I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Biskuit
merupakan makanan ringan yang disenangi karena enak, manis, dan renyah. Biskuit
merupakan makanan kering yang tergolong makanan panggang atau kue kering.
Biskuit merupakan produk kering yang mempunyai daya awet yang tinggi, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lama dan mudah dibawa dalam perjalanan, karena
volume dan beratnya yang relatif ringan akibat adanya proses pengeringan.
Salah satu
sifat dari produk olahan ikan tradisional yang beredar di pasaran adalah
tingkatan mutunya sangat beragam dan pada umumnya relatif rendah. Hal ini
disebabkan karena beragamnya mutu bahan baku yang digunakan dan kurangnya
pengendalian terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran mutu selama
penanganan bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi produk, pengemasan,
penyimpanan dan distribusi produk. (Suharna, 2006).
Ikan
manyung (Arius spp.) asin, yang dikenal dengan istilah “ikan jambal
roti”, merupakan contoh produk olahan ikan tradisional. Istilah “ikan jambal
roti” timbul karena ikan manyung asin yang telah digoreng teksturnya rapuh
seperti rapuhnya roti panggang (Burhanuddin et. al., 1987).
1.2 Maksud
dan Tujuan
Maksud dan
tujuan dari pembuatan Biskuit ikan Asin
untuk:
a.
Memperoleh
takaran yang tepat terhadap penambahan tepung ikan asin pada biskuit ikan asin.
b.
Memperoleh
1.3 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang berjudul Biskuit ikan Asin adalah:
a.
Apa efek penambahan tepung ikan asin terhadap
pembuatan biscuit ikan asin?
b.
Apakah penambahan bahan lain dapat mempengaruhi
pembuatan biscuit ikan asin?
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan
Utama
2.1.1 Pengertian
Biskuit
Biskuit merupakan prodik
pangan hasil pemanggangan yang dibuat dengan bahan dasar tepung terigu, dengan
kadar air akhir kurang dari 5%.Biasanya formulasi biscuit dibuat dengan
diperkaya bahan-bahan tambahan seperti lemak, gula (ataupun garam) serta bahan
pengembang (Anonymous, 2004).
Biskuit dibuat dengan bermacam-macam jenis, terutama
dibedakan atas keseimbangan yang ada antara bahan utama tepung, gula, lemak,
dan telur. Kemudian juga bahan tambahan seperti coklat, buah-buahan, dan
rempah-rempah yang memiliki pengaruh terhadap cita rasa (Omobuwoajo, 2003).
Menurut Wallington (1993), sifat masing-masing biskuit
ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan, proporsi gula dan lemak, kondisi
dari bahan-bahan tersebut pada saat ditambahkan dalam campuran (missal ukuran
kristal), metode pencampuran (batch,
kontinyu, kriming, pencampuran satu tahap), penanganan adonan dan
metode pemanggangan.
Kualitas biskuit selain
ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan dari warna, aroma, cita rasa, dan
kerenyahannya. Kerenyahan merupakan karakteristik mutu yang sangat penting
untuk diterimanya produk kering. Kerenyahan salah satunya ditentukan oleh
kandungan protein dalam bentuk gluten tepung yang digunakan (Matz, 1991).
Mutu biskuit disamping
ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan oleh warna, aroma, cita rasa dan
kerenyahannya. Dari sekian parameter tersebut, menurut Matz (1992) yang paling menentukan
adalah kerenyahannya.
2.1.2 Tepung
ikan asin (Ikan Manyung (Arius thalassinus))
Tepung adalah suatu bahan pangan yang direduksi ukurannya
dengan cara digiling sehingga memiliki ukuran antara 150-300 μm. Tepung
memberikan struktur dasar pada quick
bran. Biskuit memerlukan tepung dari golongan soft dan weak dengan kandungan
protein yang rendah. Biasanya pada pembuatan biskuit digunakan tepung terigu
dengan kadar protein 7-8 %(soft).
Namun dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan maka dibuatlah tepung non
gandum sebagai substitusi tepung terigu seperti tepung tapioka, tepung ubi
jalar, tepung kacang tunggak, tepung talas, dan lain-lain. Pemakaian tepung ini
selain manfaat dari komposisinya yang mengandung nutrisi juga untuk
meningkatkan potensi produk lokal. Di dalam pengolahan biskuit sendiri selain
dapat mempengaruhi tekstur produk akhir juga meningkatkan nilai gizi berupa
energi (whistler, 1999).
Ciri-ciri
morfologi ikan manyung adalah bentuk kepala depresa dan badan kompresa,
tubuhnya tidak bersisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam, mulut
tidak dapat disembulkan, mempunyai empat pasang sungut, sirip ekor bercagak, dan
memiliki sirip tambahan (adifose fin) yang terletak di belakang sirip dorsal
(Saanin, 1984; Ridwan dan Brojo, 1985).
Terdapat
sebelas jenis ikan manyung yang umum mendiami perairan Indonesia, yaitu jenis Arius
crossocheilus, Arius argyropleuron, Arius leiotetocephalus, Arius sagor, Arius
truncatus, Arius maculatus, Arius utik, Arius microcephalus, Arius thalassinus,
Arius caelatus dan Arius venosus (Burhanuddin et. al., 1987).
Menurut
Saanin (1984), klasifikasi ikan manyung jenis Arius thalassinus adalah
sebagai berikut:
Phylum :
Chordata
Ordo :
Ostariophysi
Famili : Ariidae
Genus : Arius
Spesies : Arius thalassinus
Komposisi
kimia pada ikan sangat bervariasi tergantung dari jenis ikan, jenis kelamin, kematangan
seksual, umur, musim penangkapan dan habitat. Ikan manyung termasuk ikan
berlemak rendah dan berprotein tinggi, seperti yang di perlihatkan pada Tabel 1
di bawah ini.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ikan Manyung
(Arius spp.) per 100 gram Daging Ikan
Komposisi Kimia
|
Jumlah
|
Protein
Lemak
Air
Abu
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Magnesium
Kalium
Vitamin A
Vitamin C
Riboflavin (B1)
Pyridoksin (B6)
Thiamin (B1)
Niacin
Sianokobalamin (B12)
|
12,7-21,2 g
0,2-2,9 g
75,1-81,1 g
0,9-1,6 g
0,4-0,6 g
14,0-98,0 mg
148,0-440,0 mg
34,0 mg
109,0-468,0 mg
96,0 IU
0,0-11,7 IU
80,0-197,0 μg
370.0 μg
40,0-45,0 μg
0,5-45,0 μg
2,2-2,5 μg
|
Sumber:
Wheaton dan Laws
2.2 Bahan
Tambahan
2.2.1 Tepung Terigu
Jenis tepung gandum yang digunkan tergantung pada produk
yang akan dibuat (Fellows dan Hampton, 1992). Tepung dari soft wheat yang cocok
untuk pembuatan biskuit dapat bervariasi dalam kandungan proteinnya yaitu dari
7-7.5 % (untuk cookies)
hingga 10% atau lebih (untuk crackers)
(Smith, 1991).
Tepung terigu berasal dari biji gandum, maka disebut tepung
gandum. Bahan baku tepung terigu masih diimpor dari mancanegara. Makanan pokok
dari tepung terigu berupa roti putih atau roti coklat. Tepung ini memiliki
tekstur yang agak kasar. Tepung terigu ini diolah dengan kebutuhan konsumen. Protein
dalam gandum yang berupa gliadin dan glutenin membantu proses pengikatan air
dalam adonan kerupuk. Dengan demikian penambahan tepung gandum dalam pembuatan
kerupuk akan meningkatkan kadar air adonan, sehingga akan mempengaruhi proses
gelatinisasi (Giyanti, 2004).
2.2.2 Telur
Menurut Flick (1964) dalam Desroisier (1988) beberapa
jenis telur digunakan dalam produksi kue , biskuit dan sejenisnya. Telur utuh
mengandung 8-11% albumen (putih telur) dan 27-32% kuning telur. Albumen
berfungsi sebagai agensia
pengeras, sedangkan kuning telur sebagai agensia
pengempuk (Smith,1991).
Penambahan
telur dalam pembuatan produk-produk biskuit menurut Lawson (1995), mempunyai
fungsi: 1)menyumbangkan warna, 2)menambah cita rasa, 3)sebagai bahan pengempuk
dan 4)menambah nilai nutrisi. Wallington (1993), menyatakan ada tiga sifat
telur yang paling penting yaitu kemampuan pembuihan, emulsifikasi, dan
koagulasi.
2.2.3 Bahan Pengembang atau Backing Powder
Menurut Lawson (1995), bahan pengembang adalah bahan yang
mampu menghailkan gas karbondioksida (CO2) sehingga dapat
mengembangkan butter
maupun dough
hingga mencapai ukuran yang semestinya selama proses pemanggangan.
Bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan
biskuit adalah tepung soda kue (NaHCO3) (Anonymous, 2005c).
Penggunaan yang luas dari sodium bikarbonat sebagai bahan pengembang didasarkan
pada harga yang murah, tidak beracun, mudah penggunannya, relatif tidak terasa
dalam produk akhir dan memiliki kemurnian tinggi (Anonymous,2005d).
Baking powder biasanya digunakan sebagai pengembang
(leavening agent) cake, bolu
panggang, bolu kukus, cup cake dan pancake. Komposisi kimia dari baking powder
adalah campuran sodium bicarbonat, sodium alumunium fosfat, dan
monocalcium fosfat. Baking powder juga berisi inert seperti pati. Bahan berisi
fat inert ini sengaja dicampur untuk menjaga agar komponen bahan baking powder
tetap dalam keadaan baik. Dari sisi kehalalan komposisi baking powder tergolong
aman. Seperti halnya baking soda, cara kerja baking powder adalah akan
mengeluarkan gas karbondioksida saat bertemu dengan cairan dan terkena panas.
Karenanya baking powder dapat mengembangkan cake atau kue. Di pasaran dijual single
acting baking powder dan double acting baking powder. Double
acting baking powder memiliki efek mengembangkan lebih kuat dibandingkan
dengan single acting baking powder. Efek pengembangan double acting
baking powder ini bekerja saat adonan dibuat dan saat dipanggang. dikukus
atau digoreng. Gunakan jenis baking powder ini jika anda membuat kue dalam
jumlah banyak agar kue yang terahir dipanggang tetap dapat mengembang dengan
sempurna. Bentuknya bubuk berwarna putih. Merek dagang untuk baking powder double acting adalah
Suparize, Hercules dan U-88. Gunakan1/2 sendok teh untuk 500 g tepung terigu.
Dipasaran baking powder single acting dikenal dengan merek dagang Royal, Hain,
Davis, hercules, U-88, Suparize, Pesawat Angkasa, dan Koepoe-Koepoe.
2.2.4 Air
Air mempunyai sifat yang nyata terhadap sifat-sifat
adonan (Matz,1992). Menurut Winarno (1989), air dalam adonan selain berfungsi
untuk melarutkan garam, juga membantu menghasilkan adonan yang homogen. Air
juga berfungsi untuk membasahi pati dan protein tepung yang nantinya dapat
membentuk kerangka dalam adonan (Flick,1964 dalam Desrosier,1988). Air dianggap
sebagai agensia pengeras, karena bergabung dengan protein dari tepung dan
membantu dalam pembentukan gluten (Desrosier,1988).
2.2.5 Gula pasir
Gula adalah karbohidat sederhana yang menjadi
sumber energy dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak
diperdaganagkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
mengubah rasamenjadi manis dan keadan makanan atau minuman. Gula sederhana
seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis
asam), menyimpan energy yang akan digunakan oleh sel (Nurdiani,2008).
Penambahan gula pada konsentrasi tinggi telah
lama dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan. Jelli, manisan, sirup, sari buah,
dodol dan susu kental manis merupakan beberapa contoh produk awetan dengan cara
penggulaan. Gula akan menyebabkan penurunan aktivitas air, sehingga air yang
diperlukan oleh mikroorganisme perusak pada makanan akan berkurang. Dengan
demikian, pertumbuhannya akan terhambat. Kadar gula dalam makanan sebesar 70%
akan dapat mencegah berbagai kerusakan makanan oleh aktivitas mikroorganisme
(Winarno,1984).
2.2.6
Tepung tapioka
Tepung tapioka ditambahkan dalam formulasi
pembuatan kerupuk ikan sebagai bahan pengisi dan bertujuan untuk memperbaiki
stabilitas emulsi, mereduksi penyusutan selama pemasakan, memperbaiki tekstur
produk, meningkatkan cita rasa dan mengurangi biaya produksi. Untuk tepung
tapioka pada umumnya mengandung amilosa ± 18% dan kandungan amilopektin yang
sangat tinggi, sehingga jika ditambahkan air dan dipanaskan pada suhu 58,5 0C
– 70 0C akan mengalami proses glatinasi yang menghasilkan gel cukup
stabil dalam mempertahankan konsistennya (Nurdiani, 2008).
Menurut Kusniati dan Alvi (1992), tepung tapioka merupakan sumber
karbohidrat. Kandungan karbohidrat pada tepung tapioka lebih besar bila
dibandingkan tepung gandum sehingga penambahan tepung tapioka pada pembuatan
kerupuk dapat meningkatkan kandungan gula reduksi peningkatan rasa manis.
Selanjutnya Usmiati dan Komariah (2007) menyebutkan tepung berfungsi
menstabilkan emulsi, meningkatkan daya mengikat air, memperkecil penyusutan,
dan menambah berat produk.
Menurut Rohman et. al.(2010),
tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan antara lain
sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri dibandingkan dengan tepung
jagung, kentang dan terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik
sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna
makanan.
2.2.7
Mentega
Mentega
adalah makanan produk
susu,
dibuat dengan mengaduk krim
yang didapat dari susu.
Biasanya digunakan sebagai olesan roti dan
biskuit,
sebagai perantara lemak di
beberapa resep roti dan masakan,
dan kadang-kadang bahan untuk menggoreng.
Pengganti mentega ialah margarin,
yang biasanya lebih murah, dan memiliki sedikit lemak dan
kolesterol. Mentega
adalah emulsi
air-dalam-minyak, kebalikan dari krim.
Mentega tetap padat saat didinginkan, tetapi meleleh secara konsisten pada suhu
kamar / suhu ruangan.
Mentega
adalah produk minyak hewani, bukan produk nabati. Mentega merupakan masa dari
lemak susu yang dihasilkan dengan penumbukan krim susu atau susu penuh.
Penemuan mentega sudah berabad-abad lamanya. Orang yang pertama-tama secara
kebetulan melihat terjadinya mentega sewaktu membawa susu dalam kantong kulit
di atas kuda. Akibat pengocokan ini maka terjadilah gumpalan lemak yang
merupakan awal mentega.
2.2.8 Garam
Garam yang digunakan berperan sebagai pengawet
sekaligus memperbaiki citarasa ikan, sedangkan pemanasan mematikan sebagian
besar bakteri pada ikan terutama bakteri pembusuk dan pathogen. Selain itu,
pemanasan dengan kadar garam tinggi menyebabkan tekstur ikan berubah menjadi
lebih kompak (Adawiyah, 2006).
Garam khususnya garam dapur (NaCl) akan dapat
menghasilkan berbagai pengaruh terhadap bahan pangan, terutama dapat menghambat
mikrobia-mikrobia pembusuk yang mengkontaminasi bahan juga dapat mempengaruhi
Aw dari bahan makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia yang tidak
dikehendaki. Fungsi penambahan garam adalah untuk memperbaiki rasa yaitu untuk
menetralkan rasa pahit dan rasa asam, membangkitkan rasa selera dan mempertajam
rasa manis, selain itu garam mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, higroskopik
atau terurai menjadi Na+ dan Cl- yang meracuni sel mikrobia dan mengurangi
kelarutan O2. Penambahan gula bukan saja untuk menghasilkan rasa
manis meskipun sifat ini sangatlah penting. Gula bersifat untuk menyempurnakan
rasa asam, cita rasa dan juga kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula
memiliki kemampuan mengurangi kelembaban relatif, dan daya mengikat air adalah
sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan (Winarno,1990).
2.3 Cara
pembuatan Biskuit Ikan Asin
Proses pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari
pencampuran (mixing),
pembentukan (forming)
dan pemanggangan (bucking).
Tahap pencampuran bertujuan meratakan pendistribusian bahan-bahan yang
digunakan dan untuk memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus.
Skema kerja pembuatan
Proses
penyiapan bahan baku
|
Pencampuran
|
pembentukan
|
Pengovenan
|
Skema kerja pembuatan kerupuk ikan
Tepung,telur mentega dan gula
|
Dikocok
|
dicampur tepung terigu, tepung
ikan asin, susu full cream, garam, beacking powder, panili
|
Diaduk
|
adonan
|
Dicetak
|
dipanggang dalam oven dengan
suhu 1000C selama 30 menit
|
Biskuit
|
3. METODOLOGI
3.1 Alat
Alat-
alat yang digunakan dalam Teknologi
Hasil Perikanan Modern adalah :
- Oven
- Baskom
- Kompor
- Sendok
- Mixer
- Loyang
- Cetakan
- Mangkok
- Plastik 10 kg
·
Kuas
·
Stoples
·
Sarung tangan
plastik
·
Gilingan kue
·
Serbet bersih
·
Timbanagan
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum Teknologi Hasil Perikanan Modern adalah :
·
Tepung
Terigu
·
Telur
·
Bahan
Pengembang
·
Air
·
Gula pasir
·
Tepung tapioca
·
Mentega
·
Garam
3.3 skema kerja
Skema kerja pembuatan
Tepung,telur mentega dan gula
|
Dikocok
|
Dicampur tepung terigu, tepung
ikan asin, susu full cream, garam, beacking powder, panili
|
Diaduk
|
Adonan
|
Dicetak
|
Dipanggang dalam oven dengan suhu 1000C selama 30 menit
|
Biskuit
|
4. PEMBAHASAN
Proses pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari
pencampuran (mixing),
pembentukan (forming)
dan pemanggangan (bucking).
Tahap pencampuran bertujuan meratakan pendistribusian bahan-bahan yang
digunakan dan untuk memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus.
Terdapat tiga metode pencampuran yaitu single-stage, multiple-stage dan continous. Pada metode single-stage, semua bahan
dicampur menjadi satu dan dimixer bersamaan. Pada multiple-stage, mungkin terdiri dari dua
tahap atau lebih. Pertama yang dicampur adalah lemak dan gula., kemudian
bahan-bahan cair, selanjutnya bahan-bahan lainnya. Pada metode continous biasanya dipilih
karena keefektifannya, memaksimalkan output
dan meminimalkan input karena
proses yang kontinu (Kobs, 2001a). Pencampuran adonan cookies biasanya diawali
pencampuran antara gula dan shortening (disebut creaming method) kemudian bahan-bahan lain
seperti tepung dan bahan pengembang dimasukkan (Bennion, 1980).
Adonan yang diperoleh
selanjutnya dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Adonan
biskuit dibentuk lembaran-lembaran dan dipotong-potong dengan pisau pemotong
atau alat pencetak biskuit.
Adonan yang telah dicetak selanjutnya dipanggang dengan
oven. Menurut Desrisier (1998) pemanggangan merupakan hal yang penting dari
seluruh urutan proses yang mengarah pada produk yang berkualitas. Selama
pemanggangan, lemak mencair, gula larut, bahan pengembang melanjutkan
aktifitasnya, struktur terbentuk, cairan dipindahkan dan terjadi crust pada permukaan dan
pembentukan warna (Kobs,2001b).
Suhu oven untuk proses pemanggangan tergantung pada
jenis, bentuk dan ukuran dari produk yang dibuat dan dijaga sifat-sifat dari
bahan-bahan penyusunnya. Pada umumnya suhu pemanggangan biskuit antara lain
218-232C dalam waktu 15-20 menit (Fellows,1992). Hui (1992) juga menyatakan
pemanggangan dilakukan dengan oven dan jenis kue. Semakin sedikit kandungan
gula dan lemak, suhu pemanggangan dapat lebih tinggi. Oven sebaiknya tidak
terlalu panas ketika bahan dimasukkan sebab bagian luar akan terlalu cepat
matang. Hal ini dapat menghambat pengembangan dan permukaan cookies menjadi
retak-retak.
Setelah pengembangan, diperlukan penanganan selama
pendinginannya. Jiak cookies terlalu cepat didinginkan bias terjadi keretakan.
Keretakan internal biasanya tidak segera terlihat, tetapi karena kerusakan
selama pengemasan dan pendistribusiannya (Kobs,2001a).
5. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari adalah:
4.2 Saran
Saran untuk pembuatan biscuit ikan
asin ini agar menjaga kebersihan saat megolah agar tidak terkontaminasi serta
takaran bahan harus sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Burhanudin, A.D., S. Martosewojo dan M. Hoetomo. 1987. Sumber
Daya Ikan
Manyung di Indonesia. LON-LIPI. Jakarta.
Saanin,
H. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan Jilid I. Bina Cipta.
Jakarta.
Suharna, Cucu. 2006. Kajian
Sistem Manajemen Mutu Pada Pengolahan “Ikan Jambal Roti” Di Pangandaran -
Kabupaten Ciamis. Universutas Dipenogoro. Semarang.
Wheaton,
F.W. and T.B. Lawson. 1985. Processing Aquatiq Food Products.
Jhon Wiley and Sons. New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar