Pengaruh Penambahan Bakteri Lactobacillus
acidophilus Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Mikrobiologi pada Tempura
Fermentasi Ikan Kuniran (Upeneus
sulphureus)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, perdagangan produk-produk olahan ikan bernilai
tambah (value-added products) dengan berbagai variasi bentuk dan rasa sudah
sedemikian majunya. Hal ini ditunjang dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat dengan merubah pola diet makan untuk beralih kearah makanan
yang sehat dan bergizi (Agustini et al., 2006). Tempura merupakan makanan diversivikasi
dari sosis dengan adanya penambahan sayuran kedalam adonannya. Makanan yang berasal dari Jepang ini sudah familiar di
Indonesia bahkan digemari oleh semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja hingga
orang dewasa pun menyukainya. Pada umumnya tempura ini hanya terbuat dari
tepung, telur dan sayuran yang nantinya di lumuri tepung panir sebelum digoreng
Disisi lain, ikan kuniran termasuk dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai
nilai ekonomis dan tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia (Ernawati dan
Sumiono 2006). Harga ikan kuniran relatif murah, sehingga permintaan masyarakat
terhadap ikan kuniran cukup tinggi. Ditambahkan penjelasan Sjafei dan
Susilawati (2001) bahwa ikan kuniran tertangkap di perairan Selat Sunda
mencapai 22% dari produksi perikanan Provinsi Banten atau sebesar 1.791.660 kg.
Sehingga untuk meningkatkan nilai jual dari ikan kuniran tersebut dilakukan
diversivikasi produk perikanan salahsatunya pembuatan tempura sehingga ada
asupan protein dalam produk tempura tersebut.
Akan tetapi pada dasarnya produk tempura ini merupakan makanan semi basah
yang mempunyai daya simpan rendah dan perlu perlakhuan khusus seperti dengan
cara dilakukan penambahan bakteri asam laktat untuk mendapatkan daya simpan
dalam jangka waktu yang lama.
Penggunaan biopreservatif (pencegahan terhadap bakteri pembusuk) bakteri
asam laktat ke dalam sistem pangan terlihat sangat efektif dalam mengontrol
pertumbuhan bakteri pathogen dan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat
pada produk fermentasi, selain berperan sebagai biopreserfatif juga penting
peranannya dalam meningkatkan kualitas nutrisi bahan mentah yang difermentasi
(Nursyam, 2011). Menurut Setyorini et
al., (2010), pengembangan berbagai produk fermentasi tersebut di samping
ditujukan pada diversifikasi pangan, juga diarahkan pada pengembangan makanan
kesehatan, sehingga produk fermentasi tersebut memiliki prospek yang baik
menjadi pangan probiotik.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa tempura mempunyai daya awet rendah
atau mudah busuk. Namum belum ada penelitian yang menunjukan produk tempura mempunyai
sifat fisik kimia dan mikrobiologinya yang menjadikan produk tersebut lebih
tahan lama. Oleh sebab itu dalam penelitian akan dilakukan beberapa uji terhadap
kualitas atau mutu produk diantaranya uji kimia dengan analisa proksimat
meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan karbohidrat; Uji
TPC, Uji Total BAL, dan Uji Organoleptik.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kepadatan BAL yang
terbaik terhadap sifat fisik, kimia dan mikrobiologi dari Tempura Fermentasi
Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) dan
untuk mengetahui perubahan yang terjadi terhadap Tempura Fermentasi Ikan
Kuniran (Upeneus sulphureus) setelah
dilakukan pemberian BAL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar