KAJIAN PENERAPAN GMP DAN SSOP
PADA PRODUK IKAN ASIN KERING
DALAM UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN
PANGAN DI KAB. KENDAL
Peranan perikanan dalam
pembangunan ekonomi cukup besar, baik sebagai
penghasil bahan pangan sumber
protein maupun sebagai penghasil devisa negara.
Kebutuhan atas komoditi
perikanan, yang diketahui sampai saat ini yaitu masih
rendahnya konsumsi ikan penduduk
Indonesia rata-rata per tahun mencapai 19
kg/kapita pada tahun 2003. Dengan
harapan konsumsi ikan rata-rata nasional akhir
tahun 2004 adalah 22 kg/kapita
dan meningkat menjadi 22,7 kg/kapita pada tahun
2005. Untuk peningkatan mutu dan
pengembangan produk hasil perikanan
tradisional yang berkualitas dan
terjamin keamanannya perlu perhatian dengan cara
pengawasan dan penanganan hasil
selama proses pengolahan hingga ke
konsumen. Cara yang digunakan
dalam pengawasan dan penanganan mutu pada
pengolahan ikan asin khususnya
yaitu dengan melakukan pengamatan dengan
pendekatan bagaimana para
pengolah menerapkan cara berproduksi yang baik dan
benar (GMP) serta bagaimana
menerapkan sanitasi (SSOP). Pengeringan dengan sinar matahari banyak dilakukan
karena
energi panas yang digunakan murah
dan berlimpah, namun akan
menyebabkan hasil yang kurang
baik, walaupun prosesnya relatif lebih
cepat dibandingkan dengan
pengeringan yang tidak langsung.
Pengeringan dengan sinar matahari
lebih baik dilakukan dengan
meletakkan bahan di rak-rak yang
sekurang-kurangnya setinggi 0,5
meter dari permukaan tanah. Di
daerah yang
intensitas sinar matahari
mencapai 8 jam/hari atau lebih, diperlukan
waktu pengeringan selama 3 hari
berturut-turut. Untuk mengukur
tingkat kekeringan ikan dapat
dilakukan dengan cara yaitu ditekan
dengan ibu jari dan telunjuk
tangan pada tubuh ikan yang tidak akan
menimbulkan bekas dan dilakukan
dengan melipat tubuh ikan asin
yang telah kering tidak akan
patah.
Keuntungannya dari pengeringan
dengan sinar matahari adalah biaya
relatif lebih murah, pelaksanaan
mudah, sedangkan kelemahannya
adalah waktu pengeringan sukar
untuk ditentukan serta kebersihannya
sukar dikontrol. Pengeringan
model lain
adalah secara mekanis, yaitu
menggunakan alat pemanas. Bentuk alat
pengering yang sudah dikenal
adalah bentuk terowongan (tunnel dryer)
dan bentuk almari (cabinet
dryer), vacum dryer dan rotary dryer. Alat
ini dibuat dari kerangka kayu
yang diberi bingkai seperti para – para
18
tetapi diselubungi plastik bening
dan transparan. Bentuknya
bermacam-macam seperti bentuk
kotak atau bentuk tenda atau bentuk
rumah lengkap dengan para-para
bertingkat.
pengeringan dengan menggunakan
alat pengering
memerlukan biaya yang mahal,
walaupun mempunyai kelebihan karena
suhu dan aliran udara dapat
diatur sehingga waktu pengeringan dapat
ditentukan dengan tepat dan
kondisi sanitasi lebih terkontrol.
pengeringan yang
dilakukan pada suhu yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan terjadinya
“case hardening” yaitu proses
pengeringan yang menyebabkan
permukaan mengering lebih cepat
dibandingkan bagian dalamnya.
Terjadinya “case hardening” dapat
menyebabkan proses pengeringan
selanjutnya menjadi lambat dan
terhambat. Oleh karena itu harus
diusahakan agar suhu pengeringan
selama proses tidak terlalu tinggi
(tidak melebihi 40oC) atau proses
pengeringan awal tidak berlangsung
terlalu cepat.
Jenis usaha pengolahan ikan asin
kering yang berada di Kabupaten Kendal
dengan sentra produksi di Desa
Tambaksari, Gempolsewu dan Sendang Sikucing
merupakan usaha yang masih
tradisional, sehingga perlu penanganan, pengolahan
yang memenuhi persyaratan
sanitasi dan hygiene dengan menerapkan system
jaminan mutu dan keamanan produk
dari kontaminasi yang termasuk didalamnya
penerapan system HACCP dan
standarisasi mutu hasil perikanan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian untuk
meningkatkan mutu produk dalam menjamin
keamanan produk dengan melaksanakan
pengolahan yang benar sesuai GMP dan
melaksanakan sanitasi dan hygiene
sesuai prosedur SSOP dan mengkaji
peningkatan mutu produk ikan asin
kering untuk memenuhi standar SNI.
Tujuan dari penelitian ini adalah
1) Menganalisis dan mengidentifikasi produk
ikan asin kering yang dihasilkan
oleh pengolah untuk dapat meningkatkan jaminan
keamanan pangan dan mutu bagi
konsumen yang disesuaikan dengan SNI.
2) Mengetahui tingkat penerapan
kelayakan dasar (GMP, SSOP) pengolah ikan
asin kering di Kabupaten Kendal.
3) Menganalisa hubungan sosial ekonomi antara
pengolah ikan asin kering dengan
penerapan kelayakan dasar. Metode penelitian
bersifat diskriptif, studi kasus
dan eksperimen. Proses pengambilan sampel
dilakukan dengan cara survey,
observasi dan wawancara. Untuk mendapatkan
sampel dilakukan dengan
Stratified Random Sampling dengan jumlah responden 15.
Data/sampel produk ikan asin
dianalisis secara organoleptik, TPC, coliform, E. coli
dan kadar air. Sampling air
sumber dianalisis untuk TPC dan coliform , E. coli. Uji
statistik dilakukan dengan uji
Anova (Program SPSS versi 11).
Sumber :
Susianawati,
rini. 2006. Kajian Penerapan
GMP dan SSOP pada Produk
Ikan
Asin Kering dalam Upaya Peningkatan
Keamanan
Pangan di Kabupaten Kendal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar