PENGAMATAN
KEMASAN PRODUK PERIKANAN DI HYPERMART MALANG TOWN SQUER (MATOS) KOTA MALANG
KABUPATEN MALANG - JAWA TIMUR
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Teknik Pengemasan
yang dibina oleh Ir. Titik Dwi
Sulistyati, MP
Disusun oleh :
ACHMAD FATHONY (105080301111043)
ACHMAD NIZHAR W. (105080301111015)
HOSNATUS HASANAH (105080301111051)
INTAN RISKY F. (105080301111035)
NANDAR HARDIKA P. (105080301111055)
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ikan merupakan salah satu hasil
perairan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa kelebihannya,
antara lain merupakan sumber protein hewani yang sangat potensial karena pada
daging ikan dapat dijumpai senyawa yang sangat penting bagi manusia yaitu
karbohidrat, lemak, protein, garam-garam mineral dan vitamin. Kandungan zat-zat
gizi tersebut menyebabkan ikan sangat diminati oleh masyarakat sehingga
kebutuhan ikan semakin meningkat dengan berjalannya waktu. Di pasaran, ikan
tidak hanya ditemukan dalam keadaan segar tetapi juga ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam
bentuk kaleng maupun plastik, hal ini akan memberikan kemudahan bagi para
konsumen dalam pengolahannya (Buckle et al.,1985).
Kemasan
telah dikenal sejak jaman manusia purba. Orang- orang primitive menggunakan
kulit binatang dan keranjang rumput untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut
dari hutan. Kemudian 8.000 tahun yang lalu, bangsa Cina membuat aneka ragam
keramik untuk mewadahi benda padat ataupun cair. Orang-orang Indonesia kuno membuat
wadah dari bambu untuk menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan
kemasan terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada jaman
itu, kemasan masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi barang
terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang. Selain
itu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa selama dalam
perjalanan (Cenadi, 2000).
Saat ini
fungsi kemasan tidak hanya sebagai wadah untuk produk, tetapi sudah bergeser
menjadi alat pemasaran. Pasar swalayan dan supermarket juga sudah berkembang
dengan pesat, sehigga disain grafis pada kemasan produk juga semakin berkembang.
Hal ini disebabkan karena pada pasar swalayan , kemasan dapat berfungsi sebagai
wiraniaga diam yang dapat menjual suatu produk, dan perbedaan dalam
bentuk dan dekorasi kemasan berpengaruh besar terhadap penjualan (Fellows,
2000).
1.2 Rumusan Masalah
Dari pengamatan kemasan produk
perikanan yang dilakukan di Hypermart MATOS dapat diambil rumusan
permasalahannya yaitu bagaimana pengemasan yang dilakukan di Hypermart MATOS
dan mengapa menggunakan jenis kemasan tersebut.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengamatan kemasan
produk perikanan di Hypermart MATOS yaitu untuk mengetahui macam-macam
pengemasan produk perikanan di Hypermart MATOS Kota Malang.
Tujuan dari pengamatan kemasan
produk perikanan di Hypermart MATOS yaitu untuk menganalisa terhadap jenis
kemasan perikanan yang sesuai di Hypermart MATOS Kota Malang.
2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Kemasan
Kemasan
adalah salah satu bidang dalam Desain Komunikasi Visual yang mempunyai banyak
tuntutan khusus karena fungsinya yang langsung berhadapan dengan konsumen,
antara lain tuntutan teknis, kreatif, komunikatif dan pemasaran yang harus diwujudkan
ke dalam bahasa visual. Sebagai seorang desainer komunikasi visual, hal ini merupakan
suatu tantangan karena selain dituntut untuk dapat menyajikan sebuah (desain)
kemasan yang estetis, kita juga dituntut untuk memaksimalkan daya tarik kemasan
untuk dapat menang dalam pertarungan untuk menghadapi produk-produk pesaing.
Tantangan yang lain adalah klien tidak hanya mengharapkan peningkatan penjualan
tetapi juga agar konsumennya tetap setia menggunakan produknya (Cenadi, 2000).
Fungsi
utama pengemasan adalah untuk melindungi produk dari kerusakan oleh
unsure-unsur perusak dari luar. Kerusakan bahan/produk yang disebabkan oleh
unsur-unsur perusak dari dalam produk, tetapi tidak dilakukan hanya dengan
pengemasan kecuali dengan mengkombinasikannya dengan perlakuan tertentu
(Triyono, 2000).
Menurut Lakoro (2002), desain kemasan adalah salah
satu dari sekian banyak hal yang harus menjadi pertimbangan strategis diketiga
elemen Positioning-Diferensiasi-Brand pada suatu produk. Beberapa produk mampu
berkembang dengan baik di benak konsumen karena keberhasilannya dalam membuat
ruang dipikiran konsumen melalui komunikasi visual. Konsumen dapat dirangsang
perhatiannya dengan memanfaatkan 80% daya tarik visual/sesuatu yang terlihat.
Artinya memanfaatkan warna, bentuk, ilustrasi dan merek adalah cara efektif
memikat konsumen. Selain itu perubahan gaya hidup, social ekonomi dan
percepatan teknologi memberikan dampak yang berarti pula bagi perkembangan
desain kemasan. Produsen berusaha untuk menghasilkan kemasan yang memenuhi
kebutuhan dan kemasan. Seringkali konsumen memutuskan sebuah pembelian dengan
melihat pada kemasannya terlebih dahulu, baik dari imagery, brand value,product functionality maupun inovasi pada kemasan tersebut.
2.2 Jenis
Kemasan
2.2.1 Kemasan
Plastik
Menurut Latief (2001), Pengemasan atau pewadahan
diperkirakan telah ada sejak beberapa ratus tahun sebelum masehi. Bahan
kemasan yang berasal dari alam seperti dedaunan, kulit binatang dan tanah
liat telah banyak digunakan sebagai wadah penyimpanan atau pengemasan.
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, teknologi
pengemasan juga berkembang dengan pesat. Meskipun kemasan alami masih
digunakan, akhir-akhir ini kemasan yang lebih maju (modern) telah banyak
digunakan secara meluas. Sehari-hari, dijumpai berbagai produk terutama
produk pangan menggunakan kemasan yang beragam baik bahan, bentuk, warna
maupun fungsi dasarnya. Kemasan plastik, modifikasi atmosfir dan “tetra
pak” adalah jenis kemasan modern yang dalam proses pembuatannya menggunakan
bahan kemasan plastik. Selain plastik, bahan kemasan yang banyak
digunakan untuk produk pangan dan hasil pertanian lainnya diantaranya kertas,
aluminium foil, gelas, logam dan kayu.
Diantara bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan
yang paling plastik dan sangat luas penggunaannya. Plastik tidak hanya dipakai
untuk kemasan pangan (food grade), tetapi juga banyak diaplikasikan sebagai
bahan pelindung dan pewadahan produk elekronika, komponen/suku cadang dan zat
kimia untuk plastik. Bahan kemasan ini memiliki berbagai keunggulan
yakni, fleksibel (dapat mengikuti bentuk produk), transparan
(tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan
dengan bahan kemasan lain), tidak korosif dan harganya plastik murah.
Disamping memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan kemasan
lainnya, plastik juga mempunyai kelemahan yakni, tidak tahan panas, dapat
mencemari produk (migrasi komponen monomer), sehingga mengandung resiko
keamanan dan kesehatan konsumen, dan plastik termasuk bahan yang tidak dapat
dihancurkan dengan cepat dan alami (non-biodegradable).
Plastik dibuat
dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung menyambung
bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Disamping bahan dasar berupa
monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan non plastik yang disebut aditif
yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Bahan aditif
tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah, yang dapat berfungsi sebagai
pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti lekat, dan masih banyak
lagi (Koswara, 2006).
Macam-macam
jenis plastik yang dipergunakan untuk pengemas menurut
Nurminah (2002) antara lain
Nurminah (2002) antara lain
a.
POLYETHYLEN
Polietilen
merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,mempunyai kekuatan benturan
serta kekuatan sobek yang baik. Denganpemanasan akan menjadi lunak dan mencair
pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah
serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001
sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena
sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat
kerapatan yang baik.
b.
HIGH DENSITY POLYETHYLEN (HDPE)
Pada
polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara
molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,
sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan
hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik.
c.
POLYPROPILENA
Polipropilen
sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap. Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal
naphtha (distalasi\minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih
tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan
katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen.
Jenis plastik yang populer digunakan
untuk pengemasan daging yaituPE(polyethylen) dan PP (polyprophylen), karena
kedua jenis plastik ini selain harganya murah, mudah ditemukan di pasaran, juga
memiliki sifat umumyang hampir sama. Plastik PE tidak menunjukkan perubahan
pada suhumaksimum 93°C - 121°C dan suhu minimum -46°C – (-5)°C, namun memiliki permeabilitas yang
cukup tinggi terhadap gas-gas organik sehingga masih dapat teroksidasi apabila
disimpan dalam jangka waktu yang lama (Yanti et al.,2008).
2.2.2
Kemasan
Kaleng
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan
yang dipakai secara popular (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda
asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial
untuk membunuh semua mikroba popular (penyebab penyakit) dan pembusuk.
Pengalengan secara popular memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan,
perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa. Keuntungan utama penggunaan kaleng
sebagai wadah bahan pangan adalah kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di
dalamnya. Makanan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermitis dapat
dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga, atau bahan asing lain yang
mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan cita
rasanya. Kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air
yang tidak diinginkan. Kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan
oksigen, gas-gas lain, bau-bauan, dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat
di atmosfer. Untuk bahan pangan berwarna yang peka terhadap reaksi fotokimia,
kaleng dapat menjaga terhadap cahaya. Di antara bakteri-bakteri yang
berhubungan dengan pengalengan ikan, Clostridium botulinum adalah yang paling
berbahaya. Bakteri tersebut dapat menghasilkan racun botulin dan membentuk
spora yang tahan panas. Pemanasan selama empat menit pada suhu 120 derajat C
atau 10 menit pada suhu 115 derajat C sudah cukup untuk membunuh semua strain
C. botulinum (A-C). Karena sifatnya yang tahan panas, jika proses pengalengan
dilakukan secara tidak benar, bakteri tersebut dapat aktif kembali selama
penyimpanan. Dalam proses biasanya dilakukan penambahan medium pengalengan. Di
Indonesia, dikenal tiga macam medium pengalengan, yaitu larutan garam (brine),
minyak atau minyak yang ditambah dengan cabai dan bumbu lainnya, serta saus
tomat. Penambahan medium bertujuan untuk memberikan penampilan dan rasa yang
spesifik pada produk akhir, sebagai media pengantar panas sehingga memperpendek
waktu proses, mendapatkan derajat keasaman yang lebih tinggi, dan mengurangi
terjadinya karat pada bagian dalam kaleng. Apabila menginginkan produk yang
siap olah, pilihlah yang bermedia saus tomat. Bila ingin mengolah produk dalam
kaleng lebih lanjut, produk berlarutan garam atau minyak nabati dapat dipilih.
Daya Tahan Simpan. Umur simpan makanan dalam kaleng sangat bervariasi
tergantung pada jenis bahan pangan, wadah, proses pengalengan yang dilakukan,
dan kondisi tempat penyimpanan. Jika proses pengolahan dan penyimpanan dilakukan
dengan baik, makanan dalam kaleng umumnya awet sampai jangka waktu dua tahun.
Beberapa hal yang menyebabkan awetnya ikan dalam kaleng adalah:
1.
Ikan
yang digunakan telah melewati tahap seleksi, sehingga mutu dan kesegarannya
dijamin masih baik.
2.
Ikan
tersebut telah melalui proses penyaringan, sehingga terhindar dari sumber
mikroba kontaminan, yaitu yang terdapat pada isi perut dan insang.
3.
Pemanasan
telah cukup membunuh mikroba pembusuk dan penyebab penyakit.
4.
Ikan
termasuk ke dalam makanan golongan berasam rendah, yaitu
mempunyai kisaran pH 5,6 – 6,5. Adanya medium pengalengan dapat
meningkatkan derajat keasaman (menurunkan pH), sehingga produk
dalam kaleng menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi (di
bawab pH 4,6), Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh.
mempunyai kisaran pH 5,6 – 6,5. Adanya medium pengalengan dapat
meningkatkan derajat keasaman (menurunkan pH), sehingga produk
dalam kaleng menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi (di
bawab pH 4,6), Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh.
5.
Penutupan
kaleng dilakukan secara rapat, yaitu rapat sempurna sehingga tidak dapat
dilalui oleh gas, mikroba, udara, uap air, dan kontaminan lainnya. Dengan
demikian, produk dalam kaleng menjadi lebih awet.
Satu hal yang
harus diingat adalah bahwa pemanasan tidak dapat membunuh semua mikroba,
khususnya thermofilik (tahan terhadap panas). Mikroba tahan panas tersebut
tidak akan tumbuh pada kondisi penyimpanan yang normal. Apabila penyimpanan
dilakukan pada ruang yang bersuhu cukup tinggi atau terkena cahaya matahari
langsung, mikroba tahan panas tersebut akan aktif kembali dan merusak produk.
Penyimpanan
produk harus dilakukan pada suhu yang cukup rendah, seperti pada suhu kamar
normal dengan kelembaban rendah. Akan menjadi lebih baik lagi bila disimpan
pada lemari pendingin. Kondisi penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu
ikan dalam kaleng. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita
rasa, warna, tekstur, dan vitamin yang dikandung oleh bahan akibat terjadinya
reaksi-reaksi kimia.
Kaleng adalah
lembaran baja yang disalut timah. Bagi orang awam, kaleng sering
diartikan sebagai tempat
penyimpanan atau
wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan,
minuman,
atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat
dari aluminium.
Bentuk kaleng yang bermacam-macam bertujuan untuk keindahan kaleng yang membuat
daya tarik konsumen untuk membeli produk ikan kaleng selain itu juga
disesuaikan dengan bahan baku ikan. Bila bahan baku yang digunakan ukurannya
besar-besar maka juga memerlukan kaleng yang besar yang disesuaikan dengan
mediumnya.
Kemasan
kaleng umumnya di cetak dengan Metode cetak Lithographi (Offset) atau lebih
dikenal dengan Offset metal decorating. Dengan dicetak di bahan Tin, Aluminum,
dan modifikasi logam alloy. Bahan logam tersebut akan di lapisi terlebih dahulu
(coating) dengan Varnish saizing (clear sizing, tonner sizing atau gold
lacquer) atau untuk mendapatkan efek putih di pakai white coating. Semua metode
pelapisan umumnya di pakai mesin pelapis (Coater) dengan ketebalan yang di ukur
µm (?).Setelah di lapisi logam terlapis Varnish sizing atau White Coating
Kemudian akan di panaskan antara 170-180 ° C selama 12-15 menit
melewati pemanggang raksasa berjarak 5- 6 meter. Setelah melewati pemanggang
bahan pelapis sudah kering dan siap di cetak dengan tinta offset/Lithography.
Pencetakan gambar berwarna proses (Cyan, Magenta, Yellow, dan Black bisanya
naik 2 warna kemudain dilanjut 2 warna berikutnya. Proses pengeringan tinta
offset juga melalui pemanggang dengan suhu berkisar 140-160 °C selama 12-15
menit.Kemudian proses akhir lapisan tinta akan di lapisi dengan Varnish untuk
membuat cetakan tahan gores dan tahan panas. Untuk bagian lain yang akan
menjadi bagian dalam kemasan permukaan kaleng akan di lapisi juga dengan
varnish coating dengan tujuan mencegah bersinggungan langsung produk dengan
kelang sehingga bisa mengakibatkan karat dan terkontaminasi.Setelah semua
permukaan tercetak dan di varnish kaleng akan dilanjut ke proses pengetesan
untuk mengetahui kekuatan kemasan sehingga bisa mencegah kerusakan kemasan yang
berakibat merusak produk. Test lainnya adalah Retort test dan Pasteurisasi (Anonimous,2010).
2.2.3 Kemasan Kaca
Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan
Kent pada tahun 1971, yang merupakangabungan dari semen silikat dan semen
polikarboksilat dengan tujuan untuk
mendapa tkan sifat translusen, pelepasan fluor dari semen
silikat dan kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen poli -
karboksilat.1,2 Sifat utama semen ionomer kaca adalah kemampuannya untuk
melekat pada enamel dan dentin tanpa ada
penyusutan atau panas
yang bermakna ,mempunya i s i f a t
biokompa t ibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan
fluor yang beraksi sebagai anti mikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada
pengerasan sedikit, koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Mezarini
dan Irmawati ,2005).
Kaca diperkuat
secara panas adalah kaca datar/lengkung, dapat berwama, tidak berwarna berpola/
t idak berpola yang telah mengalami per
lakuan panas khusus, sehingga tekanan kompresi
yang tersisa antara 28 MPa dan 45 MPa" ketahananya bertambah terhadap pengaruh gaya-gaya dari luar
serta tahan terhadap perubahan suhu
yang dapat dipergunakan sebagai
kelengkapan produk mebelai r atau
bangunan ( tidak berlaku untuk pintu kaca tanpa bingkai (Frameless door ) (SNI,2000).
2.2.4 Kemasan Styrofoam
Styrofoam
atau plastik busa masih tergoloug keluarga
plastik. Styrofoam lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan
getaran barang yangfragile seperti elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut
menjadi salah satu pilihan bahan pengemas
makanan dan minumau. Bahan dasar styrofoam adalah polisterin, suatu jenis
plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut, pohsterin
dicampur dengan seng dan senyawa
butadien. Hal ini menyebabkan polisterin kelulangan sifatjemihnya dan berubah warna
menjadi putih susu Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zatplas- ticizer
seperti dioktil ptalat P O P ) , but3
hidroksi toluena atau n butyl stearat.
Plastlk busa yang mudah terurai menjadi shulctur
sel kecil mempakan hasil proses peuiupan dengan menggunakan gas
klorofluorokarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang sering
dipergunakan saat ini
(Sulchan dan Endang,2007).
Kemasan
polistirena foam dipilih karena mampu mempertahankan pangan yang panas/dingin, tetap
nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas,
ringan, dan inert terhadap keasaman pangan. Karena kelebihannya tersebut,
kemasan polistirena foam digunakan untuk mengemas pangan siap saji, segar,
maupun yang memerlukan proses lebih lanjut (BPOM, 2008).
3. METODE PENELITIAN
Pengamatan ini dilakukan
pada hari Jum’at,
tanggal 11 November 2011
pukul 18.00 WIB - 21.00
WIB di Hypermart Malang Town Square (MATOS). Metode pengamatan yang dilakukan
yaitu pengamatan langsung pada lokasi untuk
peninjauan lebih dalam mengenai pengemasan produk-produk perikanan.
Langkah pertama yang
dilakukan kelompok kami adalah menuju lokasi pengamatan (Hypermart
MATOS). Kemudian
dilanjutkan dengan mencari produk-produk perikanan yang dikemas. Setelah ditemukan, kami
langsung melakukan
pengamatan fisik dan tulisan
yang tertera pada kemasan produk
perikanan tersebut. Jika
diperlukan kita juga memotret produk tersebut, untuk
memperjelas dari keterangan – keterangan yang kamio peroleh.
4. PEMBAHASAN
4.1 Produk
Perikanan Dalam Kemasan Plastik
4.1.1 Senna Kerupuk Ikan
Salah satu produk
perikanan yang dijual di hypermart
MATOS yaitu KERUPUK IKAN merk SENNA, kemasan daripada kerupuk SENNA ini adalah
kemasan plastik transparan. Kemasan kerupuk ikan SENNA berbentuk persegi
panjang, penutupan kemasan dengan cara merekatkan ujung – ujung dari kemasan
tersebut. Karena kemasan yang digunakan transparan, kita bisa mengamati produk
yang terdapat didalamnya. Ditambah dengan corak pada luar kemasan semakin menambah
daya tarik konsumen. Pada kemasan plastic ini menggunakan kemasan non vacuum,
jadi tetap ada rongga udara didalamnya. Berdasarkan klasifikasi kemasan,
kemasan yang terdapat pada kerupuk ikan ini yaitu tergolong jenis kemasan yang
sekali pakai (diposible).
Pada bagian depan kemasan
terdapat nama produk, gambar ikan, produser, neto produk, kode produksi,
tanggal kadaluarsa dan ijin dari BPOM RI. Produk dengan nama SENNA KRUPUK IKAN
ini diproduksi oleh PT. TITANI ALAM SEMESTA Surabaya – Indonesia. Produk dengan
neto 380 gram ini telah lulus uji kelayakan oleh BPOM RI dengannomor MD
255413010272 serta kode produksi 320984.
Pada bagian samping kanan
dari kemasan terdapat tulisan promosi, komposisi krupuk dan cara menggorengnya.
Promosi yang dituliskan agak panjang sehingga terkesan muluk – muluk, akan
tetapi kata – kata ‘ tidak perlu dijemur ‘ membuat daya tarik tersendiri. Adapun
komposisi dari SENNA KRUPUK IKAN antara lain ikan segar, tepung tapioka
pilihan, telur, gula dan garam. Selain tulisan Indonesia, pada belakang serta
samping kanan kemasan ditulis pula ketrangan diatas dengan menggunakan tulisan
Chona, Arab dan dalam bahasa Inggris.
Di bagian belakang kemasan
juga terdapat table nutrisi dari produk tersebut. Kandungan nutrisi dari krupuk
ikan senna antara lain kolestrol (12%), sodium (46 %), karbohidrat (28%), serat
(4%), gula (9 g), protein (5 g), kalsium (6%) dan Fe (8%).
Bahan plastik yang
digunakan adalah plastik PP (Polipropilen). Menurut Nurminah (2002),
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap. Cara penutupan kemasan ini dengan menggunakan sealer agar udara tak
masuk ke dalam kemasan.
4.1.2 Terasi Udang Mama Suka
Produk : Terasi Udang Mama Suka
Isi
: 20 bks x 5g
Perusahaan :
PT CITRA BOGA INDONESIA Cirebon - Jawa
Barat
Produk Terasi Udang Mama Suka ini menggunakan kemasan plastik. Kemasan
plastik terasi udang ini menggunakan 2 struktur sistem kemasan, yaitu kemasan
primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer yaitu kemasan yang langsung
berhubungan dengan produk (kemasan bagian dalam), sedangkan Kemasan sekunder
yaitu kemasan yang melindungi kemasan (kemasan bagian luar). Alasan digunakan 2 struktur kemasan
yaitu untuk mengantisipasi apabila terjadi kerusakan pada pengemas, karena
aroma terasi sendiri yang khas apabila terjadi kerusakan pada kemasannya
(missal; robek) tidak akan langsung tercium oleh para pengunjung Hypermart.
Pada kemasan plastic ini menggunakan kemasan non vacuum, jadi tetap ada rongga
udara didalamnya. Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada terasi
udang ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Isi dari produk ini 20 bungkus, dimana setiap bungkusnya beratnya 5g. Dalam
kemasan produk ini juga dijelaskan tentang komposisinya, yaitu udang rebon dan
garam. Produk ini diproduksi oleh PT CITRA BOGA INDONESIA Cirebon Jawa Barat.
Dalam kemasan juga terdapat no lisensi dari badan POM, sehingga produk ini
layak untuk dikonsumsi.
Kemasan ini terbuat dari
plastik LDPE (Low Density Polyethilene). Menurut Nesty (2009), sifat mekanis
jenis plastic LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan
agak berlemak. Plastic ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang
memerlukan fleksibilitas tetapi kuat dan memiliki resistensi yang baik terhadap
reaksi kimia. Cara penutupan kemasan ini adalah dengan menggunakan sealer.
4.1.3 Super
Bandeng
Produk super bandeng ini
menggunakan kemasan plastic. Plastik yang di gunakan dalam mengemas produk
super bandeng tersebut yaitu menggunakan plastic Poly Ethilene (PE). Menurut
Supanusantara (2010), kelebihan dari plastic PE adalah kuat, agak tembus
cahaya, fleksibel pada suhu 600C, sangat resisten terhadap senyawa
kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik. Kekurangan dari plastic
PE adalah kurang baik terhadap gas, misalnya O2. Oleh karena itu
produk Super Bandeng ini menggunakan kemasan Vacum, karena selain menjaga dari
ketahanan plastic juga mengantisipasi terhadap tumbuhnya mikroorganisme
aerobic. Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada Super
Bandeng ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Pada bagian depan dari
kemasan tertera logo dari ikan bandeng tersebut dan tercantum harga dari produk
Super Bandeng tersebut. Harga Super Bandeng tiap bungkus yaitu Rp 24.900,00.
Untuk bagian belakang kemasan tertera informasi yang perlu di ketahui oleh para
konsumen, seperti masa kadaluarsa, komposisi, keterangan gizi. Produk Super
Bandeng ini masa kadaluarsanya hingga 07 januari 2012. Produk ini diproduksi
oleh Pondok Super Bandung. Dalam
kemasan juga terdapat no lisensi dari badan POM, sehingga produk ini layak
untuk dikonsumsi.
Komposisinya antara lain bandeng segar, bawang putih, garam, kunir, sambal.
Untuk informasi gizinya antaralain:
Jumlah
persajian !00 gr
Energi
total 225,59 kkal
Lemak
total 10,63 gr
Lemak
Jenuh 1,80
gr
Karbohidrat
0,8 gr
Protein
31,93 gr
Natrium
956 mgr
Serat
kasar 0,56 gr
4.2 Produk Perikanan Dalam Kemasan Kaleng
4.4.4 Sardines
Dalam Saus Cabai
Di pusat-pusat
perbelanjaan banyak dijual produk-produk perikanan dalam berbagai macam bentuk
salah satunya adalah produk ikan kaleng Sardiness dalam saus cabai. Produk ini
dijual dihypermart MATOS lantai 1. Kemasan produk ini adalah menggunakan kaleng
dimana kontruksi dari produk ini terdiri dari three piece can (dasar, badan,
tutup) selain itu produk ini tampil menarik dengan warna dan gambar sehingga
menarik perhatian konsumen. Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang
terdapat pada Sardines ini yaitu tergolong jenis kemasan yang perlu perakitan
dan sekali pakai (diposible).
Pada kemasan kaleng
terutama bagian depannya terdapat gambar ikan Sardinella longiceps yang
digunakan sebagai bahan baku produk ikan kaleng, cabai merah besar dan ditambah
tulisan yang menarik konsumen untuk membeli. Selain itu juga terdapat informasi
seperti nama produsen, netto produk, izin produksi dari BPOM RI. Produk ikan
kaleng dengan merk produk Sardines dalam saus cabai ini diproduksi oleh PT.
Blambangan Foodpackers Indonesia, Banyuwangi-68472, Indonesia dengan berat
bersih sebanyak 425 gram/bobot tuntas sebesar 250 gram serta telah malalui uji
kelulusan dari BPOM RI dengan nomor MD 517113056057 dan majelis ulama Indonesia
dengan nomor 0003034970605 selain itu terdapat sedikit informasi nilai gizi
untuk lebih menarik perhatian konsumen.
Pada sisi kaleng sebelah
kanan dan sisi belakang terdapat komposisi produk dan informasi nilai gizi.
Komposisi dari produk ini terdiri dari ikan sardines, saus tomat, cabai merah,
bawang putih, garam dan bawang merah. Informasi nilai gizi yang terdiri dari
takaran saji sebanyak 70 gram, jumlah sajian per kemasan sebanyak 6 gram.
Jumlah per saji yaitu energy total sebanyak 90 kkal dan energy dari lemak
sebanyak 40 kkal. Nutrisi dari produk antara lain lemak jenuh 7%, lemak trans
0%, kolesterol 14%, protein sebanyak 15% karbohirat 1%, natrium 19% dan kalsium
30%. Selain itu produk ini juga mengandung omega3 dan omega 6.
Pada sisi sebelah kiri
kaleng terdapat sebuah resep masakan dengan bahan baku sardines dalam saus
cabai yang divariasi dengan bahan lain. Hal ini opu menambah kreasi konsumen
dalam memasak produk ini.
Pada bagian bawah kaleng
terdapat informasi mangenai tanggal kadaluarsa produk.
Nama produk : Vega
Sardines in Vegetable oil
Netto : 125 gr
Produksi : Vega Foods
Corp. Private Ltd.
7500A Beach
Road, #16-311
The Plaza,
Singapore 199591
Komposisi : Sardine,
minyak sayur, garam
Informasi nilai gizi:
Kalori per kaleng 260
Total lemak 28%
Lemak jenuh 2.5 g 13%
Kolesterol 135 gm 45%
Sodium 480 mg 20%
Total karbon 0 g 0%
Serat diet 0 g 0%
Gula 0 g
Protein 23 g
Vitamin A 4%
Vitamin C 0%
Kalsium 35%
Zat besi 15%
Mengandung omega 3
4.4.5 Vega
Sardiness In Vegetable Oil
Produk
ini bernama “Vega” Sardines in Vegetables oil, yang artinya ikan Sarden dalam
minyak sayur. Kemasannya cukup menarik, colourfull,
dan pastinya dikemas secara hygienis.
Di produksi oleh sebuah perusahaan di Indonesia untuk Vega Foods Corp. yang
perusahaannya terletak di Singapura. Pada penutup kaleng, disertai foto sebagai
daya tarik pembeli dan pada tutupnya pun sudah disertai dengan pembukanya, jadi
tidak usah repot dalam membukanya sewaktu ingin disantap. Kemasan ikan kaleng
ini berupa kaleng yang terdiri dari dua bagian (2 piece can). Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang
terdapat pada Sardines ini yaitu tergolong jenis kemasan yang perlu perakitan
dan sekali pakai (diposible).Terdapat
tiga bahasa sebagai media informasi pembeli, yaitu: bahasa Inggris, Prancis,
dan Portugis.
Komposisi
bahan pada produk ini antara lain: ikan Sardine (Sardinella lemuru), minyak sayur, garam. Berat bersih produk ini
yaitu 125 gram.
Sesuai
dengan mereknya, produk ikan kaleng ini bahan bakunya berupa ikan Lemuru atau
dalam nama ilmiahnya Sardinella lemuru.
Ikan Lemuru atau yang lebih opular disebut ikan Sarden ini dikatakan mengandung
omega-3 yang manfaatnya sangat bagus bagi tubuh. Menurut para pakar (Amri,
2009), ikan Sarden kaya akan omega-3 dikarenakan pola makannya yang suka akan
berbagai jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton. Omega-3
dipercaya dapat melancarkan peredaran darah serta memperkuat daya tahan otot
jantung orang yang mengkonsumsinya. Selain itu produk ini dalam informasi nilai
gizinya, mengandung berbagai macam vitamin protein dan zat besi yang dibutuhkan
oleh tubuh.
Produk kemasan ikan kaleng dibuat
dengan bentuk yang bermacam-macam bertujuan untuk keindahan sehingga konsumen tertarik untuk membeli,
selain itu kemasan dibuat sesuai dengan bentuk ikan yang akan dikemas juga
sesuai dengan permintaan pasar.
4.3
Produk Perikanan
Dalam Kemasan Kaca
4.3.1
Kecap
Ikan
Nama Produk :Kecap Ikan Cap Ikan Merah
Isi :620
Ml
Perusahaan :Kecap Djoe Oha, Tegal
Produk ini menggunakan
kemasan kaca sebagai pengemasan produk kecap ikan. Bentuk kemasan kaca yang
digunakan adalah botol. Produk ini menggunakan tutup normal berjenis bersekrup dimana leher botol beralur sesuai alur
tutup. Produk ini juga terdapat informasi tentang nama produk, produsen. Hal
ini dapat mempermudah konsumen untuk mengenali produk ini.
Tetapi dalam produk ini tidak
terdapat komposisi gizi dari produk ini atau kecap ikan ini sehingga konsumen
sedikit ragu akan manfaat kecap ikan ini. Di kemasannya juga sudah tercantum
berat isinya, yaitu 620 ml.
Kaca dipergunakan untuk mengemas bahan atau produk pangan cair, semi
basah atau tepung. Biasanya kaca dibentuk sebagai botol. Keunggulan kaca adalah
dapat dipanaskan, transparan (dapat memperlihatkan isinya), melindungi produk
pangan dari pengaruh cahaya dan udara di luar kemasan. Kelemahannya, kaca
termasuk bahan yang berbobot (berat), mudah pecah, mahal dan tidak dapat
didegradasi secara alami. Biasanya bahan kemasan dari kaca dipakai beberapa
kali (multitrip) atau didaur ulang.
4.4 Produk Perikanan dalam Kemasan Sterefoam
4.4.1 Ikan
Asin Cumi Telo
Produk Ikan Asin Cumi
Telo ini menggunakan kemasan Sterofoam dan edible. Edible yang digunakan yaitu
edible film, disini fungsi dari edible sendiri yaitu selain untuk melapisi dari
kemasan stearofoam yaitu mempermudah konsumen dalam melihat produk dari Ikan
Asin Cumi Telo tersebut, karena transparan sehingga mudah untuk dilihat dari
luar (daya tarik konsumen). Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang
terdapat pada Ikan Asin Cumi Telo ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali
pakai (diposible).
Pada Kemasan ini hanya
terdapat label yang tercantum di bagian depan pojok kiri atas. Dalam lebel
tersebut tertulis nama produk, tanggal prodksi, tanggal kadaluarsa dan harga
dari produk tersebut. Untuk nama produk perikanan tersebut yaitu “Ikan Asin Cumi
Telo” di produksi tanggal 10 November 2011 dan masa kadaluarsanya tanggal 10
desember 2011. Untuk harganya tiap bungkus yaoitu Rp 9.191,00
4.4.2 Ikan
Peda Putih
Produk Ikan Peda Putih ini
menggunakan kemasan Sterofoam dan edible. Edible yang digunakan yaitu edible
film, disini fungsi dari edible sendiri yaitu selain untuk melapisi dari
kemasan stearofoam yaitu mempermudah konsumen dalam melihat produk dari Ikan
Peda putih tersebut, karena transparan sehingga mudah untuk dilihat dari luar
(daya tarik konsumen). Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat
pada Ikan Asin Cumi Telo ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Pada Kemasan ini hanya
terdapat label yang tercantum di bagian depan pojok kiri atas. Dalam lebel
tersebut tertulis nama produk, tanggal prodksi, tanggal kadaluarsa dan harga
dari produk tersebut. Untuk nama produk perikanan tersebut yaitu “Ikan Pda Putih”
di produksi tanggal 4 November 2011 dan masa kadaluarsanya tanggal 4 desember
2011. Untuk harga dari tiap bungkus yaitu Rp 7.064,00
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan kemasan produk –
produk perikanan di Hypermart MATOS dapat di simpulkan sebagai berikut :
·
Kemasan
adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat dan wadah atau tempat
dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya.
·
Pengemasan
modern menggunakan kemasan plastik, kaleng, dan kaca.
·
Plastik
dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung
menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer.
·
Kemasan
kaca yang dipakai pada kemasan produk modern contohnya kemasan kecap ikan.
·
Pengalengan
makanan adalah suatu cara pengawetan bahan pangan yang dikemas secara hermitis
dan kemudian disterilkan.
·
Bentuk
kaleng yang bermacam berfungsi untuk keindahan agar konsumen tertarik untuk
membeli dan juga untuk menyesuaikan bahan baku yang akan dikemas.
·
Pengemasan
Sterofoam digunakan untuk produk yang mempunyai daya awet rendah missal hanya
sebulan (sebagai pengganti kemasan tradisional, missal besek).
·
Dalam
pengguanan kemasan juga perlu memperhatikan dari produk yang dikemas, mulai
dari pengemas plastic, stearofoam, kaleng, kaca semuanya disesuaikan dengan
produk yang akan dikemas.
5.2 Saran
Penelitian mengenai produk
kemasan yang digunakan pada Hypermart, Malang Town Square diharapkan disajikan
untuk produk yang baik. Sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
Agar bisa mengembangkan produk kemasan alami yang baik untuk para konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2008. KEMASAN
POLISTIRENA FOAM (STYROFOAM). Vol.
9, No. 5, September 2008
Buckle K,A,
RA Edward G.H.Fleet Waiton.1987.Ilmu
Pangan.Universitas Indonesia.Jakarta
Fellows,P.J. 2000. Food Processing Technology. Principles
and Practice.2nd Ed.Woodhead Publishing Ltd., Cambridge, England.
Koswara Sutrisna, 2006. Bahaya dibalik kemasan plastik. www.ebookpangan.com 2006. Diaskes pada tanggal 27 November
2009 pukul 15.39 WIB
Latief, 2001. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/rindam_latief.htm
Mearizini, Asti dan Irmawati. 2005. Kekerasan
permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II akibat lama penyimpanan. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38.
No. 3 Juli–September 2005: 146–150
Nesty. 2009.
Bahaya Plastik. http://nestygfarry.blogspot.com/2009_06_01_archive.
html. Diakses pada tanggal 8 Januari 2010 pukul 20.00 WIB
Nurminah,M. 2009.
Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan
Plastik dan Kertas Serta Pengeruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
SNI. 2000. Kaca diperkuat
secara panas untuk produk
mebel air dan bangunan. Badan Standardisasi
Nasional
Sulchan dan
Endang. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Maj Kedokt Indon,
Volum: 57, Nomor: 2, Pebruari
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar