Rabu, 07 Maret 2012

Hubungan Panjang dan Berat


1.            PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan dikarenankan pertumbuhan menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagi pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi kalau lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor mempengaruhinya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Menurut Effendi (2002) dalam Tugiyono (2008), faktor luar (lingkungan) yang mempengaruhi ikan adalah suhu dan ketersediaan makanan. Berdasarkan hasil pengukuran suhu antar kolam berkisar antara 290C – 300C, sehingga bila kondisi perairan normal, maka faktor makanan merupakan faktor yang lebih penting dari suhu. Sehingga kondisi lingkungan yang makan berlebih akan tumbuh lebih pesat.
Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai penambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai penambahan jumlah. Akan tetapi, kalau kita lihat lebih lanjut sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor mempengaruhinya (Effendi, 2002).

1.2.        Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat adalah mengetahui panjang dan berat untuk menentukan pertumbuhan ikan dalam populasi alami.
Tujuan dari praktium Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat adalah mampu mendemonstrasikan teknik - teknik pengukuran untuk menentukan pertumbuhan ikan.

1.3.        Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 08 April 2010 pukul 08.00 – 11.00 WIB. Di laboratorium Ilmu – Ilmu Perairan (IIP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
2.            TINJAUAN PUSTAKA
2.1.          Klasifikasi dan Morfologi
2.1.1.    Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Menurut Sucipto dan Prihartono (2005) dalam Kusrini et al., (2007) klasifikasi dari ikan Nila adalah sebagai berikut :
Filum               : Chordatra
Sub filum         : Vertebrata
Kelas               : Pisces
Sub kelas        : Teleostei
Ordo                : Perchimorphi
Sub ordo         : Perchoidae                Gambar Ikan Nila (Google images, 2010a)
Famili              : Chiclidae
Genus                         : Oreochromis
Spiceis            : Oreochromis sp.
Ciri – ciri ikan nila adalah garis vertikal yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak enam buah. Garis seperti ini juga terdapat di sirip punggung dan sirip dubur. Tanda - tanda ikan nila jantan adalah 1) warna badan lebih gelap dari ikan betina, 2) saat memijah, bagian tepi sirip punggung dan ekor berwarna merah cerah, 3) alat kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus, 4) tulang rahang melebar ke belakang, 5) bila waktu memijah tiba, sperma ikan nila berwarna putih saat disttripping. Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah 1) alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus, dimana terdapat 2 lubang. Lubang yang didepan untuk mengeluarkan telur, sedang yang dibelakang untuk mengeluarkan air seni. 2) Bila telah mengandung telur yang masak, perutnya tampak membesar (Kusrini et al., 2007).
Menurut Susanto (1991) dalam Rustidja (1996), bentuk badan ikan Nila ialah pipih kesamping dan memanjang. Mempuntai garis vertikal 9-11 buah, garis – garis pada sirip ekor berwarna merah sejumlah 6 – 12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garis miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih tebal dan kekar dibandingkan ikan Mujair. Garis lateralis (gurat sisi ditengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah.



2.1.2.    Belut (Monopterus albus)
Klasifikasi belut dalam Zipcodezoo (2010), adalah sebagai berikut :
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Chordata 
Sub phylum     : Vertebrata
Class               : Actinopterygii
Sub class        : Actinopterygii            Gambar Belut (Google images, 2010b)
Order               : Scybranchifermes
Genus                         : Monopterus
Spesies           : Monopterus albus
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirirp punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak - anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah - sawah, rawa atau lumpur dan di kali - kakli kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikena dan digemarai, hingga saat ini belut banyak dibudayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor (John, 2010).
Menurut Roy (2006), belut mempunyai kelamin ganda (hermaprodit) dan mengalami pergantian kelamin dari betina kejantan dalam siklus perkawinannya. Belut muda selalu berkelamin betina, sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan. Dari hasil pengalaman selama ini sifat-sifat belut memang seperti itu. Karena itu, pada belut bisa terjadi masa  kosong kelamin atau banci.

2.1.3.    Udang Galah
Seorang ahli bernama Patasik (2004) dalam Agustiono (2008) mengklasifikasikan Red claw kedalam :
Filum               : Arthropoda
Sub filum         : Mandibulata
Kelas               : Crustacea
Sub kelas        : Malacostraca
Seri                  : Eumalacostraca
Super ordo      : Eucarida                   Gambar Udang Galah (Google images,
Ordo                : Decapoda                2010c)
Sub ordo         : Reptantia
Famili              : Parastacidae            
Genus             : Cherax                     
Spesies           : Cherax quadricarinatus
Menurut Amri dan Khairuman (2004), tubuh udang galah terdiri dari atas tiga bagian, yakni cephalotorax, abdomen (tubuh) dan uropod (ekor). Rostrum atau cucuk kepala udang galah panjang, langsing dan bagian pangkalnya bengkok. Gerigi pada rostrum tersusun rata. Jumlah energi bagian atas 12 - 15, sementara jumlah gerigi bagian bawah 10 - 14. Tutup insangnya memiliki garis luar mendatar, terutama udang galah yang masih muda. Kulit penutup tubuh pada ruas kedua sepasang kaki (pleopoda) yang panjang. Tubuh udang galah berwarna biru kehijauan.

2.2.        Pengertian Pertumbuhan
Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang dan berat dalam satu waktu. Sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi kalau kita lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuuhan dalam individu ialah pertumbuhan jaringan akibat dari pembelahan sel secara litotes (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bissa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik (Wordpress, 2010). Menurut Karim (2002), pertumbuhan merupakan proses biologi yang komplek, dapat terjadi apabila ada kelebihan energi dan materi yang berasal dari pakan yang dikonsumsi. Pertumbuhan terjadi pada beberapa timgakat materi biologi seperti sel, jaringan, organ, organisme, populasi dan komunitas. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan pada ukuran atau jumlah materi tubuh, baik temporal atau jangka panjang. Kuantifikasi untuk pertumbuhan dapat berupa panjang, bobot (basah dan kering) atau kandungan nutrien tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat , dan kandungan energi.

2.3.        Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Menurut Lesmana dan Dermawan (2006), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain :
a.    Keturunan
      Keturunan berhubungan dengan cara seleksi induk, yaitu induk yang bermutu tentu menghasilkan anakan yang baik atau sebaliknya.
b.    Pertumbuhan Kelamin dan Umur
      Ada baiknya pemeliharaan ikan pada beberapa jenis dipisahkan antara jantan dan betina. Hal ini untuk menghindari adanya gejala pematangan kelamin sejak dini. Bisa saja ikan yang masih kecil sudah bertelur sehingga pertumbuhan badanya terhambat.
c.    Kerentanan Penyakit
      Kerentanan penyakit terkadang merupakan faktor keturunan dan tergantung jenis ikan. Ada ikakn yang tahan bakteri, tetapi rentan terhadap jamur dan sebaliknya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang jenis ikan pun diperlukan untuk mengetahui setiap jenis penyakit yang sering menyerang ikan tersebut. Obat-obatan yang sering digunakan untuk mengobati penyakit harus selalu disiapkan sebagai tindakan antipasi bila timbul penyakit.
Laju pertumbuhan ikan sangat bervariasi sebab sangat tergantung pada berbagai faktor. Faktor ini dapat digolongkan mmenjdi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya adalah keturunan, seks, umur,  parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertubuhan suhu air. Kandungan oksigen terlarut dalam amonia, salinitas dan fotoperiod. Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor-faktor lainya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ika (Wahyuningsih dan Bagus, 2006).

2.4.        Pertumbuhan Allometrik dan Isometerik
Menurut Rahman (2009), pertumbuhan allometrik (allos = latin, metrik = pengukuran) yaitu jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan diikuti perubahan bentuk organisme. Pola pertumbuhan demmikian terdapat pada mamalia yang menunjukan hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan. Perbandingan relatif sebagai struktur dari pola pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pertumbuhan isotonik (iso = sama, metrik = pengukuran) pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu organ tumbuh dengan pertumbuhan sisa organ tubuh lainnya. Pada situasi yang demikian perubahan ukuran tubuh tidak disertai dengan perubahan bentuk tubuh atau bentuk luar organisme tersebut.
Menurut Abdu (2010), pola pertumbuhan pada organisme dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.    Petumbuhan isometrik (iso = sama, metrik = mengukur).
Pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu organ tumbuhan dengan kecepatan rata-rata sama dengan pertumbuhan sisa organ tubuh lainnya. Pada situasi yang demikian perubahan ukuran tubuh tidak disertai dengan perubahan bentuk tubuh atau bentuk luar organisme tersebut. Perbandingan ukuran tubuh dengan bentuk tubuh yang tetap sama, misalnya pada ikan. Pada hewan kenaikan ukuran panjang sebesar % diikuti oleh kenaikan berat tubuh sebesar 33%.
b.    Pertumbuhan Allometrik (Allos = lain, metrik = mengukur).
Yaitu jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan berbeda dengan kecepatan pertumbuhan sisa tubuh lainnya. Perubahan ukuran akibat pertumbuhan dremikian terdapat pada mamalia yang menakjubkan hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan.

2.5.        Hubungan Panjang dan Berat
Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006), panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat tubuh. Hubungan panjang dan berat seperti hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Bentuk rumus umumnya yaitu : W = cLn, dimana W : berat, L : panjang, c dan n   : konstanta
Menurut King (1997) dalam Said (2007) hubungan panjang berat W = aLb
dengan : W : berat, L : panjang ikan (mm), a dan b  : konstanta 


















3.            METODOLOGI
3.1.        Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat antara lain :
-          Papan Penggaris           : untuk mengukur panjang total dari ikan Nila, Belut dan Udang galah.
-          Nampan                         : untuk meletakkan alat dan bahan.
-          Sectio set                       : untuk menusuk medula oblongata ikan Nila dan belut.
-          Timbangan Analitik        : untuk menimbang berat tubuh ikan Nila, belut dan udang galah.
-          Seser                              : untuk mengambil ikan Nila dari aquarium.
-          Serbet                            :  untuk membersihkan dan mengelap alat sebelum digunakan.

3.2.        Bahan dan Fungsi
Bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat adalah :
-          Ikan Nila (Oreochromis niloticus)                : sebagai obyek pengamatan yang diamati hubungan panjang dan beratnya.
-          Belut (Monopterus albus)                                     : sebagai obyek pengamatan yang diamati hubungan panjang dan beratnya.
-          Udang Galah (Macrobracium rosenbegii)   : sebagai obyek pengamatan yang diamati hubungan panjang dan beratnya.
-          Benang kasur                                               : untuk membantu mengukur lingkar tubuh ikan Nila, belut, dan udang galah.
-          Tissue                                                          : untuk membantu memegang belut dan mengeringkan alat-alat yang telah dicuci.
-          Air                                                                 : untuk membersihkan alat – alat yang telah digunakan dan sebagai media tempat hidup ikan.






3.3.        Skema Kerja


 


-          Ditusuk medulla oblongata. 
-          Ritimbang berat tubuh (W) dalam gram dengan timbangan analitik.
-          Diukur panjang total (TL) dalam cm dan lingkar tubuh (Grith) dalam cm dari ikan.
-          Dimasukkan semua data yang diamati dalam form.
 















 


-          Ditusuk medulla oblongata. 
-          Ritimbang berat tubuh (W) dalam gram dengan timbangan analitik.
-          Diukur panjang total (TL) dalam cm dan lingkar tubuh (Grith) dalam cm dari ikan.
-          Dimasukkan semua data yang diamati dalam form.
 











-          Ditusuk medulla oblongata. 
-          Ritimbang berat tubuh (W) dalam gram dengan timbangan analitik.
-          Diukur panjang total (TL) dalam cm dan lingkar tubuh (Grith) dalam cm dari ikan.
-          Dimasukkan semua data yang diamati dalam form.
 












4.            PEMBAHASAN
4.1.        Analisa Prosedur
Pada praktikum Biologi  Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat, sebelum melakukan praktikum langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Kemudian diambil masing - masing tiga ekor ikan Nila, belut sawah dan udang galah dengan ukuran yang berbeda - beda. Hal ini dilakukan untuk mengamati perbandingan hubungan panjang dan berat untuk menentukakn pertumbuhan masing-masing sampel (ikan Nila, belut sawah dan udang galah) dalam populasi alami.

4.1.1.    Ikan Nila
Ikan Nila yang telah disiapkan, ditusuk medulla oblongatanya, supaya cepat mati menggunakan jarum. Ditusuk medulla oblongatanya, karena pada tempat ini merupakan pusat sistem saraf ikan Nila. Setelah ikan Nila benar - benar mati, ditimbang berat tubuhnya menggunakan timbangan analitik, yang mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hasil penimbangan berat tubuh ikan Nila ini digunakan sebagai nilai W. Kemudian diukur panjang total tubuh ikan Nila, mulai dari ujung anterior mulut sampai ujung posterior dari caudal dengan menggunakan papan penggaris. Hasil dari pengukuran panjang total ikan Nila ini digunakan sebagai nilai TL. Selanjutnya, degan bantuan benang diukur tubuh (lingkar tubuh) ikan Nila yaitu bagian tubuh terbesar pada sirip dorsal. Lalu, benang yang digunakan untuk membantu mengukur lingkar tubuh, diukur pada papan penggaris. Setelah semua data didapatkan dimasukkan pada form yang telah disiapkan.

4.1.2.    Belut sawah
Belut sawah yang telah disiapkan, ditusuk medulla oblongatanya, supaya cepat mati menggunakan jarum. Ditusuk medulla oblongatanya, karena pada tempat ini merupakan pusat sistem saraf belut. Setelah belut benar - benar mati, ditimbang berat tubuhnya menggunakan timbangan analitik, yang mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hasil penimbangan berat tubuh belut ini digunakan sebagai nilai W. Kemudian diukur panjang total tubuh belut, yaitu mulai dari ujung anterior mulut sampai ujung posterior dari caudal. Hasil pengukuran dari panjang total belut ini digunakan sebagai nilai TL. Kemudian, degan bantuan benang diukur tubuh (lingkar tubuh) belut, diukur lingkar tubuh dibagian terbesar. Lalu, benang yang digunakan untuk membantu mengukur lingkar tubuh belut, diukur pada papan penggaris. Setelah semua data didapatkan dimasukkan pada form yang telah disiapkan.

4.1.3.    Udang Galah
Udang galah yang telah disiapkan langsung dilakukakn penimbangan berat tubuhnya tanpa ditusuk medulla oblongatanya. Hal ini dilakukan karena udang galah ini tekstur tubuhnya rapuh. Selain itu tidak selicin belut dan ikan Nila. Penimbangan berat tubuh udang galah ini menggunakan timbangan analitik yang mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hasil penimbangan berat tubuh udang galah ini digunakan sebagai nilai W. Selanjutnya diukur panjang total udang galah dengan menggunakan papan penggaris, yaitu mulai dari rostum sampai dengan ujung posterior karapace, karena pusat pertumbuhan. Hasil dari pengukuran sampai karpaknya panjang total udang galah ini digunakan sebagai nilai TL. Kemudian, degan bantuan benang diukur tubuh (lingkar tubuh) udang galah. Selanjutnya, benang yang digunakan untuk membantu mengukur tubuh udang galah, diukur pada papan penggaris. Setelah semua data didapatkan dimasukkan pada form yang telah disiapkan.

4.2.        Analisa Hasil
Dari hasil pengamatan pada kelompok 8 didapatkan hasil pada ikan Nila I dengan berat tubuh sebesar 63,99 gram, panjang total 16 cm dan girth sebesar 12 cm. Pada ikan Nila II dengan berat tubuh sebesar 11.40 gram, panjang total sebesar 24 cm dan girth sebesar 3,2 cm. Pada ikan Nila III dengan berat tubuh 23,77cm, panjang total sebesar 11 cm dan girth sebesar 9,2 cm.
Pada belut I dengan berat tubuh sebesar 25,34 gram, panjang total 30,5 cm dan girth sebesar 4 cm. Pada belut II dengan berat tubuh sebesar 11.40 gram, panjang total sebesar 24 cm dan girth sebesar 3,2 cm. Pada belut III dengan berat tubuh 5,72cm, panjang total sebesar 20 cm dan girth sebesar 2,2 cm.
Pada udang galah I dengan berat tubuh sebesar 2,54 gram, panjang total 2,5 cm dan girth sebesar 3,5 cm. Pada udang galah II dengan berat tubuh sebesar 11.40 gram, panjang total sebesar 24 cm dan girth sebesar 3,2 cm. Pada belut III dengan berat tubuh 0,57cm, panjang total sebesar 1,5 cm dan girth sebesar 2 cm.





4.3.        Grafik Hubungan Panjang dan Berat
Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nila kelompok 8        


 
















Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nila Kelompok 9


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan Nila kelompok 10


 














Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nila Kelompok 11


 
















Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nila Kelompok 12


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan Nila 1


 















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan Nila 2


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan 3


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut Kelompok 8


 















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut Kelompok 9


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut Kelompok 10


 

















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut Kelompok 11


 














Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut Kelompok 12


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut 1


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut 2


 















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Belut 3


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang Kelompok 8


 

















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang Kelompok 9


 














Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang Kelompok 10


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang Kelompok 11


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang Kelompok 12


 
















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang 1


 

















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang 2


 















Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang 3


 











4.4.        Analisi Grafik
a.            Ikan nila (Oreochromis nilloticus)
Pada pengamatan grafik Hubungan Panjang dan Berat untuk ikan Nila diseluruh kelompok data yang didapatkan yaitu hampir berada tepat pada garis linear. pada kelompok 8, dari data dapat diketahui bahwa ketiga ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dan berat ikan sama. Pada kelompok 9, dari data dapat diketahui bahwa ikan nila I dan III titik hubungan panjang dan berat berada pada garis linear, berarti ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan berat ikan mengalami pertumbuhan yang seimbang, sedangkan pada ikan Nila II titik hubungan panjang dan berat berada sedikit di atas garis linear, hal ini berarti ikan tersebut mengalami pertumbuhan allometrik positif yaitu pertumbuhan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjangnya. Pada kelompok 10, dari data dapat diketahui bahwa pada ikan Nila I dan III  titik hubungan panjang dan berat berada tepat pada garis linear, berarti ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik sedangkan ikan Nila II, titik hubungan panjang dan berat berada di bawah garis linear, berarti ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya. Pada kelompok 11, dari data dapat diketahui bahwa ketiga ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik. Dan pada kelompok 12, dari data dapat diketahui bahwa ketiga ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik, karena titik hubungan panjang dan berat tepat berada pada garis linear. Dari data - data di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar ikan Nila mengalami pertumbuhan isometrik dengan b = 3. Hal ini sesuai yang diakatakan Wahyuningsih dan Barus (2006), bahwa jika nilai n = 3 pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan beratnya, pertumbuhan tersebut disebut isometerik. Pertumbuhan dipengaruhi faktor dalam diantaranya ialah keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu, kandungan oksigen, ammonia, salinitas, umur dan kematian.

b.            Belut (Monopterus albus)
Pada pengamatan grafik Hubungan Panjang dan Berat untuk belut  diseluruh kelompok data yang didapatkan yaitu pada kelompok 8, dari data dapat diketahui bahwa belut I dan III, titik hubungan panjang dan berat berada pada garis linear, berarti belut tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dan berat ikan Nila mengalami pertumbuhan yang seimbang dan pada belut II berada sedikit dibawah garis linear, berarti belut tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingakan pertumbuhan berat. Pada kelompok 9, dari data dapat diketahui bahwa ketiga belut tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan berat ikan mengalami pertumbuhan sama. Hal ini dapat dilihat dari ketiga titik hubungan panjang dan berat tepat berada pada garis linear. Pada Kelompok 10 dan 11, dari data dapat diketahui belut tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan berat ikan mengalami pertumbuhan yang sama. Pada kelompok 12, dari data dapat diketahui bahwa belut I mengalami pertumbuhan allometrik positif, yaitu pertumbuhan berat lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan panjangnya. Hal ini dapat dilihat dari titik hubungan panjang dan berat berada di atas garis linear, pada belut II, titik  hubungan panjang dan berat berada di bawah garis linear berarti belut tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negative yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya.
Dari grafik pengamatan belut, dapat dikatakan untuk data yang berada diatas garis linear dengan b>3 merupakan pertumbuhan allometrik positif, sedangkan data yang berada diibawah garis linear b<3 dikatakan allometrik negative. Menurut Andamari (2004), bahwa apabila konstanta b>3 bersifat allometrik positif dan b<3 bersifat negatif.

c.            Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Pada pengamatan grafik hubungan panjang dan berat untuk seluruh kelompok didapatkan data yaitu pada kelompok 8 udang I dan III, titik hubungan panjang dan berat berada pada garis linear, berarti udang tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dan beratnya mengalami pertumbuhan yang seimbang dan pada udang II, titik hubungan panjang dan berat berada di bawah garis linear, berarti udang tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan besarnya. Pada kelompok 9, 10 dan 11, dari data dapat diketahui bahwa ketiga udang tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan beratnya mengalami pertumbuhan sama. Pada kelompok 12, dari data dapat diketahui bahwa udang I, titik hubungan panjang dan berat berada tepat pada garis linear, berarti udang tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan beratnya mengalami pertumbuhan yang sama. Pada udang II, titik  hubungan panjang dan berat berada di bawah garis linear, berarti udang tersebut mengalami pertumbuhan allometrik positif yaitu pertumbuhan berat lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan panjangnya.  Dan pada udang III, titik hubungan panjang dan berat berada di bawah garis linear, berarti udang tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negatif, yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada pertumbuhan beratnya.
Dari grafik pengamatan hubungan panjang dan berat pada udang, dapat dikatakan untuk data yang berada diatas garis linear dengan b>3 merupakan pertumbuhan allometrik positif, data yang berada tepat pada garis linear dengan b = 3 merupakan pertumbuhan isometrik, dan data yang berada dibawah garis linear b<3 dikatakan allometrik negatif. Menurut Andamari (2004), bahwa apabila konstanta b>3 bersifat allometrik positif dan b<3 bersifat negatif. Sedangkan menurut Wahyuningsih dan Barus (2006), bahwa jika nilai n = 3, bahwa pertambahanya panjang sama dengan pertumbuhan beratnya, pertumbuhan tersebut disebut isometrik.

4.5.        Manfaat di Bidang Perikanan
Manfaat praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat di Bidang Perikanan yaitu dapat mempermudah menganalisis pertumbuhan iakn berdasarkan panjang dan berat untuk melakukan penanganan dan pengolahan yang bermanfaat di bidang pengolahan produk - produk perikanan.



















5.            PENUTUP
5.1.        Kesimpulan
Dari hasil praktikum biologi perikanan tentang hubungan panjang dan berat dapat disimpulkan :
-          Pertumbuhan merupakan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yeng terjadi apabila kelebihan input energy dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan.
-          Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu keturunan, pertumbuhan kelamin dan umur, kerentanan penyakit. Faktor luar (lingkungan) yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah suhu ketersediaan makanan.
-          Pertumbuhan allometrik yaitu jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan berbeda dengan kecepatan pertumbuhan sisa tubuh lainya. Sedangakan pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan rata - rata sama dengan pertumbuhan sisa organ tubuh lainnya.
-          Hubungan panjang berat menurut King (1997)
W = aLb
dengan
W               : berat ikan (g)
L                : panjang ikan (mm)
a dan b      : konstanta.
-          Data hasil pengamatan :
o   Ikan Nila I, W = 63,99 gram, TL = 16 cm, girth = 12 cm.
Ikan Nila II, W = 37,24 gram, TL = 13 cm, girth = 10,3 cm.
Ikan Nila III, W = 23,77 gram, TL = 11 cm, girth = 9,2 cm.
o   Belut I, W = 25,34 gram, TL = 30,5 cm, girth = 4 cm.
Belut II, W = 11,40 gram, TL = 24 cm, girth = 3,2 cm.
Belut III, W = 5,72 gram, TL = 20 cm, girth = 2,2 cm.
o   Udang galah I, W = 2,54 gram, TL = 2,5 cm, girth = 3,5 cm.
Udang galah II, W = 1,26 gram, TL = 2 cm, girth = 2,8 cm.
Udang galah III, W = 0,57 gram, TL = 1,5 cm, girth = 2 cm.  

5.2.        Saran
Dari praktikum biologi perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat diharapkan agar praktikan lebih memperhatikan skema atau prosedur kerja selama praktikum sehingga tidak kesalahan dalam jalanya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Abdu, 2010. Pertumbuhan http://abdu66.blogspot.com/2009/03/modul.html. Diakses tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

Amri, Khairul dan Kurniawan, 2004. Budidaya Udang Galah secara Intensif. Agromedia Pustaka. Tangerang.

Agustiono, 2010. Udang galah. http://agustiono.blogsspot.com/udang-galah. . Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

Effendi, M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta

Google images, 2010a. Gambar Ikan Nila. http://images.google.com/ikan-nila. Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

                           , 2010b. Gambar Belut Sawah. http://images.google.com/belut-sawah. Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

                           , 2010c. Gambar Udang Galah. http://images.google.com/udang-galah. Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

John, Masprant Igor, 2010. Budidaya Belut. http://wordpress.com. Diakses tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

Karim, Muhammad Yusri, 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains. ITB. Bogor.

Lesmana dan Dermawan, 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan. http://blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

Rustidja, 1996. Pola Warna dan Genetika ikan Nila. Universitas Brawijaya. Malang.

Said, Anwar. 2007. Penelitian Beberapa Aspek Biologi Ikan Serandang (Channa pleurophthalmus) di DAS Mudi, Sumatera Selatan. Penelitian Balai Riset Perikanan Umum. Palembang.

Tugiyono, 2008. Laju Pertumbuhan, Kelulushidupan Ikan Nila dan Kondisi Ikan Nila (Orechromis nilotocus) pada kolam Ipal PT. Gunung Madu Plantation (GMP) Indikator Hayati Efektifitas Sistem Ipal. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi – 11.

Wahyuningsih, Hesti dan Dr. Ling. Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara.

 Wordpress, 2010. Pertumbuhan. http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/kep.tumbang.pdf. Diakses tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.

Zipcodezoo, 2010. Belut. http://www.zicopedezoo.com/animal/M/MonopterusAlbus. Diakses tanggal 10 April 2010, Pukul 10.00 WIB.


LAMPIRAN 1
Morfologi dan Anatomi Ikan Nila
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Gambar
Keterangan

      2                                               1


3                          



5
              4                      6
1. sirip caudal
2. mata
3. mulut
4. sirip pectoral
5. sirip anal
6. sirip ventral
Gambar Literatur



http://www.bloggaul.com/meitanisyah/pic/meitanisyah_4112009112511AM_Fish-Anatomy.jpg

LAMPIRAN 2
Morfologi dan Anatomi Udang Galah
Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Gambar
keterangan
3
4



 
1
5

7
2
               6
1.    uropod
2.    karapace
3.    abdomen
4.    mata
5.    capit
6.    antena
7.    antenula
Gambar Literatur









LAMPIRAN 3
Morfologi dan Anatomi Belut
Belut (Monopterus albus)
Gambar
Keterangan
1


 
2


 


3
4
1.    mata
2.    mulut
3.    kepala
4.    ekor




Gambar Literatur




























LAMPIRAN 4
DATA HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT
Spesies          : Ikan Nila (Orechromis niloticus)
Kel.
No. Ikan
TL (cm)
Girth (cm )
W (gr)
8
1
16
12
63,99
2
13
10,3
37,24
3
11
9,2
23,77
9
1
15,5
11
58,68
2
12,5
10
38,29
3
11,5
8
24,92
10
1
17,5
14
71,66
2
16
13
57,5
3
14
11
40,03
11
1
14,5
10
40,48
2
16
11,7
65,81
3
18
13,3
86,13
12
1
16,5
11
57,15
2
14
10
41,63
3
13,5
9,5
31,53

















Analisa Data
Kel.
No. Ikan
TL (cm)
Log L
W (gr)
Log W
Log TL x Log W
(Log L)2
8
1
16
1,204
63,99
1,806
2,174
1,449
2
13
1,113
37,24
1,571
1,749
1,2399
3
11
1,041
23,77
1,376
1,432
1,084
9
1
15,5
1,19
58,68
1,77
2,11
1,42
2
12,5
1,09
38,29
1,58
1,72
1,19
3
11,5
1,06
24,92
1,39
1,47
1,12
10
1
17,5
1,24
71,66
1,85
2,294
1,537
2
16
1,2
57,5
1,72
2,064
1,44
3
14
1,14
40,03
1,6
1,824
1,299
11
1
14,5
1,16
40,48
1,61
1,87
1,35
2
16
1,20
65,81
1,82
2,18
1,44
3
18
1,25
86,13
1,94
2,43
1,5675
12
1
16,5
1,22
57,15
1,76
2,15
1,48
2
14
1,14
41,63
1,62
1,85
1,29
3
13,5
1,13
31,53
1,49
1,68
1,27


Spesies          : Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Tgl/jam           : 08 April 2010 / 08.00
Kel.
No. Ikan
TL (cm)
Girth (cm )
W (gr)
8
1
2,5
3,5
2,54
2
2
2,8
1,26
3
1,5
2
0,57
9
1
3,5
3,5
1,70
2
2,8
2,4
0,86
3
2,7
2,3
0,65
10
1
3
5
3,11
2
2,5
4
2,40
3
1,5
2,5
0,62
11
1
1,5
2
0,54
2
1,7
2,5
1,22
3
2,5
3,5
2,79
12
1
2,5
4
2,36
2
2
3
1,79
3
1,8
6
1,05


















Analisis Data
Kel.
No. Udang
L (cm)
Log L
W (gr)
Log W
Log L x Log W
(Log L)2
8
1
2,5
0,398
2,54
0,405
0,1612
0,1584
2
2
0,301
1,26
0,1
0,003
0,0906
3
1,5
0,176
0,57
-0,244
-0,043
0,0309
9
1
3,5
0,54
1,70
0,23
0,12
0,29
2
2,8
0,45
0,86
-0,07
-0,03
0,20
3
2,7
0,43
0,65
-0,19
-0,08
0,18
10
1
3
0,47
3,11
0,49
0,23
0,22
2
2,5
0,39
2,40
0,38
0,14
0,15
3
1,5
0,17
0,62
-0,20
-0,034
0,02
11
1
1,5
0,17
0,54
-0,26
-0,1404
0,0289
2
1,7
0,23
1,22
0,08
0,0976
0,0529
3
2,5
0,39
2,79
0,44
1,2276
0,1521
12
1
2,5

2,36



2
2

1,79



3
1,8

1,09



















Spesies          : Belut (Monopterus albus)
Tgl/jam           : 08 April 2010 / 08.00 WIB
Kel.
No. Belut
TL (cm)
Girth (cm )
W (gr)
8
1
30,5
4
25,34
2
24
3,2
11,40
3
20
2,2
5,72
9
1
30,8
4
21,38
2
27
3,5
15,35
3
23
2
8,04
10
1
32
5
28,79
2
25
3,5
11,91
3
23
3
8,44
11
1
30
3,7
19,23
2
33,5
4,5
27,33
3
39,5
5
44,80
12
1
26
4
16,90
2
24,5
3
11,52
3
19
2,5
4,29


















Analisa Data
Kel.
No. Udang
L (cm)
Log L
W (gr)
Log W
Log L x Log W
(Log L)2
8
1
30,5
1,48
25,34
1,40
2,072
2,1904
2
24
1,38
11,40
1,06
1,4628
2,9044
3
20
1,30
5,72
0,76
0,988
1,69
9
1
30,8
1,49
21,38
1,33
1,98
2,22
2
27
1,43
15,35
1,19
1,70
2,04
3
23
1,36
8,04
0,91
1,24
1,85
10
1
32
1,50
28,79
1,45
2,175
2,25
2
25
1,39
11,91
1,07
1,487
1,93
3
23
1,36
8,94
1,95
2,652
1,84
11
1
30
1,47
19,23
1,28
1,8816
2,1609
2
33,5
1,52
27,33
1,43
2,1736
2,3104
3
39,5
1,59
44,80
1,65
2,6235
2,5281
12
1
26

16,90



2
24,5

11,52



3
19

4,29





















Perhitungan Food and Feeding Habits
-          Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


 
Log a






 
               b





Jadi pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya (allometrik negatif).
-          Udang Galah (Machrobrachium rosengergii)


 
Log a







 
             b




Jadi pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya (allometrik negatif).



-          Belut Sawah (Monopterus albus)


 
Log a







 
b




Jadi pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya (allometrik negatif).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar