1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pada
umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya.
Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari
dalam dunia perikanan dikarenankan pertumbuhan menjadi indikator bagi kesehatan
individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan
dapat dirumuskan sebagi pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu,
sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi kalau
lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang
komplek dimana banyak faktor mempengaruhinya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Menurut
Effendi (2002) dalam Tugiyono (2008), faktor luar (lingkungan) yang
mempengaruhi ikan adalah suhu dan ketersediaan makanan. Berdasarkan hasil
pengukuran suhu antar kolam berkisar antara 290C – 300C,
sehingga bila kondisi perairan normal, maka faktor makanan merupakan faktor
yang lebih penting dari suhu. Sehingga kondisi lingkungan yang makan berlebih
akan tumbuh lebih pesat.
Dalam
istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai penambahan ukuran
panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi
sebagai penambahan jumlah. Akan tetapi, kalau kita lihat lebih lanjut sebenarnya
pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor
mempengaruhinya (Effendi, 2002).
1.2.
Maksud
dan Tujuan
Maksud
dari praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat adalah
mengetahui panjang dan berat untuk menentukan pertumbuhan ikan dalam populasi
alami.
Tujuan
dari praktium Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat adalah mampu
mendemonstrasikan teknik - teknik pengukuran untuk menentukan pertumbuhan ikan.
1.3.
Waktu
dan Tempat
Praktikum
Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 08 April 2010 pukul 08.00 – 11.00 WIB. Di laboratorium Ilmu – Ilmu
Perairan (IIP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,
Malang.
2.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi
dan Morfologi
2.1.1.
Ikan
Nila (Oreochromis niloticus)
Menurut
Sucipto dan Prihartono (2005) dalam Kusrini et
al., (2007) klasifikasi dari ikan Nila adalah sebagai berikut :
Filum : Chordatra
Sub
filum : Vertebrata
Kelas
: Pisces
Sub
kelas : Teleostei
Ordo
: Perchimorphi
Sub
ordo : Perchoidae Gambar Ikan Nila (Google images, 2010a)
Famili
: Chiclidae
Genus
: Oreochromis
Spiceis
: Oreochromis sp.
Ciri
– ciri ikan nila adalah garis vertikal yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak
enam buah. Garis seperti ini juga terdapat di sirip punggung dan sirip dubur.
Tanda - tanda ikan nila jantan adalah 1) warna badan lebih gelap dari ikan
betina, 2) saat memijah, bagian tepi sirip punggung dan ekor berwarna merah
cerah, 3) alat kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus, 4)
tulang rahang melebar ke belakang, 5) bila waktu memijah tiba, sperma ikan nila
berwarna putih saat disttripping. Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah
1) alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus, dimana terdapat 2 lubang.
Lubang yang didepan untuk mengeluarkan telur, sedang yang dibelakang untuk
mengeluarkan air seni. 2) Bila telah mengandung telur yang masak, perutnya
tampak membesar (Kusrini et al.,
2007).
Menurut
Susanto (1991) dalam Rustidja (1996), bentuk badan ikan Nila ialah pipih
kesamping dan memanjang. Mempuntai garis vertikal 9-11 buah, garis – garis pada
sirip ekor berwarna merah sejumlah 6 – 12 buah. Pada sirip punggung terdapat
juga garis miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi
mata berwarna putih. Badan relatif lebih tebal dan kekar dibandingkan ikan
Mujair. Garis lateralis (gurat sisi ditengah tubuh) terputus dan dilanjutkan
dengan garis yang terletak lebih bawah.
2.1.2.
Belut
(Monopterus albus)
Klasifikasi belut dalam Zipcodezoo
(2010), adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub
phylum : Vertebrata
Class
: Actinopterygii
Sub
class : Actinopterygii Gambar
Belut (Google images, 2010b)
Order
: Scybranchifermes
Genus
: Monopterus
Spesies
: Monopterus albus
Belut
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang
yang hanya memiliki sirirp punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak
- anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah - sawah, rawa atau lumpur
dan di kali - kakli kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikena
dan digemarai, hingga saat ini belut banyak dibudayakan dan menjadi salah satu
komoditas ekspor (John, 2010).
Menurut
Roy (2006), belut mempunyai kelamin ganda (hermaprodit) dan mengalami
pergantian kelamin dari betina kejantan dalam siklus perkawinannya. Belut muda
selalu berkelamin betina, sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin
jantan. Dari hasil pengalaman selama ini sifat-sifat belut memang seperti itu.
Karena itu, pada belut bisa terjadi masa
kosong kelamin atau banci.
2.1.3.
Udang
Galah
Seorang ahli bernama Patasik
(2004) dalam Agustiono (2008) mengklasifikasikan Red claw kedalam :
Filum : Arthropoda
Sub filum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Seri : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida Gambar Udang Galah (Google images,
Ordo : Decapoda 2010c)
Sub ordo : Reptantia
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Filum : Arthropoda
Sub filum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Seri : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida Gambar Udang Galah (Google images,
Ordo : Decapoda 2010c)
Sub ordo : Reptantia
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies
: Cherax quadricarinatus
Menurut
Amri dan Khairuman (2004), tubuh udang galah terdiri dari atas tiga bagian,
yakni cephalotorax, abdomen (tubuh) dan uropod (ekor). Rostrum atau cucuk
kepala udang galah panjang, langsing dan bagian pangkalnya bengkok. Gerigi pada
rostrum tersusun rata. Jumlah energi bagian atas 12 - 15, sementara jumlah
gerigi bagian bawah 10 - 14. Tutup insangnya memiliki garis luar mendatar,
terutama udang galah yang masih muda. Kulit penutup tubuh pada ruas kedua
sepasang kaki (pleopoda) yang panjang. Tubuh udang galah berwarna biru
kehijauan.
2.2.
Pengertian
Pertumbuhan
Dalam
istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran
panjang dan berat dalam satu waktu. Sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai
pertambahan jumlah. Akan tetapi kalau kita lihat lebih lanjut, sebenarnya
pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor
yang mempengaruhinya. Pertumbuuhan dalam individu ialah pertumbuhan jaringan
akibat dari pembelahan sel secara litotes (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pertumbuhan
adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bissa diukur dengan berat,
ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik (Wordpress, 2010).
Menurut Karim (2002), pertumbuhan merupakan proses biologi yang komplek, dapat
terjadi apabila ada kelebihan energi dan materi yang berasal dari pakan yang
dikonsumsi. Pertumbuhan terjadi pada beberapa timgakat materi biologi seperti
sel, jaringan, organ, organisme, populasi dan komunitas. Pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai perubahan pada ukuran atau jumlah materi tubuh, baik
temporal atau jangka panjang. Kuantifikasi untuk pertumbuhan dapat berupa
panjang, bobot (basah dan kering) atau kandungan nutrien tubuh seperti protein,
lemak, karbohidrat , dan kandungan energi.
2.3.
Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Menurut
Lesmana dan Dermawan (2006), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara
lain :
a. Keturunan
Keturunan berhubungan dengan cara seleksi
induk, yaitu induk yang bermutu tentu menghasilkan anakan yang baik atau
sebaliknya.
b. Pertumbuhan
Kelamin dan Umur
Ada baiknya pemeliharaan ikan pada
beberapa jenis dipisahkan antara jantan dan betina. Hal ini untuk menghindari
adanya gejala pematangan kelamin sejak dini. Bisa saja ikan yang masih kecil
sudah bertelur sehingga pertumbuhan badanya terhambat.
c. Kerentanan
Penyakit
Kerentanan penyakit terkadang merupakan
faktor keturunan dan tergantung jenis ikan. Ada ikakn yang tahan bakteri,
tetapi rentan terhadap jamur dan sebaliknya. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang jenis ikan pun diperlukan untuk mengetahui setiap jenis penyakit yang
sering menyerang ikan tersebut. Obat-obatan yang sering digunakan untuk
mengobati penyakit harus selalu disiapkan sebagai tindakan antipasi bila timbul
penyakit.
Laju
pertumbuhan ikan sangat bervariasi sebab sangat tergantung pada berbagai
faktor. Faktor ini dapat digolongkan mmenjdi dua bagian yang besar yaitu faktor
dalam dan faktor luar. Faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang
tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya
adalah keturunan, seks, umur, parasit
dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertubuhan suhu air.
Kandungan oksigen terlarut dalam amonia, salinitas dan fotoperiod. Faktor-faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor-faktor
lainya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat
kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ika (Wahyuningsih dan Bagus, 2006).
2.4.
Pertumbuhan
Allometrik dan Isometerik
Menurut
Rahman (2009), pertumbuhan allometrik (allos
= latin, metrik = pengukuran) yaitu
jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan diikuti perubahan bentuk
organisme. Pola pertumbuhan demmikian terdapat pada mamalia yang menunjukan hubungan
antara pertumbuhan dan perkembangan. Perbandingan relatif sebagai struktur dari
pola pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pertumbuhan isotonik (iso = sama, metrik = pengukuran) pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu organ
tumbuh dengan pertumbuhan sisa organ tubuh lainnya. Pada situasi yang demikian
perubahan ukuran tubuh tidak disertai dengan perubahan bentuk tubuh atau bentuk
luar organisme tersebut.
Menurut
Abdu (2010), pola pertumbuhan pada organisme dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Petumbuhan
isometrik (iso = sama, metrik = mengukur).
Pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu
organ tumbuhan dengan kecepatan rata-rata sama dengan pertumbuhan sisa organ
tubuh lainnya. Pada situasi yang demikian perubahan ukuran tubuh tidak disertai
dengan perubahan bentuk tubuh atau bentuk luar organisme tersebut. Perbandingan
ukuran tubuh dengan bentuk tubuh yang tetap sama, misalnya pada ikan. Pada
hewan kenaikan ukuran panjang sebesar % diikuti oleh kenaikan berat tubuh
sebesar 33%.
b. Pertumbuhan
Allometrik (Allos = lain, metrik = mengukur).
Yaitu jika suatu organ tumbuh dengan
kecepatan berbeda dengan kecepatan pertumbuhan sisa tubuh lainnya. Perubahan
ukuran akibat pertumbuhan dremikian terdapat pada mamalia yang menakjubkan
hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan.
2.5.
Hubungan
Panjang dan Berat
Menurut
Wahyuningsih dan Barus (2006), panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat
tubuh. Hubungan panjang dan berat seperti hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai
pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan
sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Bentuk
rumus umumnya yaitu : W = cLn, dimana W : berat, L : panjang, c dan
n : konstanta
Menurut
King (1997) dalam Said (2007) hubungan panjang berat W = aLb
dengan
: W : berat, L : panjang ikan (mm), a dan
b : konstanta
3.
METODOLOGI
3.1.
Alat
dan Fungsi
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan
Berat antara lain :
-
Papan Penggaris : untuk mengukur panjang total dari
ikan Nila, Belut dan Udang galah.
-
Nampan : untuk meletakkan alat
dan bahan.
-
Sectio
set :
untuk menusuk medula oblongata ikan Nila dan belut.
-
Timbangan Analitik : untuk menimbang berat tubuh ikan Nila,
belut dan udang galah.
-
Seser : untuk mengambil
ikan Nila dari aquarium.
-
Serbet : untuk membersihkan dan mengelap alat sebelum
digunakan.
3.2.
Bahan
dan Fungsi
Bahan
yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan
Berat adalah :
-
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) : sebagai obyek pengamatan yang
diamati hubungan panjang dan beratnya.
-
Belut (Monopterus albus) :
sebagai obyek pengamatan yang diamati hubungan panjang dan beratnya.
-
Udang Galah (Macrobracium rosenbegii) : sebagai obyek pengamatan yang diamati hubungan
panjang dan beratnya.
-
Benang kasur :
untuk membantu mengukur lingkar tubuh ikan Nila, belut, dan udang galah.
-
Tissue
: untuk membantu memegang belut dan
mengeringkan alat-alat yang telah dicuci.
-
Air :
untuk membersihkan alat – alat yang telah digunakan dan sebagai media tempat
hidup ikan.
3.3.
Skema
Kerja
|
|
|
4.
PEMBAHASAN
4.1.
Analisa
Prosedur
Pada praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang dan Berat,
sebelum melakukan praktikum langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian diambil masing - masing tiga ekor ikan Nila, belut
sawah dan udang galah dengan ukuran yang berbeda - beda. Hal ini dilakukan
untuk mengamati perbandingan hubungan panjang dan berat untuk menentukakn pertumbuhan
masing-masing sampel (ikan Nila, belut sawah dan udang galah) dalam populasi
alami.
4.1.1.
Ikan
Nila
Ikan
Nila yang telah disiapkan, ditusuk medulla oblongatanya, supaya cepat mati
menggunakan jarum. Ditusuk medulla oblongatanya, karena pada tempat ini
merupakan pusat sistem saraf ikan Nila. Setelah ikan Nila benar - benar mati,
ditimbang berat tubuhnya menggunakan timbangan analitik, yang mempunyai
ketelitian 0,01 gram. Hasil penimbangan berat tubuh ikan Nila ini digunakan
sebagai nilai W. Kemudian diukur panjang total tubuh ikan Nila, mulai dari
ujung anterior mulut sampai ujung posterior dari caudal dengan menggunakan
papan penggaris. Hasil dari pengukuran panjang total ikan Nila ini digunakan
sebagai nilai TL. Selanjutnya, degan bantuan benang diukur tubuh (lingkar
tubuh) ikan Nila yaitu bagian tubuh terbesar pada sirip dorsal. Lalu, benang
yang digunakan untuk membantu mengukur lingkar tubuh, diukur pada papan
penggaris. Setelah semua data didapatkan dimasukkan pada form yang telah
disiapkan.
4.1.2.
Belut
sawah
Belut
sawah yang telah disiapkan, ditusuk medulla oblongatanya, supaya cepat mati
menggunakan jarum. Ditusuk medulla oblongatanya, karena pada tempat ini
merupakan pusat sistem saraf belut. Setelah belut benar - benar mati, ditimbang
berat tubuhnya menggunakan timbangan analitik, yang mempunyai ketelitian 0,01
gram. Hasil penimbangan berat tubuh belut ini digunakan sebagai nilai W.
Kemudian diukur panjang total tubuh belut, yaitu mulai dari ujung anterior
mulut sampai ujung posterior dari caudal. Hasil pengukuran dari panjang total
belut ini digunakan sebagai nilai TL. Kemudian, degan bantuan benang diukur
tubuh (lingkar tubuh) belut, diukur lingkar tubuh dibagian terbesar. Lalu,
benang yang digunakan untuk membantu mengukur lingkar tubuh belut, diukur pada
papan penggaris. Setelah semua data didapatkan dimasukkan pada form yang telah
disiapkan.
4.1.3.
Udang
Galah
Udang
galah yang telah disiapkan langsung dilakukakn penimbangan berat tubuhnya tanpa
ditusuk medulla oblongatanya. Hal ini dilakukan karena udang galah ini tekstur
tubuhnya rapuh. Selain itu tidak selicin belut dan ikan Nila. Penimbangan berat
tubuh udang galah ini menggunakan timbangan analitik yang mempunyai ketelitian
0,01 gram. Hasil penimbangan berat tubuh udang galah ini digunakan sebagai
nilai W. Selanjutnya diukur panjang total udang galah dengan menggunakan papan
penggaris, yaitu mulai dari rostum sampai dengan ujung posterior karapace,
karena pusat pertumbuhan. Hasil dari pengukuran sampai karpaknya panjang total udang
galah ini digunakan sebagai nilai TL. Kemudian, degan bantuan benang diukur
tubuh (lingkar tubuh) udang galah. Selanjutnya, benang yang digunakan untuk
membantu mengukur tubuh udang galah, diukur pada papan penggaris. Setelah semua
data didapatkan dimasukkan pada form yang telah disiapkan.
4.2.
Analisa
Hasil
Dari
hasil pengamatan pada kelompok 8 didapatkan hasil pada ikan Nila I dengan berat
tubuh sebesar 63,99 gram, panjang total 16 cm dan girth sebesar 12 cm. Pada ikan Nila II dengan berat tubuh sebesar
11.40 gram, panjang total sebesar 24 cm dan girth
sebesar 3,2 cm. Pada ikan Nila III dengan berat tubuh 23,77cm, panjang total
sebesar 11 cm dan girth sebesar 9,2
cm.
Pada
belut I dengan berat tubuh sebesar 25,34 gram, panjang total 30,5 cm dan girth sebesar 4 cm. Pada belut II dengan
berat tubuh sebesar 11.40 gram, panjang total sebesar 24 cm dan girth sebesar 3,2 cm. Pada belut III
dengan berat tubuh 5,72cm, panjang total sebesar 20 cm dan girth sebesar 2,2 cm.
Pada
udang galah I dengan berat tubuh sebesar 2,54 gram, panjang total 2,5 cm dan girth sebesar 3,5 cm. Pada udang galah
II dengan berat tubuh sebesar 11.40 gram, panjang total sebesar 24 cm dan girth sebesar 3,2 cm. Pada belut III
dengan berat tubuh 0,57cm, panjang total sebesar 1,5 cm dan girth sebesar 2 cm.
4.3.
Grafik
Hubungan Panjang dan Berat
Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Nila kelompok 8
Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Nila Kelompok 9
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan
Nila kelompok 10
Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Nila Kelompok 11
Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Nila Kelompok 12
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan
Nila 1
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan
Nila 2
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Ikan
3
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut Kelompok 8
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut Kelompok 9
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut Kelompok 10
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut Kelompok 11
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut Kelompok 12
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut 1
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut 2
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Belut 3
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Udang Kelompok 8
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Udang Kelompok 9
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat Udang
Kelompok 10
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Udang Kelompok 11
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Udang Kelompok 12
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Udang 1
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Udang 2
Grafik Hubungan Panjang Dan Berat
Udang 3
4.4.
Analisi
Grafik
a.
Ikan
nila (Oreochromis nilloticus)
Pada
pengamatan grafik Hubungan Panjang dan Berat untuk ikan Nila diseluruh kelompok
data yang didapatkan yaitu hampir berada tepat pada garis linear. pada kelompok
8, dari data dapat diketahui bahwa ketiga ikan Nila tersebut mengalami
pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dan berat ikan sama. Pada kelompok 9, dari data dapat diketahui bahwa ikan
nila I dan III titik hubungan panjang dan berat berada pada garis linear,
berarti ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang
tubuh dengan berat ikan mengalami pertumbuhan yang seimbang, sedangkan pada
ikan Nila II titik hubungan panjang dan berat berada sedikit di atas garis
linear, hal ini berarti ikan tersebut mengalami pertumbuhan allometrik positif
yaitu pertumbuhan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjangnya.
Pada kelompok 10, dari data dapat diketahui bahwa pada ikan Nila I dan III titik hubungan panjang dan berat berada tepat
pada garis linear, berarti ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik
sedangkan ikan Nila II, titik hubungan panjang dan berat berada di bawah garis
linear, berarti ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negatif
yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya.
Pada kelompok 11, dari data dapat diketahui bahwa ketiga ikan Nila tersebut
mengalami pertumbuhan isometrik. Dan pada kelompok 12, dari data dapat
diketahui bahwa ketiga ikan Nila tersebut mengalami pertumbuhan isometrik,
karena titik hubungan panjang dan berat tepat berada pada garis linear. Dari
data - data di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar ikan Nila mengalami
pertumbuhan isometrik dengan b = 3. Hal ini sesuai yang diakatakan Wahyuningsih
dan Barus (2006), bahwa jika nilai n = 3 pertumbuhan panjang sama dengan
pertumbuhan beratnya, pertumbuhan tersebut disebut isometerik. Pertumbuhan dipengaruhi
faktor dalam diantaranya ialah keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit. Sedangkan
faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu, kandungan
oksigen, ammonia, salinitas, umur dan kematian.
b.
Belut
(Monopterus albus)
Pada
pengamatan grafik Hubungan Panjang dan Berat untuk belut diseluruh kelompok data yang didapatkan yaitu
pada kelompok 8, dari data dapat diketahui bahwa belut I dan III, titik
hubungan panjang dan berat berada pada garis linear, berarti belut tersebut
mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dan berat ikan Nila
mengalami pertumbuhan yang seimbang dan pada belut II berada sedikit dibawah
garis linear, berarti belut tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negatif
yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingakan pertumbuhan berat. Pada kelompok
9, dari data dapat diketahui bahwa ketiga belut tersebut mengalami pertumbuhan
isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan berat ikan mengalami pertumbuhan
sama. Hal ini dapat dilihat dari ketiga titik hubungan panjang dan berat tepat
berada pada garis linear. Pada Kelompok 10 dan 11, dari data dapat diketahui
belut tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh
dengan berat ikan mengalami pertumbuhan yang sama. Pada kelompok 12, dari data
dapat diketahui bahwa belut I mengalami pertumbuhan allometrik positif, yaitu
pertumbuhan berat lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan panjangnya. Hal ini dapat dilihat dari titik hubungan panjang dan
berat berada di atas garis linear, pada belut II, titik hubungan panjang dan berat berada di bawah
garis linear berarti belut tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negative
yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya.
Dari grafik pengamatan belut, dapat dikatakan untuk data
yang berada diatas garis linear dengan b>3 merupakan pertumbuhan allometrik positif,
sedangkan data yang berada diibawah garis linear b<3 dikatakan allometrik
negative. Menurut Andamari (2004), bahwa apabila konstanta b>3 bersifat
allometrik positif dan b<3 bersifat negatif.
c.
Udang
Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Pada
pengamatan grafik hubungan panjang dan berat untuk seluruh kelompok didapatkan
data yaitu pada kelompok 8 udang I dan III, titik hubungan panjang dan berat
berada pada garis linear, berarti udang tersebut mengalami pertumbuhan isometrik
yaitu antara panjang tubuh dan beratnya mengalami pertumbuhan yang seimbang dan
pada udang II, titik hubungan panjang dan berat berada di bawah garis linear,
berarti udang tersebut mengalami pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan
panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan besarnya. Pada kelompok 9, 10
dan 11, dari data dapat diketahui bahwa ketiga udang tersebut mengalami
pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan beratnya mengalami
pertumbuhan sama. Pada kelompok 12, dari data dapat diketahui bahwa udang I,
titik hubungan panjang dan berat berada tepat pada garis linear, berarti udang
tersebut mengalami pertumbuhan isometrik yaitu antara panjang tubuh dengan
beratnya mengalami pertumbuhan yang sama. Pada udang II, titik
hubungan panjang dan berat berada di bawah garis linear, berarti udang tersebut
mengalami pertumbuhan allometrik positif yaitu pertumbuhan berat lebih cepat
dibanding dengan pertumbuhan panjangnya. Dan pada udang III, titik hubungan panjang dan
berat berada di bawah garis linear, berarti udang tersebut mengalami
pertumbuhan allometrik negatif, yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada
pertumbuhan beratnya.
Dari grafik pengamatan hubungan panjang dan berat pada udang,
dapat dikatakan untuk data yang berada diatas garis linear dengan b>3
merupakan pertumbuhan allometrik positif, data yang berada tepat pada garis
linear dengan b = 3 merupakan pertumbuhan isometrik, dan data yang berada dibawah
garis linear b<3 dikatakan allometrik negatif. Menurut Andamari (2004),
bahwa apabila konstanta b>3 bersifat allometrik positif dan b<3 bersifat
negatif. Sedangkan menurut Wahyuningsih dan Barus (2006), bahwa jika nilai n =
3, bahwa pertambahanya panjang sama dengan pertumbuhan beratnya, pertumbuhan
tersebut disebut isometrik.
4.5.
Manfaat di Bidang Perikanan
Manfaat praktikum Biologi Perikanan tentang Hubungan Panjang
dan Berat di Bidang Perikanan yaitu dapat mempermudah menganalisis pertumbuhan
iakn berdasarkan panjang dan berat untuk melakukan penanganan dan pengolahan
yang bermanfaat di bidang pengolahan produk - produk perikanan.
5.
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum biologi perikanan tentang hubungan
panjang dan berat dapat disimpulkan :
-
Pertumbuhan
merupakan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yeng
terjadi apabila kelebihan input energy
dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan.
-
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu keturunan, pertumbuhan kelamin dan umur,
kerentanan penyakit. Faktor luar (lingkungan) yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan adalah suhu ketersediaan makanan.
-
Pertumbuhan
allometrik yaitu jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan berbeda dengan
kecepatan pertumbuhan sisa tubuh lainya. Sedangakan pertumbuhan isometrik
terjadi jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan rata - rata sama dengan
pertumbuhan sisa organ tubuh lainnya.
-
Hubungan
panjang berat menurut King (1997)
W = aLb
dengan
W :
berat ikan (g)
L :
panjang ikan (mm)
a dan b :
konstanta.
-
Data hasil pengamatan
:
o
Ikan Nila
I, W = 63,99 gram, TL = 16 cm, girth = 12 cm.
Ikan Nila II, W = 37,24 gram, TL = 13 cm, girth = 10,3
cm.
Ikan Nila III, W = 23,77 gram, TL = 11 cm, girth = 9,2
cm.
o
Belut
I, W = 25,34 gram, TL = 30,5 cm, girth = 4 cm.
Belut II, W = 11,40 gram, TL = 24 cm, girth = 3,2 cm.
Belut III, W = 5,72 gram, TL = 20 cm, girth = 2,2 cm.
o Udang galah I, W = 2,54 gram, TL = 2,5 cm, girth = 3,5
cm.
Udang galah II, W = 1,26 gram, TL = 2 cm, girth = 2,8
cm.
Udang galah III, W = 0,57 gram, TL = 1,5 cm, girth = 2
cm.
5.2.
Saran
Dari praktikum biologi perikanan tentang Hubungan Panjang
dan Berat diharapkan agar praktikan lebih memperhatikan skema atau prosedur
kerja selama praktikum sehingga tidak kesalahan dalam jalanya praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdu, 2010. Pertumbuhan
http://abdu66.blogspot.com/2009/03/modul.html. Diakses tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
Amri, Khairul dan Kurniawan, 2004. Budidaya Udang Galah secara Intensif. Agromedia Pustaka. Tangerang.
Agustiono, 2010. Udang galah. http://agustiono.blogsspot.com/udang-galah.
. Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
Effendi, M.I., 2002. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
Google images, 2010a. Gambar Ikan Nila. http://images.google.com/ikan-nila.
Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
, 2010b. Gambar Belut Sawah.
http://images.google.com/belut-sawah.
Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
, 2010c. Gambar Udang
Galah. http://images.google.com/udang-galah.
Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
John, Masprant Igor, 2010. Budidaya Belut. http://wordpress.com.
Diakses tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
Karim, Muhammad Yusri, 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains. ITB.
Bogor.
Lesmana dan Dermawan, 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan. http://blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
Rustidja, 1996. Pola
Warna dan Genetika ikan Nila. Universitas Brawijaya. Malang.
Said, Anwar. 2007. Penelitian
Beberapa Aspek Biologi Ikan Serandang (Channa
pleurophthalmus) di DAS Mudi, Sumatera Selatan. Penelitian Balai Riset
Perikanan Umum. Palembang.
Tugiyono, 2008. Laju
Pertumbuhan, Kelulushidupan Ikan Nila dan Kondisi Ikan Nila (Orechromis nilotocus) pada kolam Ipal
PT. Gunung Madu Plantation (GMP) Indikator Hayati Efektifitas Sistem Ipal.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi – 11.
Wahyuningsih, Hesti dan Dr. Ling. Ternala Alexander
Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi.
Universitas Sumatera Utara.
Wordpress, 2010. Pertumbuhan. http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/kep.tumbang.pdf. Diakses tanggal 10 April 2010. Pukul 10.00 WIB.
Zipcodezoo, 2010. Belut.
http://www.zicopedezoo.com/animal/M/MonopterusAlbus.
Diakses tanggal 10 April 2010, Pukul 10.00 WIB.
LAMPIRAN 1
Morfologi
dan Anatomi Ikan Nila
Ikan
Nila (Oreochromis niloticus)
|
|
Gambar
|
Keterangan
|
2
1
3
5
4 6
|
1.
sirip caudal
2.
mata
3.
mulut
4.
sirip pectoral
5.
sirip anal
6.
sirip ventral
|
Gambar
Literatur
|
|
|
|
LAMPIRAN
2
Morfologi
dan Anatomi Udang Galah
Udang
Galah (Macrobrachium rosenbergii)
|
||||
Gambar
|
keterangan
|
|||
3
4
1
5
7
2
6
|
1. uropod
2. karapace
3. abdomen
4. mata
5. capit
6. antena
7. antenula
|
|||
Gambar Literatur
|
||||
|
LAMPIRAN
3
Morfologi
dan Anatomi Belut
Belut
(Monopterus albus)
|
|||||||
Gambar
|
Keterangan
|
||||||
1
2
3
4
|
1.
mata
2.
mulut
3.
kepala
4.
ekor
|
||||||
Gambar
Literatur
|
|||||||
|
LAMPIRAN
4
DATA
HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT
Spesies : Ikan Nila (Orechromis niloticus)
Kel.
|
No. Ikan
|
TL (cm)
|
Girth (cm )
|
W (gr)
|
8
|
1
|
16
|
12
|
63,99
|
2
|
13
|
10,3
|
37,24
|
|
3
|
11
|
9,2
|
23,77
|
|
9
|
1
|
15,5
|
11
|
58,68
|
2
|
12,5
|
10
|
38,29
|
|
3
|
11,5
|
8
|
24,92
|
|
10
|
1
|
17,5
|
14
|
71,66
|
2
|
16
|
13
|
57,5
|
|
3
|
14
|
11
|
40,03
|
|
11
|
1
|
14,5
|
10
|
40,48
|
2
|
16
|
11,7
|
65,81
|
|
3
|
18
|
13,3
|
86,13
|
|
12
|
1
|
16,5
|
11
|
57,15
|
2
|
14
|
10
|
41,63
|
|
3
|
13,5
|
9,5
|
31,53
|
Analisa Data
Kel.
|
No. Ikan
|
TL (cm)
|
Log L
|
W (gr)
|
Log W
|
Log
TL x Log W
|
(Log L)2
|
8
|
1
|
16
|
1,204
|
63,99
|
1,806
|
2,174
|
1,449
|
2
|
13
|
1,113
|
37,24
|
1,571
|
1,749
|
1,2399
|
|
3
|
11
|
1,041
|
23,77
|
1,376
|
1,432
|
1,084
|
|
9
|
1
|
15,5
|
1,19
|
58,68
|
1,77
|
2,11
|
1,42
|
2
|
12,5
|
1,09
|
38,29
|
1,58
|
1,72
|
1,19
|
|
3
|
11,5
|
1,06
|
24,92
|
1,39
|
1,47
|
1,12
|
|
10
|
1
|
17,5
|
1,24
|
71,66
|
1,85
|
2,294
|
1,537
|
2
|
16
|
1,2
|
57,5
|
1,72
|
2,064
|
1,44
|
|
3
|
14
|
1,14
|
40,03
|
1,6
|
1,824
|
1,299
|
|
11
|
1
|
14,5
|
1,16
|
40,48
|
1,61
|
1,87
|
1,35
|
2
|
16
|
1,20
|
65,81
|
1,82
|
2,18
|
1,44
|
|
3
|
18
|
1,25
|
86,13
|
1,94
|
2,43
|
1,5675
|
|
12
|
1
|
16,5
|
1,22
|
57,15
|
1,76
|
2,15
|
1,48
|
2
|
14
|
1,14
|
41,63
|
1,62
|
1,85
|
1,29
|
|
3
|
13,5
|
1,13
|
31,53
|
1,49
|
1,68
|
1,27
|
Spesies : Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Tgl/jam : 08 April 2010 / 08.00
Kel.
|
No. Ikan
|
TL (cm)
|
Girth (cm )
|
W (gr)
|
8
|
1
|
2,5
|
3,5
|
2,54
|
2
|
2
|
2,8
|
1,26
|
|
3
|
1,5
|
2
|
0,57
|
|
9
|
1
|
3,5
|
3,5
|
1,70
|
2
|
2,8
|
2,4
|
0,86
|
|
3
|
2,7
|
2,3
|
0,65
|
|
10
|
1
|
3
|
5
|
3,11
|
2
|
2,5
|
4
|
2,40
|
|
3
|
1,5
|
2,5
|
0,62
|
|
11
|
1
|
1,5
|
2
|
0,54
|
2
|
1,7
|
2,5
|
1,22
|
|
3
|
2,5
|
3,5
|
2,79
|
|
12
|
1
|
2,5
|
4
|
2,36
|
2
|
2
|
3
|
1,79
|
|
3
|
1,8
|
6
|
1,05
|
Analisis Data
Kel.
|
No. Udang
|
L (cm)
|
Log L
|
W (gr)
|
Log W
|
Log L x Log W
|
(Log L)2
|
8
|
1
|
2,5
|
0,398
|
2,54
|
0,405
|
0,1612
|
0,1584
|
2
|
2
|
0,301
|
1,26
|
0,1
|
0,003
|
0,0906
|
|
3
|
1,5
|
0,176
|
0,57
|
-0,244
|
-0,043
|
0,0309
|
|
9
|
1
|
3,5
|
0,54
|
1,70
|
0,23
|
0,12
|
0,29
|
2
|
2,8
|
0,45
|
0,86
|
-0,07
|
-0,03
|
0,20
|
|
3
|
2,7
|
0,43
|
0,65
|
-0,19
|
-0,08
|
0,18
|
|
10
|
1
|
3
|
0,47
|
3,11
|
0,49
|
0,23
|
0,22
|
2
|
2,5
|
0,39
|
2,40
|
0,38
|
0,14
|
0,15
|
|
3
|
1,5
|
0,17
|
0,62
|
-0,20
|
-0,034
|
0,02
|
|
11
|
1
|
1,5
|
0,17
|
0,54
|
-0,26
|
-0,1404
|
0,0289
|
2
|
1,7
|
0,23
|
1,22
|
0,08
|
0,0976
|
0,0529
|
|
3
|
2,5
|
0,39
|
2,79
|
0,44
|
1,2276
|
0,1521
|
|
12
|
1
|
2,5
|
|
2,36
|
|
|
|
2
|
2
|
|
1,79
|
|
|
|
|
3
|
1,8
|
|
1,09
|
|
|
|
Spesies :
Belut (Monopterus albus)
Tgl/jam :
08 April 2010 / 08.00 WIB
Kel.
|
No. Belut
|
TL (cm)
|
Girth (cm )
|
W (gr)
|
8
|
1
|
30,5
|
4
|
25,34
|
2
|
24
|
3,2
|
11,40
|
|
3
|
20
|
2,2
|
5,72
|
|
9
|
1
|
30,8
|
4
|
21,38
|
2
|
27
|
3,5
|
15,35
|
|
3
|
23
|
2
|
8,04
|
|
10
|
1
|
32
|
5
|
28,79
|
2
|
25
|
3,5
|
11,91
|
|
3
|
23
|
3
|
8,44
|
|
11
|
1
|
30
|
3,7
|
19,23
|
2
|
33,5
|
4,5
|
27,33
|
|
3
|
39,5
|
5
|
44,80
|
|
12
|
1
|
26
|
4
|
16,90
|
2
|
24,5
|
3
|
11,52
|
|
3
|
19
|
2,5
|
4,29
|
Analisa Data
Kel.
|
No. Udang
|
L (cm)
|
Log L
|
W (gr)
|
Log W
|
Log L x Log W
|
(Log L)2
|
8
|
1
|
30,5
|
1,48
|
25,34
|
1,40
|
2,072
|
2,1904
|
2
|
24
|
1,38
|
11,40
|
1,06
|
1,4628
|
2,9044
|
|
3
|
20
|
1,30
|
5,72
|
0,76
|
0,988
|
1,69
|
|
9
|
1
|
30,8
|
1,49
|
21,38
|
1,33
|
1,98
|
2,22
|
2
|
27
|
1,43
|
15,35
|
1,19
|
1,70
|
2,04
|
|
3
|
23
|
1,36
|
8,04
|
0,91
|
1,24
|
1,85
|
|
10
|
1
|
32
|
1,50
|
28,79
|
1,45
|
2,175
|
2,25
|
2
|
25
|
1,39
|
11,91
|
1,07
|
1,487
|
1,93
|
|
3
|
23
|
1,36
|
8,94
|
1,95
|
2,652
|
1,84
|
|
11
|
1
|
30
|
1,47
|
19,23
|
1,28
|
1,8816
|
2,1609
|
2
|
33,5
|
1,52
|
27,33
|
1,43
|
2,1736
|
2,3104
|
|
3
|
39,5
|
1,59
|
44,80
|
1,65
|
2,6235
|
2,5281
|
|
12
|
1
|
26
|
|
16,90
|
|
|
|
2
|
24,5
|
|
11,52
|
|
|
|
|
3
|
19
|
|
4,29
|
|
|
|
Perhitungan Food
and Feeding Habits
-
Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
Log a
b
Jadi pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya
(allometrik negatif).
-
Udang Galah (Machrobrachium
rosengergii)
Log a
b
Jadi pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya
(allometrik negatif).
-
Belut Sawah (Monopterus
albus)
Log
a
b
Jadi pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan beratnya
(allometrik negatif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar