Sabtu, 23 Juni 2012

tingkat keamanan pangan


KAJIAN PENERAPAN GMP DAN SSOP PADA PRODUK IKAN ASIN KERING
DALAM UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN DI KAB. KENDAL

Peranan perikanan dalam pembangunan ekonomi cukup besar, baik sebagai
penghasil bahan pangan sumber protein maupun sebagai penghasil devisa negara.
Kebutuhan atas komoditi perikanan, yang diketahui sampai saat ini yaitu masih
rendahnya konsumsi ikan penduduk Indonesia rata-rata per tahun mencapai 19
kg/kapita pada tahun 2003. Dengan harapan konsumsi ikan rata-rata nasional akhir
tahun 2004 adalah 22 kg/kapita dan meningkat menjadi 22,7 kg/kapita pada tahun
2005. Untuk peningkatan mutu dan pengembangan produk hasil perikanan
tradisional yang berkualitas dan terjamin keamanannya perlu perhatian dengan cara
pengawasan dan penanganan hasil selama proses pengolahan hingga ke
konsumen. Cara yang digunakan dalam pengawasan dan penanganan mutu pada
pengolahan ikan asin khususnya yaitu dengan melakukan pengamatan dengan
pendekatan bagaimana para pengolah menerapkan cara berproduksi yang baik dan
benar (GMP) serta bagaimana menerapkan sanitasi (SSOP). Pengeringan dengan sinar matahari banyak dilakukan karena
energi panas yang digunakan murah dan berlimpah, namun akan
menyebabkan hasil yang kurang baik, walaupun prosesnya relatif lebih
cepat dibandingkan dengan pengeringan yang tidak langsung.
Pengeringan dengan sinar matahari lebih baik dilakukan dengan
meletakkan bahan di rak-rak yang sekurang-kurangnya setinggi 0,5
meter dari permukaan tanah. Di daerah yang
intensitas sinar matahari mencapai 8 jam/hari atau lebih, diperlukan
waktu pengeringan selama 3 hari berturut-turut. Untuk mengukur
tingkat kekeringan ikan dapat dilakukan dengan cara yaitu ditekan
dengan ibu jari dan telunjuk tangan pada tubuh ikan yang tidak akan
menimbulkan bekas dan dilakukan dengan melipat tubuh ikan asin
yang telah kering tidak akan patah.
Keuntungannya dari pengeringan dengan sinar matahari adalah biaya
relatif lebih murah, pelaksanaan mudah, sedangkan kelemahannya
adalah waktu pengeringan sukar untuk ditentukan serta kebersihannya
sukar dikontrol. Pengeringan model lain
adalah secara mekanis, yaitu menggunakan alat pemanas. Bentuk alat
pengering yang sudah dikenal adalah bentuk terowongan (tunnel dryer)
dan bentuk almari (cabinet dryer), vacum dryer dan rotary dryer. Alat
ini dibuat dari kerangka kayu yang diberi bingkai seperti para – para
18
tetapi diselubungi plastik bening dan transparan. Bentuknya
bermacam-macam seperti bentuk kotak atau bentuk tenda atau bentuk
rumah lengkap dengan para-para bertingkat.
pengeringan dengan menggunakan alat pengering
memerlukan biaya yang mahal, walaupun mempunyai kelebihan karena
suhu dan aliran udara dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat
ditentukan dengan tepat dan kondisi sanitasi lebih terkontrol.
pengeringan yang
dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya
“case hardening” yaitu proses pengeringan yang menyebabkan
permukaan mengering lebih cepat dibandingkan bagian dalamnya.
Terjadinya “case hardening” dapat menyebabkan proses pengeringan
selanjutnya menjadi lambat dan terhambat. Oleh karena itu harus
diusahakan agar suhu pengeringan selama proses tidak terlalu tinggi
(tidak melebihi 40oC) atau proses pengeringan awal tidak berlangsung
terlalu cepat.
Jenis usaha pengolahan ikan asin kering yang berada di Kabupaten Kendal
dengan sentra produksi di Desa Tambaksari, Gempolsewu dan Sendang Sikucing
merupakan usaha yang masih tradisional, sehingga perlu penanganan, pengolahan
yang memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene dengan menerapkan system
jaminan mutu dan keamanan produk dari kontaminasi yang termasuk didalamnya
penerapan system HACCP dan standarisasi mutu hasil perikanan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan mutu produk dalam menjamin
keamanan produk dengan melaksanakan pengolahan yang benar sesuai GMP dan
melaksanakan sanitasi dan hygiene sesuai prosedur SSOP dan mengkaji
peningkatan mutu produk ikan asin kering untuk memenuhi standar SNI.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis dan mengidentifikasi produk
ikan asin kering yang dihasilkan oleh pengolah untuk dapat meningkatkan jaminan
keamanan pangan dan mutu bagi konsumen yang disesuaikan dengan SNI.
2) Mengetahui tingkat penerapan kelayakan dasar (GMP, SSOP) pengolah ikan
asin kering di Kabupaten Kendal. 3) Menganalisa hubungan sosial ekonomi antara
pengolah ikan asin kering dengan penerapan kelayakan dasar. Metode penelitian
bersifat diskriptif, studi kasus dan eksperimen. Proses pengambilan sampel
dilakukan dengan cara survey, observasi dan wawancara. Untuk mendapatkan
sampel dilakukan dengan Stratified Random Sampling dengan jumlah responden 15.
Data/sampel produk ikan asin dianalisis secara organoleptik, TPC, coliform, E. coli
dan kadar air. Sampling air sumber dianalisis untuk TPC dan coliform , E. coli. Uji
statistik dilakukan dengan uji Anova (Program SPSS versi 11).
Sumber :
Susianawati, rini. 2006. Kajian Penerapan GMP dan SSOP pada Produk
Ikan Asin Kering dalam Upaya Peningkatan
Keamanan Pangan di Kabupaten Kendal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar