kemungkinan besar akan terdapat perbedaan jumlah telur yang
terdapat pada ovarium yang sebelah kanan dengan yang sebelah kiri
(Sumantadinata, 1981).
Menurut wahyuningsih dan Barus (2006), hubungan fekunditas dengan panjang
berat dan populasi :
-
Fekunditas
dengan panjang
Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan berat, karena
panjang penyusutannya relatif kecil sekali tidak seperti berat yang berkurang
dengan mudah. Seringkali para peneliti memplotkan fekunditas mutlak
denganpanjang ikan dan hubungan it ialah :
F = aLb
Dimana F =
fekunditas, L = panjang ikan, a dan b merupakan konstanta yang didapat dari
data.
-
Fekunditas
dengan berat
Penggunaan penghitungan fekunditas yang dikolerasikan dengan berat yang
dituliskan sengan persamaan :
F = a+bW
Dalam beberapa
hal hsilnya baik, tetapi ternyata bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat
adalah tidak linear. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa berat gonad
pada awal pematangan gonad berbeda dengan
berat akhir dari kemaytangan itu karena perkembangan telur yang
dikandungnya. Selama dalam proses perkembangan tersebut terjadi pengendapan
kuning telur yang berangsur-angsur serta terjadi hidrasi pada waktu hampir
mendekati pemijahan.
3.
METODOLOGI
3.1.
Alat dan Fungsi
Pada
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas alat - alat yang digunakan
antara lain :
-
Timbangan analitik :
untuk menimbang berat tubuh ikan lele dumbo, memiliki ketelitian 0,01 gram.
-
Serbet :
untuk memegang ikan , agar ikan tenang saat diangkat dari air.
-
Cawan Petri :
untuk tempat telur saat dihitung.
-
Section set :
untuk membedah ikan lele dumbo.
-
Loupe : untuk membantu memperbesar ukuran telur saat
dilakukan perhitungan.
-
Beaker
glass 500 ml : untuk tempat gonad
sementara.
-
Gelas ukur :
untuk menakar aquades dan sebagai tempat NaCl fisiologis.
-
Mangkok :
untuk tempat telur setelah ikan lele dumbo betina di striping.
-
Nampan :
untuk tempat alat yang digunakan dan sebagai alas saat penimbangan berat tubuh
ikan.
-
Handtally counter :
untuk memnghitung telur.
-
Pipet tetes :
untuk mengambil larutan sebanyak 1 cc.
-
Ember :
untuk tempat ikan lele dumbo sebelum dilakukan pengambilan telur.
-
Gelas ukur :
untuk mengukur selisih volume Na-fis sebelum dan sesudah dicampur dengan gonad
pada metode volumetrik.
-
Timbangan Sartorius :
untuk menimbang berat gonad ikan lele dengan ketelitian 0,0001 gram.
3.2.
Bahan dan Fungsi
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah
sebagai berikut :
-
Ikan lele dumbo betina (Clarias gariepinus) :
sebagai percobaan fekunditas.
-
NaCl fisiologi :
sebagai larutan yang diamati volumenya.
-
Kertas saring :
untuk alas pada saat penimbangan gonad.
-
Air :
untuk media hidup sampel.
-
Plastik hitam :
untuk menutup mangkok plastik yang berisi telur agar tidak terkena cahaya
matahari.
-
3.3.
Skema kerja
3.3.1.
Pengambilan telur
3.3.2. Menghitung telur
a.
Metode
Volumetrik
b.
Metode
Grafimetrik
c.
Metode Gabungan (Volumetrik, Gravimetrik dan Jumlah)
4.
PEMBAHASAN
4.1.
Analisa Prosedur
Pada
praktikum biologi perikanan tentang Fekunditas, langkah pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat-alat yang digunakan
antara lain timbangan analitik, serbet, cawan petri, section set, loupe, beaker
glass, mangkok, nampan, handtally
counter dan pipet tetes. Sedangkan bahan - bahan yang digunakan antara lain
ikan lele betina, tissue, NaCl
Fisiologis dan kertas saring.
Selanjutnya
setelah disiapkan alat dan bahan dilakukan pengambilan telur pada ikan lele
dumbo betina yaitu dengan cara stripping. Cara stripping adalah mengeluarkan
telur ikan dari tubuh induk dengan memberikan tekanan halus sepanjang ujung
perut menuju lubang urogenitalnya. Setelah itu ditambah berat gonad dengan
timbangan analitik dengan ketelitian 0,01 gram. Cara stripping ini dilakuakan
agar induk ikan tetap dapat hidup dan dapat melestarikan keturunan. Telur yang
keluar ditampung dalam mangkok agar mudah pendistribusian. Selain itu,
ditimbang berat telurnya dengan menggunakan timbangan analitik yang memiliki
ketelitian 0,01 gram. Dilakukan pengangkatan ovari ikan menggunakan section
set. Pengangkatan ovary ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan telur
yang sudah matang dari induk ikan betina. Kemudian ditimbang lagi ikan lele
betina yang ovarinya telah digunakan sebagai berat akhir (Wt) ikan. Selanjutnya
ditimbang juga ovari ikan yang telah diambil tadi sehingga didapatkan pula
berat gonadnya. Hasil yang telah diperoleh dicatat dala form. Lalu telur yang telah
selesai ditimbang dimasukkan dalam beaker
glass yang sudah berisi larutan Na-Fis sebanyak 400 ml. Selanjutnya diamati
kenaikan volumenya. Kemudian diambil telur tersebut dengan menggunakan pipet
tetes yaitu sebanyak 1 ml atau 22 tetes, dan dimasukkan ke dalam cawan petri
dan dihitung jumlah telur dalam cawan petri dengan menggunakan bantuan loupe
agar telur kelihatan lebih besar, sehingga memudahkan dalam menghitung dan
dicatat hasilnya.
Selanjutnya digunakan perhitungan dengan
menggunakan metode volumetrik, yaitu dengan mengisi beaker glass dengan 400 ml
Na-fis kemudian dimasukkan telur ke beaker glass tersebut. Dan dilihat selisih
volume beaker glass yang telah ditambah
telur dan telur dan diberi simbol V. Selanjutnya, diambil gonad sebagian dan
dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi Na-fis. Kemudian diamati
selisih volume ukur dan gonad tanpa gonad. Selanjutnya diberi simbol v,
kemudian dihitung jumlah telur sebagian digunakan handtally counter, lalu digunakan sebagai nilai x. Selanjutnya
setelah diketahui selisihnya dihitung nilai fekunditasnya menggunakan rumus :
X = x, V = v
kemudian dicatat
hasilnya.
Selanjutnya
dilakukan perhitungan telur dengan menggunakan metode geometrik, yaitu
mengambil telur atau gonad dari ikan lele dumbo kemudian ditimbang semua gonad
dengan menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 0,01 gram hasil dari
penimbangan ini digunankan sebagai nilai G. Selanjutnya gonad diambil bagian
dan ditimbang dengan menggunakan timbangan sartorious dengan ketelitian 10-4
dan diberi simbol g. Lalu dihitung semua telur yang telah ditimbang. Setelah
itu dihitung dengan bantuan handtally counter. Hasil dari perhitungan ini
digunakan sebagai nilai x. Setelah semua nilai didapatkan, kemudian dihitung
nilai fekunditasnya dengan menggunakan rumus :
X = x , G = g
Kemudian
dilakukan perhitungan telur dengan menggunakan metode gabungan (volumetrik, gravimetrik
dan jumlah), yaitu mengambil gonad atau telur dari ikan lelel dumbo. Kemudian
ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 0,01 gram.
Hasil nilai penimbangan ini digunakan sebagai nilai G. Selanjutnya diambil
gonad sebagian dan gonad sebagian tersebut ditimbang pada timbangan sartorious
dengan ketelitian 0,0001 gram, hasil dari penimbangan ini digunakan sebagai
nilai Q. Selanjutnya gonad dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air 10 ml. Volume air ini digunakan
sebagai nilai V. Selanjutnya, diaduk sampia rata dan diambil 1 ml atau 22 tetes
dengan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke cawan petri. Selanjutnya telur
yang ada pada cawan petri dihitung jumlahnya dengan bantuan handtally counter agar mudah dalam
perhitungannya. Kemudian
dihitung nilai fekuditasnya dengan menggunakan rumus
4.2.
Analisa Hasil
4.2.1.
Cara Mendapatkan Telur
Dari
hasil praktikum biologi perikanan tentang Fekunditas didapatkan berat induk
betina ikan lele dumbo sebelum distripping sebesar 1.292 gram (dihitung sebagai
Wb). Sedangkan panjang total tubuh ikan lele dumbo tidak dilakukan perhitungan.
Cara mendaptkan telur pada ikan lele dilakukan dengan metode stripping. Menurut
Hariati (1990), stripping yaitu telur ikan dikelurkan dari tubuh induknya
dengan member tekanan halus sepanjang tubuh ikan lele dumbo kira - kira bagian
atas perut ke arah lubang urogenital. Mendapatkan telur dengan cara stripping
ini tujuanya yaitu untuk membiarkan ikan lele betina tetap hidup. Dalam
praktikum ini tidak dilakukan pengambilan telur dengan cara pengangkatan ovari
karena metode ini akan membunuh ikan, sehingga induk ikan lele tidak dapat
melestarikan keturunannya. Menurut Hartati (1990), mengambil telur dari ikan
induk dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan yang masih segar
atau diawet dengan perkiraan bahwa telur - telur ikan itu telah masak.
4.2.2.
Cara Menghitung Telur
a.
Metode Volumetrik
Pada
praktikum biologi perikanan tentang Fekunditas didapatkan volume gonad utuh
sebesar 163 cc (V), volume gelas ukur yang berisi Na-fis sebanyak 10 cc (v).
Setelah seluruh gonad dimasukkan volume berubah menjadi 10,6 cc. Sehingga
selisih volume gelas ukur + telur adalah sebanyak 0,6 ml dan dihitung sebagai
(v). Kemudian mengambil
gonad sebagian sebanyak 296 gram setelah dihitung dan disebut sebagai x. untuk
mendapatkan fekunditasnya digunakan rumus = X : x = V : v. Dimana X =
fekunditas, x = jumlah telur sebagian, V = selisih gonad utuh, v = selisih
gonad sebagian. Menurut Murtidjo (2005), perhitungan fekunditas telur dengan
metode volumetrik dilakukan dilakukan dengan cara mengukur volume seluruh telur
yang dipisahkan dengan teknik pemindahan air selanjutnya telur dihitung
sebagian kecil, diukur volumenya dan jumlah telur dihitung. Dari hasil praktikum
didapatkan perhitungan :
Dari hasil perhitungan setiap kelompok
didapatkan nilai fekunditas pada kelompok
1 sebesar 26.080 butir, pada kelonmpok 2 sebesar 3280 butir, pada
kelompok 3 sebesar 86390 butir, pada kelompok 4 sebesar 92.885 butir, pada
kelompok 5 sebesar 80.413 butir, pada kelompok 6 sebesar 29.014 butir, pada
kelompok 7 sebesar 69.601 butir, pada kelompok 8 sebesar 28.036 butir, pada
kelompok 9 sebesar 19.262 butir. Dari perhitungan tersebut diketahui adanya perbedaan
jumlah telur, hal ini dikarenakan dalam pengambilan telur tidak dengan volume
sama. Metode volumetrik dilaksanakan dilakukan dengan cara mengukur volume
seluruh telur dengan teknik pemindahan air. Kemudian diambil sebagian kecil telur tersebut, ukur volumenya
dan dihitung jumlah telurnya (Sumantadinata, 1981).
b.
Metode Gravimetrik
Pada
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas didapatkan berat gonad
keseluruhan (G) sebesar 164,17 gram dan berat gonad sebagian (g) sebesar 0,78
gram. Serta jumlah telur sebagian sebanyak 296 butir. Untuk mencari
fekunditasnya digunakan rumus = X: x = G:g dimana X=fekunditas, x=jumlah telur
sebagian, G=berat gonad utuh, g=berat gonad sebagian.
Menurut Murtidjo
(2005), perhitungan fekunditas telur denganmetode gravimetric dilakukan dengan
cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan
cair. Selanjutnya, telur diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah
telur. Dari hasil praktikum didapatkan
Dari
hasil perhitungan setiap kelompok didapatkan nilai fekunditas pada kelompok 1
sebesar 70.208 butir, kelompok 2 sebesar 69.002 butir, kelompok 3 sebesar
65.916 butir, kelompok 4 sebesar 92.885 butir, kelompok 5 sebesar 62.300 butir,
kelompok 6 sebesar 73.055 butir, kelompok 7 sebesar 71.531 butir, kelompok 8
sebesar 72,425 butir, dan kelompok 9 sebesar 84.572 butir.
Dari
hasil didapatkan data bahwa nilai fekunditas tidak sama hal ini dikarenakan
pengambilan telur tidak sama.
Menurut
Sumantadinata (1981) Metode gravimetrik atau metode berat dikerjakan seperti
metode volumetrik tetapi pengukuran volume diganti dengan pengukuran berat,
dengan cara menghitung garis tengah rata-rata telur mengukur volume telur
keseluruhan lalu dibandingkan dengan tabel.
c.
Metode Gabungan
Pada praktikum
biologi perikanan tentang fekunditas didapatkan berat gonad utuh 164,17 gram,
volume pengenceran 1o cc, jumlah telur tiap cc sebesar 97 butir, berat telur
contoh sebesar 0,73. Untuk mencari fekunditas digunakan rumus dimana F=fekunditas,
G=berat gonad utuh (gram), V=volume pengenceran (m), X=jumlah telur tiap cc,
Q=berat telur contoh (gram). dari hasil praktikum didapatkan
Dari
hasil perhitungan setiap kelompok didapatkan nilai fekunditas pada kelompok 1
sebesar 216.256 butir, kelompok 2 sebesar 9 butir, kelompok 3 sebesar 112.743
butir, kelompok 4 sebesar 92.885 butir, kelompok 5 sebesar 218.144 butir,
kelompok 6 sebesar 263.482 butir, kelompok 7 sebesar 70.892 butir, kelompok 8
sebesar 15.093 butir, dan kelompok 9 sebesar 150.903 butir.
Menurut
Sunarma (2004) lele memiliki fekunditas 33,33% pada pemeliharaan ukur 5-6 hari
menghasilkan laju pertumbuhan harian 43,37%.
4.3.
Analisa Produk
Produk
yang digunakan adalah induk betina ikan lele dumbo. Dalam pengambilan telur
dilakukan dengan cara stipping yaitu dengan memberi tekanan halus pada bagian
atas perut sampai lubang urogenitalnya. Metode stipping ini keuntungannya
adalah ikan masih hidup, akan tetapi telur yang digunakan tidak semuanya. Pada
praktikum ini untuk mendapatkan hasil fekunditasnya yang baik dapat berpengaruh
terhadap spesies ikan itu sendiri, umur, spesies, ukuran spesies, status
nutrisi, dan fisiologi.
4.4.
Manfaat di Bidang Perikanan
Pada
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas mempunyai manfaat di bidang
perikanan adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dikeluarkan oleh suatu
induk ikan.
- KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum Biologi Perikanan
tentang Fekunditas dapat ditarik kesimpulan :
-
Fekunditas adalah jumlah telur yang terlepas pada sebelum
berlangsungnya pemijahan
-
Faktor-faktor yang mempengaruhifekunditas antara lain :
- berat badan e. cara penjagaan (parental care)
- panjang badan f. makanan
- umur g. Ukuran ikan
- ukuran butir telur h. Kondisi lingkungan
-
Macam-macam
fekunditas antara lain :
- fekunditas individu atau mutlak adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu iakn memijah.
- Fekunditas nisbi yaitu jumlah terlur per satuan berat atau panjang ikan.
- Fekunditas total yaitu fekunditas ikan selama hidupnya.
-
Cara
mendapatkan telur, yaitu :
- stipping (memberi tekanan yang halus sepanjang tubuh di bagian perut)
- pengangkutan ovari (mengangkat seluruh gonad dari dalam perut ikan).
-
Cara
menghitung telur, yaitu :
- metode jumlah
- metode volumetrik
- metode grafimetrik
- metode gabungan
-
Cara
mengawetkan telur, yaitu :
- larutan formalin
- larutan glison
- cara pendinginan
-
Sifat-sifat telur antara lain :
- adhesive yaitu telur yang sifatnya tidak melekat di substrat
- non-adhesive yaitu telur yang sifatnya tidak melekat pada substrat.
-
Hubungan fekunditas dengan panjang adalah dengan
menggunakan rumus
F = aL3
-
Hubungan fekunditas dengan dengan berat adalah dengan
persamaan :
F = a+bW
-
Nai
fekunditas atau jumlah telur ikan lel dumbo betina dengan metode volumetrik
adalah sebesar 80.413 butir telur, pada metode gravimetrik adalah sebesar
218.144 butir telur.
5.2
Saran
Dari hasik praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas diharapkan
praktikan lebih menjalin persahabatan terhadap asisten sehingga dalam sintetis
dapat lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, M, 2002. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara. Yogyakarta.
Feed burner, 2008. Pengertian
Fekunditas. http://hobiikan.blogspot.com/ Diakses pada
tanggal 20 April 2010, pukul 17.19 wib.
Google
Images, 2010, Gambar ikan lele dumbo.
Diakses pada tanggal 20 April 2010, pukul 17.19 wib.
Hariati, Anik M, 2000. Diktat Pengatar Praktikum Biologi Perikanan, Universitas Brawijaya
Haetami, Kiki, Ika Susangaka, Yuli Andriani, 2007. Kenutuhan dan Pola Makanan Ikan Jambal Siam
di Berbagai Tingkat Pemberian Energi Proetein pakan dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan dan Efisiensi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Murtidjo, Bambang
Agus. 2005. Beberapa Metode
Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.
Puspowardodo, harsono dan Abbar Siregar Djarijah, 2006, Pembenihan dan Pembehan Ikan Lele Dumbo Hemat Air. Kanisius. Yogyakarta.
Rustidja, 2000. Penggunaan
Sinar Laser untuk Mempercepat Kematangan Gonad Ikan Nila. Universitas
Brawijaya. Malang.
Sunarma, Ade 2004. Peningkatan
Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias
sp.). Departemen Kelautan dan Periknan. Sukabumi.
Tjakrawidjaja, A. H.dan Haryono, Saputra, Eka Dharma,
2007. Kebiasaan Makan.
http://balivetman.wordpress.com/2007/11/27/kebiasaan-makan-ikan/ Diakses pada
tanggal 10 April 2010, pukul 10.00 WIB
Wahyuningsih, Hesti dan Dr. Ing Ternala Alexander Barus.
2006. Buku Ajar Ikhtiologi.
Universitas Sumatera Utara.
Veeder, teguh, 2008.
Cara Mengawetkan Telur Ikan. Http.//id.shvoongcom/exact_science/biology/1765352-cara-mengawetkan-telur/.
Diakses pada tanggal 10 April 2010, pukul 10.00 WIB
LAMPIRAN 1
- Morfologi
Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Gambar
|
Keterangan
|
||||||
2
1
3
5
4
|
1. sirip caudal
2. sirip dorsal
3. sirip anal
4. sirip ventral
5. sungut
|
||||||
Gambar Literatur
|
|||||||
( Wikipedia, 2010)
|
- Organ
Seks Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Organ Sex Induk Betina
|
Organ Sex Induk Jantan
|
|
|
Gambar Indukan Ikan
|
|
|
LAMPIRAN 2
Spesies : Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Metode volumetrik
Kel
|
No
|
Tl
(cm)
|
W
(gr)
|
V
(cc)
|
V(cc)
|
X(butir)
|
F(butir)
|
keterangan
|
1
|
I
|
54
|
1000
|
163
|
1,5
|
240
|
26080
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
II
|
54
|
1000
|
163
|
1
|
328
|
3280
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
54
|
1000
|
163
|
0,5
|
265
|
86390
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
54
|
1000
|
163
|
1
|
63522
|
92885
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
54
|
1000
|
163
|
0,6
|
296
|
80413
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
54
|
1000
|
163
|
2
|
356
|
29014
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
54
|
1000
|
163
|
1
|
427
|
69601
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
54
|
1000
|
163
|
1
|
172
|
28036
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
|
54
|
1000
|
163
|
3
|
352
|
19262
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Spesies :
Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Metode
gravimetrik
Kel
|
No
|
Tl
(cm)
|
W
(gr)
|
G
(gr)
|
X(butir)
|
F(butir)
|
keterangan
|
1
|
I
|
54
|
1000
|
164,17
|
402
|
70.208
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
II
|
54
|
1000
|
164,17
|
269
|
69002
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
265
|
65916
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
50979
|
92885
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
296
|
62300
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
356
|
73055
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
427
|
71531
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
362
|
72475
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
510
|
84572
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Spesies : Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Metode gabungan
Kel
|
No
|
Tl
(cm)
|
W
(gr)
|
G(gr)
|
V
(cc)
|
V
(cc)
|
X
(butir)
|
F
(butir)
|
Ket.
|
1
|
I
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
63
|
0,55
|
216256
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
II
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
106
|
0,64
|
9
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
57
|
0,83
|
112743
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
43
|
0,76
|
92885
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
97
|
0,73
|
218144
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
130
|
0,81
|
263482
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
38
|
0,88
|
70892
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
72
|
0,78
|
15093
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
|
54
|
1000
|
164,17
|
10
|
91
|
0,99
|
150903
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar