Selasa, 03 Januari 2012

Obervasi Kemasan


PENGAMATAN KEMASAN PRODUK PERIKANAN DI HYPERMART MALANG TOWN SQUER (MATOS) KOTA MALANG KABUPATEN MALANG - JAWA TIMUR

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Teknik Pengemasan
yang dibina oleh Ir. Titik Dwi Sulistyati, MP

Disusun oleh :

ACHMAD FATHONY                         (105080301111043)
ACHMAD NIZHAR W.                       (105080301111015)
HOSNATUS HASANAH                    (105080301111051)
INTAN RISKY F.                                (105080301111035)
NANDAR HARDIKA P.                      (105080301111055)



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

1.    PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa kelebihannya, antara lain merupakan sumber protein hewani yang sangat potensial karena pada daging ikan dapat dijumpai senyawa yang sangat penting bagi manusia yaitu karbohidrat, lemak, protein, garam-garam mineral dan vitamin. Kandungan zat-zat gizi tersebut menyebabkan ikan sangat diminati oleh masyarakat sehingga kebutuhan ikan semakin meningkat dengan berjalannya waktu. Di pasaran, ikan tidak hanya ditemukan dalam keadaan segar tetapi juga ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam bentuk kaleng maupun plastik, hal ini akan memberikan kemudahan bagi para konsumen dalam pengolahannya (Buckle et al.,1985).
Kemasan telah dikenal sejak jaman manusia purba. Orang- orang primitive menggunakan kulit binatang dan keranjang rumput untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut dari hutan. Kemudian 8.000 tahun yang lalu, bangsa Cina membuat aneka ragam keramik untuk mewadahi benda padat ataupun cair. Orang-orang Indonesia kuno membuat wadah dari bambu untuk menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada jaman itu, kemasan masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi barang terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang. Selain itu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa selama dalam perjalanan (Cenadi, 2000).
Saat ini fungsi kemasan tidak hanya sebagai wadah untuk produk, tetapi sudah bergeser menjadi alat pemasaran. Pasar swalayan dan supermarket juga sudah berkembang dengan pesat, sehigga disain grafis pada kemasan produk juga semakin berkembang. Hal ini disebabkan karena pada pasar swalayan , kemasan dapat berfungsi sebagai wiraniaga diam yang dapat menjual suatu produk, dan perbedaan dalam bentuk dan dekorasi kemasan berpengaruh besar terhadap penjualan (Fellows, 2000).


1.2      Rumusan Masalah
Dari pengamatan kemasan produk perikanan yang dilakukan di Hypermart MATOS dapat diambil rumusan permasalahannya yaitu bagaimana pengemasan yang dilakukan di Hypermart MATOS dan mengapa menggunakan jenis kemasan tersebut.

1.3      Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengamatan kemasan produk perikanan di Hypermart MATOS yaitu untuk mengetahui macam-macam pengemasan produk perikanan di Hypermart MATOS Kota Malang.
Tujuan dari pengamatan kemasan produk perikanan di Hypermart MATOS yaitu untuk menganalisa terhadap jenis kemasan perikanan yang sesuai di Hypermart MATOS Kota Malang.










2.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1      Definisi Kemasan
Kemasan adalah salah satu bidang dalam Desain Komunikasi Visual yang mempunyai banyak tuntutan khusus karena fungsinya yang langsung berhadapan dengan konsumen, antara lain tuntutan teknis, kreatif, komunikatif dan pemasaran yang harus diwujudkan ke dalam bahasa visual. Sebagai seorang desainer komunikasi visual, hal ini merupakan suatu tantangan karena selain dituntut untuk dapat menyajikan sebuah (desain) kemasan yang estetis, kita juga dituntut untuk memaksimalkan daya tarik kemasan untuk dapat menang dalam pertarungan untuk menghadapi produk-produk pesaing. Tantangan yang lain adalah klien tidak hanya mengharapkan peningkatan penjualan tetapi juga agar konsumennya tetap setia menggunakan produknya (Cenadi, 2000).
            Fungsi utama pengemasan adalah untuk melindungi produk dari kerusakan oleh unsure-unsur perusak dari luar. Kerusakan bahan/produk yang disebabkan oleh unsur-unsur perusak dari dalam produk, tetapi tidak dilakukan hanya dengan pengemasan kecuali dengan mengkombinasikannya dengan perlakuan tertentu (Triyono, 2000).
Menurut  Lakoro (2002), desain kemasan adalah salah satu dari sekian banyak hal yang harus menjadi pertimbangan strategis diketiga elemen Positioning-Diferensiasi-Brand pada suatu produk. Beberapa produk mampu berkembang dengan baik di benak konsumen karena keberhasilannya dalam membuat ruang dipikiran konsumen melalui komunikasi visual. Konsumen dapat dirangsang perhatiannya dengan memanfaatkan 80% daya tarik visual/sesuatu yang terlihat. Artinya memanfaatkan warna, bentuk, ilustrasi dan merek adalah cara efektif memikat konsumen. Selain itu perubahan gaya hidup, social ekonomi dan percepatan teknologi memberikan dampak yang berarti pula bagi perkembangan desain kemasan. Produsen berusaha untuk menghasilkan kemasan yang memenuhi kebutuhan dan kemasan. Seringkali konsumen memutuskan sebuah pembelian dengan melihat pada kemasannya terlebih dahulu, baik dari imagery, brand value,product functionality  maupun inovasi pada kemasan tersebut.

2.2      Jenis Kemasan
2.2.1  Kemasan Plastik
Menurut Latief (2001), Pengemasan atau pewadahan diperkirakan telah ada sejak beberapa ratus tahun sebelum masehi.  Bahan kemasan  yang berasal dari alam seperti dedaunan, kulit binatang dan tanah liat telah banyak digunakan sebagai wadah penyimpanan atau pengemasan.
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, teknologi pengemasan juga berkembang dengan pesat.  Meskipun kemasan alami masih digunakan, akhir-akhir ini kemasan yang lebih maju (modern) telah banyak digunakan secara meluas.  Sehari-hari, dijumpai berbagai produk terutama produk pangan menggunakan  kemasan yang beragam baik bahan, bentuk, warna maupun fungsi dasarnya.  Kemasan plastik, modifikasi atmosfir dan “tetra pak” adalah jenis kemasan modern yang dalam proses pembuatannya menggunakan bahan kemasan plastik.  Selain plastik, bahan kemasan yang banyak digunakan untuk produk pangan dan hasil pertanian lainnya diantaranya kertas, aluminium foil, gelas, logam dan kayu.
Diantara bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan yang paling plastik dan sangat luas penggunaannya. Plastik tidak hanya dipakai untuk kemasan pangan (food grade), tetapi juga banyak diaplikasikan sebagai bahan pelindung dan pewadahan produk elekronika, komponen/suku cadang dan zat kimia untuk plastik.  Bahan kemasan ini memiliki berbagai keunggulan yakni, fleksibel  (dapat mengikuti bentuk produk), transparan  (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), tidak korosif dan harganya plastik murah.   Disamping memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan kemasan lainnya, plastik juga mempunyai kelemahan yakni, tidak tahan panas, dapat mencemari produk (migrasi komponen monomer), sehingga mengandung  resiko keamanan dan kesehatan konsumen, dan plastik termasuk bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non-biodegradable).
Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Disamping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan non plastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah, yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti lekat, dan masih banyak lagi (Koswara, 2006).
Macam-macam jenis plastik yang dipergunakan untuk pengemas menurut
Nurminah (2002) antara lain
a.         POLYETHYLEN
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Denganpemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik.


b.         HIGH DENSITY POLYETHYLEN (HDPE)
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik.
c.         POLYPROPILENA
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi\minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen.
Jenis plastik yang populer digunakan untuk pengemasan daging yaituPE(polyethylen) dan PP (polyprophylen), karena kedua jenis plastik ini selain harganya murah, mudah ditemukan di pasaran, juga memiliki sifat umumyang hampir sama. Plastik PE tidak menunjukkan perubahan pada suhumaksimum 93°C  - 121°C  dan suhu minimum -46°C –  (-5)°C, namun memiliki permeabilitas yang cukup tinggi terhadap gas-gas organik sehingga masih dapat teroksidasi apabila disimpan dalam jangka waktu yang lama (Yanti et al.,2008).

2.2.2    Kemasan Kaleng
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipakai secara popular (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba popular (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara popular memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa. Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pangan adalah kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermitis dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga, atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan cita rasanya. Kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang tidak diinginkan. Kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas lain, bau-bauan, dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer. Untuk bahan pangan berwarna yang peka terhadap reaksi fotokimia, kaleng dapat menjaga terhadap cahaya. Di antara bakteri-bakteri yang berhubungan dengan pengalengan ikan, Clostridium botulinum adalah yang paling berbahaya. Bakteri tersebut dapat menghasilkan racun botulin dan membentuk spora yang tahan panas. Pemanasan selama empat menit pada suhu 120 derajat C atau 10 menit pada suhu 115 derajat C sudah cukup untuk membunuh semua strain C. botulinum (A-C). Karena sifatnya yang tahan panas, jika proses pengalengan dilakukan secara tidak benar, bakteri tersebut dapat aktif kembali selama penyimpanan. Dalam proses biasanya dilakukan penambahan medium pengalengan. Di Indonesia, dikenal tiga macam medium pengalengan, yaitu larutan garam (brine), minyak atau minyak yang ditambah dengan cabai dan bumbu lainnya, serta saus tomat. Penambahan medium bertujuan untuk memberikan penampilan dan rasa yang spesifik pada produk akhir, sebagai media pengantar panas sehingga memperpendek waktu proses, mendapatkan derajat keasaman yang lebih tinggi, dan mengurangi terjadinya karat pada bagian dalam kaleng. Apabila menginginkan produk yang siap olah, pilihlah yang bermedia saus tomat. Bila ingin mengolah produk dalam kaleng lebih lanjut, produk berlarutan garam atau minyak nabati dapat dipilih. Daya Tahan Simpan. Umur simpan makanan dalam kaleng sangat bervariasi tergantung pada jenis bahan pangan, wadah, proses pengalengan yang dilakukan, dan kondisi tempat penyimpanan. Jika proses pengolahan dan penyimpanan dilakukan dengan baik, makanan dalam kaleng umumnya awet sampai jangka waktu dua tahun. Beberapa hal yang menyebabkan awetnya ikan dalam kaleng adalah:
1.         Ikan yang digunakan telah melewati tahap seleksi, sehingga mutu dan kesegarannya dijamin masih baik.
2.         Ikan tersebut telah melalui proses penyaringan, sehingga terhindar dari sumber mikroba kontaminan, yaitu yang terdapat pada isi perut dan insang.
3.         Pemanasan telah cukup membunuh mikroba pembusuk dan penyebab penyakit.
4.         Ikan termasuk ke dalam makanan golongan berasam rendah, yaitu
mempunyai kisaran pH 5,6 – 6,5. Adanya medium pengalengan dapat
meningkatkan derajat keasaman (menurunkan pH), sehingga produk
dalam kaleng menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi (di
bawab pH 4,6), Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh.
5.         Penutupan kaleng dilakukan secara rapat, yaitu rapat sempurna sehingga tidak dapat dilalui oleh gas, mikroba, udara, uap air, dan kontaminan lainnya. Dengan demikian, produk dalam kaleng menjadi lebih awet.
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa pemanasan tidak dapat membunuh semua mikroba, khususnya thermofilik (tahan terhadap panas). Mikroba tahan panas tersebut tidak akan tumbuh pada kondisi penyimpanan yang normal. Apabila penyimpanan dilakukan pada ruang yang bersuhu cukup tinggi atau terkena cahaya matahari langsung, mikroba tahan panas tersebut akan aktif kembali dan merusak produk.
Penyimpanan produk harus dilakukan pada suhu yang cukup rendah, seperti pada suhu kamar normal dengan kelembaban rendah. Akan menjadi lebih baik lagi bila disimpan pada lemari pendingin. Kondisi penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu ikan dalam kaleng. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur, dan vitamin yang dikandung oleh bahan akibat terjadinya reaksi-reaksi kimia.
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium. Bentuk kaleng yang bermacam-macam bertujuan untuk keindahan kaleng yang membuat daya tarik konsumen untuk membeli produk ikan kaleng selain itu juga disesuaikan dengan bahan baku ikan. Bila bahan baku yang digunakan ukurannya besar-besar maka juga memerlukan kaleng yang besar yang disesuaikan dengan mediumnya.
Kemasan kaleng umumnya di cetak dengan Metode cetak Lithographi (Offset) atau lebih dikenal dengan Offset metal decorating. Dengan dicetak di bahan Tin, Aluminum, dan modifikasi logam alloy. Bahan logam tersebut akan di lapisi terlebih dahulu (coating) dengan Varnish saizing (clear sizing, tonner sizing atau gold lacquer) atau untuk mendapatkan efek putih di pakai white coating. Semua metode pelapisan umumnya di pakai mesin pelapis (Coater) dengan ketebalan yang di ukur µm (?).Setelah di lapisi logam terlapis Varnish sizing atau White Coating Kemudian akan di panaskan antara 170-180 ° C selama 12-15 menit melewati pemanggang raksasa berjarak 5- 6 meter. Setelah melewati pemanggang bahan pelapis sudah kering dan siap di cetak dengan tinta offset/Lithography. Pencetakan gambar berwarna proses (Cyan, Magenta, Yellow, dan Black bisanya naik 2 warna kemudain dilanjut 2 warna berikutnya. Proses pengeringan tinta offset juga melalui pemanggang dengan suhu berkisar 140-160 °C selama 12-15 menit.Kemudian proses akhir lapisan tinta akan di lapisi dengan Varnish untuk membuat cetakan tahan gores dan tahan panas. Untuk bagian lain yang akan menjadi bagian dalam kemasan permukaan kaleng akan di lapisi juga dengan varnish coating dengan tujuan mencegah bersinggungan langsung produk dengan kelang sehingga bisa mengakibatkan karat dan terkontaminasi.Setelah semua permukaan tercetak dan di varnish kaleng akan dilanjut ke proses pengetesan untuk mengetahui kekuatan kemasan sehingga bisa mencegah kerusakan kemasan yang berakibat merusak produk. Test lainnya adalah Retort test dan Pasteurisasi (Anonimous,2010).



2.2.3    Kemasan Kaca
            Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang merupakangabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan  tujuan untuk mendapa tkan  sifat   translusen, pelepasan fluor dari semen silikat dan kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen poli - karboksilat.1,2 Sifat utama semen ionomer kaca adalah kemampuannya untuk melekat pada enamel dan dentin tanpa   ada   penyusutan   atau   panas   yang   bermakna ,mempunya i   s i f a t  biokompa t ibilitas  dengan  jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan fluor yang beraksi sebagai anti mikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Mezarini dan Irmawati ,2005).
Kaca diperkuat secara panas adalah kaca datar/lengkung, dapat berwama, tidak berwarna berpola/ t idak berpola yang telah mengalami  per lakuan panas khusus,  sehingga tekanan kompresi yang tersisa antara 28 MPa  dan 45  MPa" ketahananya bertambah terhadap pengaruh  gaya-gaya dari  luar  serta  tahan  terhadap perubahan  suhu  yang  dapat dipergunakan  sebagai  kelengkapan produk mebelai r  atau bangunan ( tidak berlaku untuk pintu kaca tanpa bingkai  (Frameless door ) (SNI,2000).

2.2.4    Kemasan Styrofoam
            Styrofoam atau plastik busa masih tergoloug keluarga  plastik. Styrofoam lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran barang yangfragile seperti elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut menjadi salah satu pilihan  bahan  pengemas  makanan dan minumau. Bahan  dasar  styrofoam adalah polisterin, suatu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh.  Karena kelemahannya tersebut, pohsterin dicampur dengan  seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polisterin  kelulangan sifatjemihnya dan berubah warna menjadi putih susu Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zatplas- ticizer seperti dioktil ptalat P O P ) ,  but3 hidroksi toluena atau  n butyl stearat. Plastlk busa yang mudah terurai menjadi  shulctur sel kecil mempakan hasil proses peuiupan dengan menggunakan gas klorofluorokarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang sering dipergunakan saat ini
(Sulchan dan Endang,2007).
Kemasan polistirena foam dipilih karena mampu mempertahankan pangan yang panas/dingin, tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan, dan inert terhadap keasaman pangan. Karena kelebihannya tersebut, kemasan polistirena foam digunakan untuk mengemas pangan siap saji, segar, maupun yang memerlukan proses lebih lanjut (BPOM, 2008).


3.    METODE PENELITIAN
Pengamatan ini dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 11 November 2011 pukul 18.00 WIB - 21.00 WIB di Hypermart Malang Town Square (MATOS). Metode pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan langsung pada lokasi untuk peninjauan lebih dalam mengenai pengemasan produk-produk perikanan.
Langkah pertama yang dilakukan kelompok kami adalah menuju lokasi pengamatan (Hypermart MATOS). Kemudian dilanjutkan dengan mencari produk-produk perikanan yang dikemas. Setelah ditemukan, kami langsung melakukan pengamatan fisik dan tulisan yang tertera pada kemasan produk perikanan tersebut. Jika diperlukan kita juga memotret produk tersebut, untuk memperjelas dari keterangan – keterangan yang kamio peroleh.












4.    PEMBAHASAN
4.1      Produk Perikanan Dalam Kemasan Plastik
4.1.1  Senna Kerupuk  Ikan
Salah satu produk perikanan yang dijual di hypermart MATOS yaitu KERUPUK IKAN merk SENNA, kemasan daripada kerupuk SENNA ini adalah kemasan plastik transparan. Kemasan kerupuk ikan SENNA berbentuk persegi panjang, penutupan kemasan dengan cara merekatkan ujung – ujung dari kemasan tersebut. Karena kemasan yang digunakan transparan, kita bisa mengamati produk yang terdapat didalamnya. Ditambah dengan corak pada luar kemasan semakin menambah daya tarik konsumen. Pada kemasan plastic ini menggunakan kemasan non vacuum, jadi tetap ada rongga udara didalamnya. Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada kerupuk ikan ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Pada bagian depan kemasan terdapat nama produk, gambar ikan, produser, neto produk, kode produksi, tanggal kadaluarsa dan ijin dari BPOM RI. Produk dengan nama SENNA KRUPUK IKAN ini diproduksi oleh PT. TITANI ALAM SEMESTA Surabaya – Indonesia. Produk dengan neto 380 gram ini telah lulus uji kelayakan oleh BPOM RI dengannomor MD 255413010272 serta kode produksi 320984.
Pada bagian samping kanan dari kemasan terdapat tulisan promosi, komposisi krupuk dan cara menggorengnya. Promosi yang dituliskan agak panjang sehingga terkesan muluk – muluk, akan tetapi kata – kata ‘ tidak perlu dijemur ‘ membuat daya tarik tersendiri. Adapun komposisi dari SENNA KRUPUK IKAN antara lain ikan segar, tepung tapioka pilihan, telur, gula dan garam. Selain tulisan Indonesia, pada belakang serta samping kanan kemasan ditulis pula ketrangan diatas dengan menggunakan tulisan Chona, Arab dan  dalam bahasa Inggris.
Di bagian belakang kemasan juga terdapat table nutrisi dari produk tersebut. Kandungan nutrisi dari krupuk ikan senna antara lain kolestrol (12%), sodium (46 %), karbohidrat (28%), serat (4%), gula (9 g), protein (5 g), kalsium (6%) dan Fe (8%).
Bahan plastik yang digunakan adalah plastik PP (Polipropilen). Menurut Nurminah (2002), Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Cara penutupan kemasan ini dengan menggunakan sealer agar udara tak masuk ke dalam kemasan.
4.1.2  Terasi Udang Mama Suka
                                                            Produk                        : Terasi Udang Mama Suka
                                                            Isi                     : 20 bks x 5g
                                                            Perusahaan     : PT CITRA BOGA INDONESIA       Cirebon - Jawa Barat


Produk Terasi Udang Mama Suka ini menggunakan kemasan plastik. Kemasan plastik terasi udang ini menggunakan 2 struktur sistem kemasan, yaitu kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer yaitu kemasan yang langsung berhubungan dengan produk (kemasan bagian dalam), sedangkan Kemasan sekunder yaitu kemasan yang melindungi kemasan (kemasan bagian luar). Alasan digunakan 2 struktur kemasan yaitu untuk mengantisipasi apabila terjadi kerusakan pada pengemas, karena aroma terasi sendiri yang khas apabila terjadi kerusakan pada kemasannya (missal; robek) tidak akan langsung tercium oleh para pengunjung Hypermart. Pada kemasan plastic ini menggunakan kemasan non vacuum, jadi tetap ada rongga udara didalamnya. Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada terasi udang ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Isi dari produk ini 20 bungkus, dimana setiap bungkusnya beratnya 5g. Dalam kemasan produk ini juga dijelaskan tentang komposisinya, yaitu udang rebon dan garam. Produk ini diproduksi oleh PT CITRA BOGA INDONESIA Cirebon Jawa Barat. Dalam kemasan juga terdapat no lisensi dari badan POM, sehingga produk ini layak untuk dikonsumsi.
Kemasan ini terbuat dari plastik LDPE (Low Density Polyethilene). Menurut Nesty (2009), sifat mekanis jenis plastic LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Plastic ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Cara penutupan kemasan ini adalah dengan menggunakan sealer.



4.1.3  Super Bandeng
Produk super bandeng ini menggunakan kemasan plastic. Plastik yang di gunakan dalam mengemas produk super bandeng tersebut yaitu menggunakan plastic Poly Ethilene (PE). Menurut Supanusantara (2010), kelebihan dari plastic PE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel pada suhu 600C, sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik. Kekurangan dari plastic PE adalah kurang baik terhadap gas, misalnya O2. Oleh karena itu produk Super Bandeng ini menggunakan kemasan Vacum, karena selain menjaga dari ketahanan plastic juga mengantisipasi terhadap tumbuhnya mikroorganisme aerobic. Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada Super Bandeng ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Pada bagian depan dari kemasan tertera logo dari ikan bandeng tersebut dan tercantum harga dari produk Super Bandeng tersebut. Harga Super Bandeng tiap bungkus yaitu Rp 24.900,00. Untuk bagian belakang kemasan tertera informasi yang perlu di ketahui oleh para konsumen, seperti masa kadaluarsa, komposisi, keterangan gizi. Produk Super Bandeng ini masa kadaluarsanya hingga 07 januari 2012. Produk ini diproduksi oleh Pondok Super Bandung. Dalam kemasan juga terdapat no lisensi dari badan POM, sehingga produk ini layak untuk dikonsumsi. Komposisinya antara lain bandeng segar, bawang putih, garam, kunir, sambal. Untuk informasi gizinya antaralain:

Jumlah persajian           !00 gr
Energi total                    225,59 kkal
Lemak total                    10,63 gr
Lemak Jenuh               1,80 gr
Karbohidrat                    0,8 gr
Protein                           31,93 gr
Natrium                          956 mgr
Serat kasar                    0,56 gr



4.2      Produk Perikanan Dalam Kemasan Kaleng
4.4.4  Sardines Dalam Saus Cabai
Di pusat-pusat perbelanjaan banyak dijual produk-produk perikanan dalam berbagai macam bentuk salah satunya adalah produk ikan kaleng Sardiness dalam saus cabai. Produk ini dijual dihypermart MATOS lantai 1. Kemasan produk ini adalah menggunakan kaleng dimana kontruksi dari produk ini terdiri dari three piece can (dasar, badan, tutup) selain itu produk ini tampil menarik dengan warna dan gambar sehingga menarik perhatian konsumen. Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada Sardines ini yaitu tergolong jenis kemasan yang perlu perakitan dan sekali pakai (diposible).
Pada kemasan kaleng terutama bagian depannya terdapat gambar ikan Sardinella longiceps yang digunakan sebagai bahan baku produk ikan kaleng, cabai merah besar dan ditambah tulisan yang menarik konsumen untuk membeli. Selain itu juga terdapat informasi seperti nama produsen, netto produk, izin produksi dari BPOM RI. Produk ikan kaleng dengan merk produk Sardines dalam saus cabai ini diproduksi oleh PT. Blambangan Foodpackers Indonesia, Banyuwangi-68472, Indonesia dengan berat bersih sebanyak 425 gram/bobot tuntas sebesar 250 gram serta telah malalui uji kelulusan dari BPOM RI dengan nomor MD 517113056057 dan majelis ulama Indonesia dengan nomor 0003034970605 selain itu terdapat sedikit informasi nilai gizi untuk lebih menarik perhatian konsumen.
Pada sisi kaleng sebelah kanan dan sisi belakang terdapat komposisi produk dan informasi nilai gizi. Komposisi dari produk ini terdiri dari ikan sardines, saus tomat, cabai merah, bawang putih, garam dan bawang merah. Informasi nilai gizi yang terdiri dari takaran saji sebanyak 70 gram, jumlah sajian per kemasan sebanyak 6 gram. Jumlah per saji yaitu energy total sebanyak 90 kkal dan energy dari lemak sebanyak 40 kkal. Nutrisi dari produk antara lain lemak jenuh 7%, lemak trans 0%, kolesterol 14%, protein sebanyak 15% karbohirat 1%, natrium 19% dan kalsium 30%. Selain itu produk ini juga mengandung omega3 dan omega 6.
Pada sisi sebelah kiri kaleng terdapat sebuah resep masakan dengan bahan baku sardines dalam saus cabai yang divariasi dengan bahan lain. Hal ini opu menambah kreasi konsumen dalam memasak produk ini.



Pada bagian bawah kaleng terdapat informasi mangenai tanggal kadaluarsa produk.

Nama produk : Vega Sardines in Vegetable oil
Netto : 125 gr
Produksi : Vega Foods Corp. Private Ltd.
                7500A Beach Road, #16-311
                The Plaza, Singapore 199591
Komposisi : Sardine, minyak sayur, garam
Informasi nilai gizi:
Kalori per kaleng 260
Total lemak                 28%
Lemak jenuh 2.5 g      13%
Kolesterol 135 gm       45%
Sodium 480 mg          20%
Total karbon 0 g          0%
Serat diet 0 g               0%
Gula 0 g
Protein 23 g
Vitamin A                    4%
Vitamin C                    0%
Kalsium                       35%
Zat besi                       15%
Mengandung omega 3


4.4.5  Vega Sardiness In Vegetable Oil
Produk ini bernama “Vega” Sardines in Vegetables oil, yang artinya ikan Sarden dalam minyak sayur. Kemasannya cukup menarik, colourfull, dan pastinya dikemas secara hygienis. Di produksi oleh sebuah perusahaan di Indonesia untuk Vega Foods Corp. yang perusahaannya terletak di Singapura. Pada penutup kaleng, disertai foto sebagai daya tarik pembeli dan pada tutupnya pun sudah disertai dengan pembukanya, jadi tidak usah repot dalam membukanya sewaktu ingin disantap. Kemasan ikan kaleng ini berupa kaleng yang terdiri dari dua bagian (2 piece can). Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada Sardines ini yaitu tergolong jenis kemasan yang perlu perakitan dan sekali pakai (diposible).Terdapat tiga bahasa sebagai media informasi pembeli, yaitu: bahasa Inggris, Prancis, dan Portugis.

Komposisi bahan pada produk ini antara lain: ikan Sardine (Sardinella lemuru), minyak sayur, garam. Berat bersih produk ini yaitu 125 gram.

Sesuai dengan mereknya, produk ikan kaleng ini bahan bakunya berupa ikan Lemuru atau dalam nama ilmiahnya Sardinella lemuru. Ikan Lemuru atau yang lebih opular disebut ikan Sarden ini dikatakan mengandung omega-3 yang manfaatnya sangat bagus bagi tubuh. Menurut para pakar (Amri, 2009), ikan Sarden kaya akan omega-3 dikarenakan pola makannya yang suka akan berbagai jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton. Omega-3 dipercaya dapat melancarkan peredaran darah serta memperkuat daya tahan otot jantung orang yang mengkonsumsinya. Selain itu produk ini dalam informasi nilai gizinya, mengandung berbagai macam vitamin protein dan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
          Produk kemasan ikan kaleng dibuat dengan bentuk yang bermacam-macam bertujuan untuk keindahan  sehingga konsumen tertarik untuk membeli, selain itu kemasan dibuat sesuai dengan bentuk ikan yang akan dikemas juga sesuai dengan permintaan pasar.

4.3      Produk Perikanan Dalam Kemasan Kaca
4.3.1  Kecap Ikan

Nama Produk :Kecap Ikan Cap Ikan Merah
Isi                     :620 Ml
Perusahaan     :Kecap Djoe Oha, Tegal



Produk ini menggunakan kemasan kaca sebagai pengemasan produk kecap ikan. Bentuk kemasan kaca yang digunakan adalah botol. Produk ini menggunakan tutup normal berjenis bersekrup dimana leher botol beralur sesuai alur tutup. Produk ini juga terdapat informasi tentang nama produk, produsen. Hal ini dapat mempermudah konsumen untuk mengenali produk ini.
Tetapi dalam produk ini tidak terdapat komposisi gizi dari produk ini atau kecap ikan ini sehingga konsumen sedikit ragu akan manfaat kecap ikan ini. Di kemasannya juga sudah tercantum berat isinya, yaitu 620 ml.
 Kaca dipergunakan untuk mengemas bahan atau produk pangan cair, semi basah atau tepung. Biasanya kaca dibentuk sebagai botol. Keunggulan kaca adalah dapat dipanaskan, transparan (dapat memperlihatkan isinya), melindungi produk pangan dari pengaruh cahaya dan udara di luar kemasan. Kelemahannya, kaca termasuk bahan yang berbobot (berat), mudah pecah, mahal dan tidak dapat didegradasi secara alami. Biasanya bahan kemasan dari kaca dipakai beberapa kali (multitrip) atau didaur ulang.

4.4      Produk Perikanan dalam Kemasan Sterefoam
4.4.1  Ikan Asin Cumi Telo
Produk Ikan Asin Cumi Telo ini menggunakan kemasan Sterofoam dan edible. Edible yang digunakan yaitu edible film, disini fungsi dari edible sendiri yaitu selain untuk melapisi dari kemasan stearofoam yaitu mempermudah konsumen dalam melihat produk dari Ikan Asin Cumi Telo tersebut, karena transparan sehingga mudah untuk dilihat dari luar (daya tarik konsumen). Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada Ikan Asin Cumi Telo ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Pada Kemasan ini hanya terdapat label yang tercantum di bagian depan pojok kiri atas. Dalam lebel tersebut tertulis nama produk, tanggal prodksi, tanggal kadaluarsa dan harga dari produk tersebut. Untuk nama produk perikanan tersebut yaitu “Ikan Asin Cumi Telo” di produksi tanggal 10 November 2011 dan masa kadaluarsanya tanggal 10 desember 2011. Untuk harganya tiap bungkus yaoitu Rp 9.191,00


4.4.2  Ikan Peda Putih          
Produk Ikan Peda Putih ini menggunakan kemasan Sterofoam dan edible. Edible yang digunakan yaitu edible film, disini fungsi dari edible sendiri yaitu selain untuk melapisi dari kemasan stearofoam yaitu mempermudah konsumen dalam melihat produk dari Ikan Peda putih tersebut, karena transparan sehingga mudah untuk dilihat dari luar (daya tarik konsumen). Berdasarkan klasifikasi kemasan, kemasan yang terdapat pada Ikan Asin Cumi Telo ini yaitu tergolong jenis kemasan yang sekali pakai (diposible).
Pada Kemasan ini hanya terdapat label yang tercantum di bagian depan pojok kiri atas. Dalam lebel tersebut tertulis nama produk, tanggal prodksi, tanggal kadaluarsa dan harga dari produk tersebut. Untuk nama produk perikanan tersebut yaitu “Ikan Pda Putih” di produksi tanggal 4 November 2011 dan masa kadaluarsanya tanggal 4 desember 2011. Untuk harga dari tiap bungkus yaitu Rp 7.064,00








5.    PENUTUP

5.1      Kesimpulan
Dari pengamatan kemasan produk – produk perikanan di Hypermart MATOS dapat di simpulkan sebagai berikut :
·                Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat dan wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya.
·                Pengemasan modern menggunakan kemasan plastik, kaleng, dan kaca.
·                Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer.
·                Kemasan kaca yang dipakai pada kemasan produk modern contohnya kemasan kecap ikan.
·                Pengalengan makanan adalah suatu cara pengawetan bahan pangan yang dikemas secara hermitis dan kemudian disterilkan.
·                Bentuk kaleng yang bermacam berfungsi untuk keindahan agar konsumen tertarik untuk membeli dan juga untuk menyesuaikan bahan baku yang akan dikemas.
·                Pengemasan Sterofoam digunakan untuk produk yang mempunyai daya awet rendah missal hanya sebulan (sebagai pengganti kemasan tradisional, missal besek).
·                Dalam pengguanan kemasan juga perlu memperhatikan dari produk yang dikemas, mulai dari pengemas plastic, stearofoam, kaleng, kaca semuanya disesuaikan dengan produk yang akan dikemas.

5.2      Saran
Penelitian mengenai produk kemasan yang digunakan pada Hypermart, Malang Town Square diharapkan disajikan untuk produk yang baik. Sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Agar bisa mengembangkan produk kemasan alami yang baik untuk para konsumen.


DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2008. KEMASAN POLISTIRENA FOAM (STYROFOAM). Vol. 9, No. 5, September 2008

Buckle K,A, RA Edward G.H.Fleet Waiton.1987.Ilmu Pangan.Universitas Indonesia.Jakarta

Fellows,P.J. 2000. Food Processing Technology. Principles and Practice.2nd Ed.Woodhead Publishing Ltd., Cambridge, England.

Koswara Sutrisna, 2006. Bahaya dibalik kemasan plastik. www.ebookpangan.com 2006. Diaskes pada tanggal 27 November 2009 pukul 15.39 WIB


Mearizini, Asti dan Irmawati. 2005. Kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II akibat lama penyimpanan. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Juli–September 2005: 146–150

Nesty. 2009. Bahaya Plastik. http://nestygfarry.blogspot.com/2009_06_01_archive. html. Diakses pada tanggal 8 Januari 2010 pukul 20.00 WIB

Nurminah,M. 2009. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas Serta Pengeruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

SNI. 2000. Kaca  diperkuat   secara  panas untuk  produk  mebel air   dan  bangunan. Badan  Standardisasi  Nasional

Sulchan dan Endang. 2007.  Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Maj Kedokt Indon, Volum:  57, Nomor:  2, Pebruari  2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar