ANTIOKSIDAN
TUGAS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kimia Pangan
yang dibina oleh Bapak J.A. Sumardi
Disusun oleh :
NAMA : ACHMAD FATHONY
NIM : 105080301111043
KELAS :
C
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
A.
PENGERTIAN
ANTIOKSIDAN
Menurut Maulida dan
Naufal (2010), di dalam tubuh kita terdapat senyawa yang disebut antioksidan
yaitu senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, seperti: enzim SOD
(Superoksida Dismutase), gluthatione, dan katalase. Antioksidan juga dapat
diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan
betakaroten serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber
antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan,
sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya.
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul
lain. Tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan,
sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih tubuh membutuhkan antioksidan
eksogen. Kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik maka
antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih (Sunarni et al, 2007).
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan
satu atau lebih electron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut
dapat diredam. Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu
antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Tubuh manusia tidak
mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi
paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya
kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari
antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternative yang
sangat dibutuhkan (Kuncahyo dan Sunardi, 2007). Antioksidan merupakan senyawa
yang mampu menunda, memperlambat atau menghambat reaksi oksidasi pada makanan
atau obat yang dapat mengakibatkan ketengikan (rancidity) pada makanan
maupun kerusakan atau degradasi obat (Astuti, 2009).
B.
MANFAAT
ANTIOKSIDAN
Menurut
Maulida dan Naufal (2010), antioksidan berfungsi mengatasi atau
menetralisir radikal beban dan melindungi tubuh dari beragam penyakit, termasuk
penyakit degenerative pada usia lanjut seperti arteriosklerosis, demensu
penyakit Alzheimer serta membantu menekan proses tua. Antioksidan dapat
menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak
berpasangan, mendapat pasangan elektron sehingga tidak liar lagi. Peran positif
dari antioksidan adalah membantu system pertahanan tubuh bila ada unsur
pembangkit penyakit memasuki dan menyerang tubuh.
Fungsi utama antioksidan digunakan sebagai upaya untuk
memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil
terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam
industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan
serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Lipid peroksidasi
merupakan salah satu faktor yang cukup berperan dalam kerusakan selama dalam penyimpanan
dan pengolahan makanan. Antioksidan tidak hanya digunakan dalam industri
farmasi, tetapi juga digunakan secara luas dalam industri makanan,industri
petroleum, industri karet dll (Kuncahyo dan Sunardi, 2007).
C.
TUJUAN
ANTIOKSIDAN
Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan
antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan anti
oksidan akan menghambatnya. Penyimpanan lemak yang baik adalah dalam tempat
tertutup yang bgelap dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium atau stainless steel; lemak harus dihindarkan
dari logam besi atau tembaga. Bila minyak telah diolahmenjadi makanan, pola
ketengikannya akan berbeda. Kandungan gula yang tinggi mengurangi kecepatan
ketengikan, misalnya biscuit yang manis akan lebih tahan tahan daripada yang
tidak bergula. Adanya antioksidan dalam bentuk lemak akan mengurangi kecfepatan
proses oksidasi. Antioksidan terdapat secara alamiah dalam lemak nabati dan
kadang-kadang sengaja ditambahkan. Adadua macam antioksidan yaitu antioksidan
primer dan antioksidan sekunder (Winarno, 2004).
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas
dalam tubuh pada
dasarnya
dapat diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase, glutathione peroxidase,
superoxide dismutase, dan glutathione S-transferase. Namun jika senyawa
radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan proteksi
antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan
eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk (Pratimasari, 2009).
D.
SUMBER
ANTIOKSIDAN
Menurut Barus (2009), tanaman yang berkhasiat sebagai
bahan pengawet dan antioksidan
menurut
Hernani dan Mono Raharjo (2002) dikelompokkan atas 4 golongan
yaitu:
1.
Kelompok tanaman sayuran
Brokoli, kubis, lobak, wortel, tomat, bayam, cabai,
buncis, pare,
mentimun, dan sebagainya.
2.
Kelompok tanaman buah
Anggur, alpukat, jeruk, semangka, markisah, apel,
belimbing,
pepaya, kelapa, dll.
3.
Kelompok tanaman rempah
Jahe, temulawak, kunyit, lengkuas, temu putih, kencur,
kapulaga,
temu ireng, lada, cengkeh, pala, asam jawa.
4.
Kelompok tanaman lain
Teh, ubi jalar, kedelai, kentang, labu kuning, pete cina, dll.
Dari segi kimia komponen yang dikandung oleh sumber-sumber
antibiotik
tersebut
adalah:
Sejenis polifenol
Polifenol
merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.
Antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi
oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi, dan plastik. Fungsi polifenol sebagai
penangkap dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ion-ion logam. Senyawa polifenol
banyak ditemukan pada buah, sayuran, kacang-kacangan, teh dan anggur.
Bioflavanoid (flavon, flavonol, flavanon,
katekin, antosianidan, isoflavon).
Kelompok ini terdiri dari kumpulan senyawa polifenol
dengan aktivitas antioksidan cukup tinggi. Senyawa flavanoid mempunyai ikatan
gula yang disebut sebagai glikosida. Senyawa induk atau senyawa utamanya
disebut aglikon yang berikatan dengan berbagai gula dan sangat mudah
terhidrolisis atau mudah terlepas dari gugus gulanya. Di samping itu senyawa
ini mempunyai sifat antibakteri dan antiviral.
Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek multifungsi, tergantung pada
kondisinya. Vitamin C ini dapat berfungsi sebagai antioksidan, proantioksidan, pengikat
logam, pereduksi dan penangkap oksigen. Dalam bentuk larutan yang mengandung
logam vitamin C bersifat sebagai proantioksidan dengan mereduksi logam yang
menjadi katalis aktif untuk oksidasi dalam tingkat keadaan rendah. Bila tidak
ada logam, vitamin C sangat efektif sebagai antioksidan pada konsentrasi
tinggi. Tubuh sangat memerlukan vitamin C, karena kekurangan vitamin C dalam
darah dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti: asma, kanker, diabetes, dan
penyakit hati. Selain daripada itu vitamin C dapat memperkecil terbentuknya
penyakit katarak dan penyakit mata.
Vitamin E
Vitamin E merupakan antioksidan yang cukup kuat dan
memproteksi sel-sel membran serta LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol
dari kerusakan radikal bebas. Vitamin E dapat juga membantu memperlambat proses
penuaan pada arteri dan melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel yang akan
menyebabkan penyakit kanker, penyakit hati dan katarak. Vitamin E dapat bekerja
sama dengan antioksidan lain seperti vitamin C untuk mencegah penyakit-penyakit
kronik lainnya, namun dalam mengkonsumsi vitamin ini dianjurkan jangan terlalu
berlebihan karena akan menekan vitamin A yang masuk ke dalam tubuh.
Karotenoid
Beta karotein adalah salah satu dari kelompok senyawa yang
disebut karotenoid. Dalam tubuh senyawa ini akan dikonversi menjadi vitamin A.
Kekurangan beta-karotein dapat menyebabkan tubuh terserang kanker servik.
Kanker ini banyak menyerang kaum wanita yang mempunyai kadar beta-karotein,
vitamin E dan vitamin C rendah dalam darah. Untuk kaum laki-laki vitamin E
sangat efektif mencegah penyakit kanker prostat. Golongan senyawa karotenoid antara
lain: alfa-karotein, zeaxanthin, lutin dan likopen.
Katekin
Katekin termasuk dalam senyawa golongan polifenol dari
gugusan flavanoid yang banyak terdapat pada teh hijau. Dalam ekstrak the terkandung
30-40% katekin. Epigallokatekin merupakan katekin yang sangat penting dari teh
hijau karena mempunyai daya antioksidan yang cukup tinggi, serta berperan dalam
pencegahan penyakit jantung dan kanker. Dalam daun kering, teh hijau terdapat sekitar
30-50 mg flavanoid.
Menurut Kuncahyo dan Sunardi (2007), antioksidan terbagi
menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim meliputi superoksida
dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx). Antioksidan
vitamin lebih populer sebagai antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan
vitamin mencakup alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin
C) yang banyak didapatkan dari tanaman dan hewan.
Menurut Astuti
(2009), untuk mencegah atau memperlambat oksidasi dari makanan, antioksidan
telah secara luas digunakan sebagai pengawet pada lemak dan minyak dan pada
pemrosesan makanan.
1.
Antioksidan sintetik.
Beberapa dari antioksidan yang popular digunakan adalah
komponen fenol seperti butylated hydroxyanisol (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT),
tersier butylhydroquinone (TBHQ), dan ester dari asam galat, contohnya propil
galat (PG). Antioksidan sintetik telah sepenuhnya diuji reaksi toksisitasnya,
tapi beberapa menjadi toksik setelah penggunaan dalam waktu lama, data toksikologi
menentukan beberapa peringatan dalam penggunaannya. Dalam hal ini produk alami
tampak lebih sehat dan aman daripada antioksidan sintetik.
2.
Antioksidan alami.
Antioksidan alami ditemukan pada sebagian besar tanaman, mikroorganisme,
jamur dan jaringan binatang. Sebagian besar antioksidan alami adalah komponen
fenolik dan kelompok yang paling penting dari antioksidan alami adalah
tokoferol, flavonoid, dan asam fenol
E.
MEKANISME
ANTIOKSIDAN
Menurut Barus (2009), antioksidan dalam bahan makanan
berlemak berperan sebagai inhibitor atau pemecah peroksida. Mekanisme oksidasi
pada lemak/minyak pada prinsipnya merupakan proses pemecahan yang terjadi di
sekitar ikatan rangkap dalam molekul gliserida. Proses oksidasi ini terjadi
dalam satu seri tahap reaksi yaitu tahap inisiasi, diikuti oleh tahap propagasi
dan tahap terminasi sebagai berikut:
Inisiasi : RH R•
+ H+
Propagasi : R• + O2 ROO•
ROO• + RH ROOH + R•
Terminasi : ROO• + •OOR + O2 ROOR + ROO•
ROO• + R• ROOR
R• + R• R – R
Mekanisme
oksidasi pada minyak/lemak penting dalam perencanaan operasi dan optimasi
proses. Adanya logam walaupun dalam jumlah kecil (trace) mempunyai peran
sebagai prooksidan karena menambah radikal bebas akibat perannya sebagai
pemecah peroksida.
Antioksidan dapat menghambat atau menurunkan oksidasi
dengan dua cara, yaitu dengan menangkap radikal bebas, disebut antioksidan
primer dan tidak melibatkan penangkapan radikal bebas secara langsung, disebut antioksidan
sekunder. Antioksidan primer termasuk komponen fenolik seperti vitamin E
(_-tokoferol). Antioksidan sekunder mempunyai mekanisme yang bervariasi seperti
pengikatan ion logam, menangkap oksigen, mengubah hidroperoksida menjadi
spesies non radikal, mengabsorbsi radiasi UV atau deaktivasi oksigen singlet.
Biasanya antioksidan sekunder hanya menunjukkan aktivitas antioksidan ketika
komponen minor muncul (Astuti, 2009).
F.
PENGGUNAAN
ANTIOKSIDAN
Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap
kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya
penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidae lipid pada makanan.
Meningkatnya minat untuk mendapatkan antioksidan alami terjadi beberapa tahun
terakhir ini. Antioksidan alami umumnya mempunyai gugus hidroksi dalam struktur
molekulnya (Kuncahyo dan Sunardi, 2007).
Penggunaan senyawa antioksidan semakin berkembang baik
untuk makanan maupun untuk pengobatan seiring dengan bertambahnya pengetahuan
tentang aktivitas radikal bebas. Stres oksidatif merupakan keadaan yang tidak
seimbang antara jumlah molekul radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh. Senyawa
antioksidan merupakan suatu inhibitor yang digunakan untuk menghambat
autooksidasi. Efek antioksidan senyawa fenolik dikarenakan sifat oksidasi yang
berperan dalam menetralisasi radikal bebas (Rahayu et al., 2011).
Menurut Indrayana (2008), tubuh memerlukan antioksidan
yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam
dampak negatif senyawa ini. Vitamin C dan vitamin E telah digunakan secara luas
sebagai antioksidan karena lebih aman dan efek samping yang ditimbulkan lebih
kecil dibandingkan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik seperti BHA (butil
hidroksi anisol) dan BHT (butil hidroksi toluen) memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E
(Han et al., 2004), tetapi antioksidan sintesis ini dapat menimbulkan karsinogenesis
(Kikuzaki et al., 2002). Antioksidan dari tumbuhan dapat menghalangi
kerusakan oksidatif melalui reduksi dengan radikal bebas, membentuk kelat
dengan senyawa logam katalitik, dan menangkap oksigen. Oleh karena itu
diperlukan eksplorasi antioksidan alami untuk mendapatkan antioksidan dengan
tingkat keamanan dan aktivitas yang tinggi. Daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.]
Walp.) mengandung minyak
atsiri
(sitral dan eugenol), tanin dan flavonoid). Komponen fenolik yang terdapat
dalam tumbuhan memiliki kemampuan mereduksi yang berperan penting dalam
menyerap dan menetralkan radikal bebas, dan dekomposisi peroksid. Secara
empiris daun salam digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan pada penyakit
kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, gastritis dan diare.
DAFTAR PUSTAKA
Maulida,
Dewi dan Naufal Zulkarnaen. 2010. Ekstraksi
Antioksidan (Likopen) dari Buah Toma dengan menggunakan sovent campuran,
n-Heksana, Aseton dan Etanol. Universitas Diponegoro. Semarang
Barus, Pina.
2009. Pemanfaatan Bahan Pengawet dan
Antioksidan Alami Pada Industri Bahan Makanan. Universitas Sumatera Utara.
Medan
Sunarni,
Titik; Suwidjiyo Pramono dan Ratna Asmah. 2007. Flavonoid antioksidan
penangkap radikal dari daun kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f.
& Th.). Majalah Farmasi Indonesia.
18 (3). 111-116
Kuncahyono, Ilham; Sunardi. 2007. Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.)
Terhadap 1,1-Dyphenyl,-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Semnas Teknologi.
ISSN:1978-9777
Astuti, Niluh Yuni. 2009. Uji Aktivitas
Penangkap Radikal DPPH oleh Analog Kurkumin Monoketon dan n-Heteroalifatik
Monoketon. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Winarno,F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar